header_ads

Konservasi Hutan Belum Pro Rakyat

Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB Prof. Dr. H. Ervizal AM Zuhud menilai kebijakan pemerintah, khususnya mengenai konservasi hutan dan keanekaragaman hayati belum sepenuhnya pro rakyat.

“Hal ini sudah berlangsung lama sehingga kesejahteraan rakyat Indonesia yang dicita-citakan Pancasila belum kunjung terwujud. Padahal Pahlawan Nasional Tan Malaka 1943 mengatakan ekonomi, politik, pendidikan, dan IPTEK itu satu paduan yang tidak boleh dipisahkan,” jelasnya saat konferensi pers pra orasi ilmiah tiga guru besar IPB, kemarin.

Lebih lanjut ia menjelaskan yang mendukung pernyataannya, adalah omset penjualan obat modern farmasi 90 persennya hasil impor yang setiap tahunnya terus meningkat. “Juga berdasarkan data BPS periode Januari-Juni 2011, nilai impor pangan Indonesia telah mencapai Rp 45 triliun. Untuk obat-obatan Rp 35 triliun,” paparnya.

Sehingga hal tersebut menyengsarakan petani, yang sejak awal menaruh harapan kebijakan pemerintah dapat meningkatkan pendapatannya. “Tapi kalau segala sesuatunya import, bahkan sampai obat-obatan impor, akan jadi apa petani kita,” jelasnya.

Menurutnya, hutan tropika Indonesia terdiri dari berbagai tipe ekosistem yang memiliki lebih dari 239 jenis tumbuhan pangan dan lebih dari 2039 jenis tumbuhan obat untuk menyehatkan dan mengobati berbagai macam penyakit manusia dan ternak.

“Sudah sepatutnya hutan kedepan dibangun dan dikelola bersama masyarakat tani hutan untuk menghasilkan multi-produk, baik kayu maupun non-kayu, termasuk komoditi pangan dan obat hutan, yang pelaku utamanya petani lokal,” tandasnya.

Berdasarkan data statistik kementerian dalam negeri, jumlah desa di Indonesia sebanyak 73.067 desa, 50 persennya berada di dalam dan di sekitar kawasan hutan dan dihuni lebih dari 550 etnis.

“Orasi ilmiah saya ini mengemukakan konsep pengembangan kampung-desa konservasi hutan keanekaragaman hayati pangan dan obat dengan sudut pandang berbasi kemandirian masyarakat kecil-lokal pada unit desa-kampung,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Prof. Dr. Ir Mulyono S. Baskoro mengatakan pada orasi ilmiah Sabtu (19/11) mendatang, pihaknya akan menyampaikan soal pengembangan perikanan tangkap berkelanjutan melalui program pengayaan stok ikan.

“Untuk mempertahankan dan memulihkan ketersediaan sumber daya ikan diperlukan langkah pengayaan stok atau restoking secara terencana dan berkesinambungan melalui pelibatan aktif masyarakat,” jelasnya.

Sebab, lanjutnya, produksi ikan Indonesia setiap tahunnya terus mengalami peningkatan hingga 6,5 juta ton/tahun. Disisi lain, pertumbuhan ikan cenderung menurun. “Penurunan produksi ikan dari kegiatan penangakapan perairan umum seperti sungai, danau ataupun waduk sangat tajam. Dilihat dari perkembangan produksi ikan dapat diduga bahwa kondisi perairan umum di Indonesia berada pada level mengkhawatirkan dan perlu perhatian serius untuk mempertahankan dan memulihkan ketersediaan sumber daya ikan,” jelasnya. (bch)










Sumber: Bogor Online 18/11/2011

mas

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.