Surili, Monyet Endemik Jawa Barat
Surili merupakan hewan khas dan endemik Jawa Barat.
Meskipun telah mendapat status dilindungi sejak tahun 1979 melalui SK keputusan
Menteri Pertanian No. 247/Kpts/ Um/ 1979; akan tetapi menurut IUCN pada tahun
2004, satwa primata ini termasuk dalam kategori terancam punah. (IUCN, 2004;
Anonim, 2005). Secara Biogeografi surili memang hanya hidup di Pulau
Jawa, tepatnya di Propinsi Jawa Barat (Harrison et al., 2006). Satwa ini umunya
dapat dijumpai pada hutan primer maupun sekunder, mulai dari pantai, hutan
bakau, sampai hutan pegunungan dengan ketinggian sekitar 2000 m
dpl.
Seperti yang terdapat di kawasan Cagar Alam Telaga
Warna Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua,menurut salah satu mahasiswa dari
Universitas Nasional jurusan Biologi yang sedang melakukan penelitian tentang
surili di kawasan ini,Arvan (23) "Surili merupakan jenis mamalia endemik
Jawa Barat, yang biasa hidup berkelompok (7 – 15 ekor). Setiap kelompok
biasanya terdiri dari seekor jantan dengan satu atau lebih betina.
Morfologi Surili pada umumnya rambut bagian punggung (dorsal) tubuh surili
dewasa berwarna hitam atau coklat tua keabuan. Pada bagian kepala sampai jambul
berwarna hitam. Tubuh bagian depan (ventral) mulai dari bawah dagu, dada,
perut, bagian dalam lengan, kaki dan ekor berwarna putih. Warna kulit muka dan
telinga hitam pekat agak kemerahan, warna iris mata coklat gelap dan
warna bibir kemerahan. Panjang tubuh individu jantan dan betina hampir sama
yaitu berkisar antara 430-600 mm. Panjang ekor berkisar antara 560-720 mm.
Berat tubuh rata-rata 6,5 kg,terang nya kepada Bogorekpres saat di temui di
sela-sela pengamatan nya.
Mahasiswa angkatan 2007 ini menambah kan,Surili hidup
di kawasan hutan hujan tropis primer maupun sekunder mulai dari hutan pantai
sampai hutan pegunungan. Seringkali juga surili dijumpai di perbatasan antara
hutan dengan kebun penduduk. Surili banyak mengkonsumsi daun muda atau kuncup
daun sebagai makanannya. Bila dilihat komposisi makanan yang dikonsumsi surili,
64% dari makanannya adalah daun muda, 14% buah dan biji, 7% bunga dan sisanya
berupa serangga, jamur dan tanah. Di samping itu jenis tumbuhan yang menjadi
makanan surili juga sangat beragam. Beberapa hasil penelitian memperlihatkan
bahwa surili mengkonsumsi lebih dari 75 jenis tumbuhan yang berbeda
Pertama kali surili di temukan ada di kawasan Cagar
Alam ini pada tahun 1989 oleh petugas lapangan BBKSDA yang pada waktu itu
sedang melakukan patroli lapangan lalu hasil penemuan baru nya itu di laporkan
dan menjadi data resmi di kantor BBKSDA bandung,Dikdik suparman(48) salah satu
petugas waktu itu yang pertama kali menemukan ada nya Surili di kawasan ini
mengatakan "pada sore hari pas kita mau pulang,tiba-tiba ada 2 ekor monyet
yang saya kira monyet ekor panjang tapi setelah di perhatikan secara seksama
ternyata bukan,itu jenis monyet putih seolah mengembalikan ingatan saya
terhadap surili,oh mungkin itu yang di nama kan surili.Saya dan kawan-kawan
petugas pun mencatat nya untuk di jadikan bahan laporan penemuan satwa baru di
kawasan Cagar Alam Telaga Warna.
Nur Hidayat (43) salah satu petugas lapangan di kawasan Cagar Alam Telaga Warna menambahkan,Surili termasuk satwa yang dilindungi oleh perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yaitu berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 247/Kpts/Um/1979 tanggal 5 April 1979, SK Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 dan Undang-undang No. 5 Tahun 1990. Penyusutan habitat merupakan ancaman terbesar bagi populasi Surili. Saat ini jenis primata ini hanya dapat dijumpai di kawasan lindung dan konservasi dengan jumlah yang tersisa berkisar antara 400ekor saja.
Nur Hidayat (43) salah satu petugas lapangan di kawasan Cagar Alam Telaga Warna menambahkan,Surili termasuk satwa yang dilindungi oleh perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yaitu berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 247/Kpts/Um/1979 tanggal 5 April 1979, SK Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 tanggal 10 Juni 1991 dan Undang-undang No. 5 Tahun 1990. Penyusutan habitat merupakan ancaman terbesar bagi populasi Surili. Saat ini jenis primata ini hanya dapat dijumpai di kawasan lindung dan konservasi dengan jumlah yang tersisa berkisar antara 400ekor saja.
Perdagangan
binatang langka semakin marak saat ini dan perambahan hutan yang semakin kurang
di perhatikan,menjadi salah satu ancaman bagi populasi Surili di kawasan
ini,maka dengan adanya kerja sama antara masyarakat dan petugas terkait tentang
perlindungan kawasan hutan ini dapat terjaga dengan utuh sehingga populasi
Surili di kawasan ini dapat berkembang dan hidup layak di habitat nya. (cj)
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman, sudah seharusnya kita turut menjaga agar generasi mendatang juga bisa melihat keanekaragaman bangsa ini.
BalasHapusterima kasih gan infonya menarik Mebel online