header_ads

Harga Kedelai Naik, Tahu Tempe Menciut

BOGOR - Harga kedelai akhirnya tembus Rp8.530,- per kilogram yang berdampak terhadap kenaikan harga Tahu dan Tempe. 

Tentu saja kenaikan harga yang diiringi dengan kenaikan harga lainnya ini membuat para ibu rumah tangga mengeluh.

"Harga tahu dan tempe memang tidak naik tapi ukurannya menjadi lebih kecil. Ya sarua atuh naik juga," keluh Ny.Nurlaila warga Pusparaya Bojonggede usai belanja sayur mayur keliling.

Menurutnya sudah tidak aneh bila setiap bulan suci Ramadhan hingga menjelang Iedul Fitri kerap kali dihadapi dengan kenaikan berbagai harga sembako dan harga barang lainnya. "Tapi apakah harus begini terus kondisi harga yang naik terus. Sementara bertahun - tahun kehidupan ekonomi kita tak kunjung membaik," tambahnya.

Secara terpisah, Dadang (36), pedagang sayur mayur di pasar Ayar Kota Bogor mengaku merugi bila saat ini menjual tahu dan tempe, disamping dirinya harus menanggung malu lantaran ukuran tahu dan tempe semakin mengecil dari ukuran biasanya. 

"Saya jualnya juga malu pak, untungnya juga kecil sekali. Pelanggan banyak yang protes tapi dibeli juga," tuturnya. 


Produsen Ancam Mogok


Produsen tahu dan tempe Jawa Barat mengancam mogok produksi pada 25-27 September jika pemerintah tidak mengambil alih tata niaga kedelai.

Ketua Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jabar Asep Nurdin mengatakan mogok produksi untuk menyikapi kenaikan harga kedelai yang kini mencapai Rp8.000/kg. 


"Perajin tahu dan tempe tidak bisa lagi berharap banyak bisa mempertahankan usaha tanpa menaikkan harga. Di sisi lain, kenaikkan harga dipastikan akan membuat pembeli lari," ujarnya  kepada Bisnis, Senin (23/7/2012).

Dia meminta pemerintah seharusnya tidak mengesempingkan harga kedelai dan industri olahannya setelah kenaikan harga daging ayam dan sapi. Dia berharap tahu tempe tidak perlu sampai naik harga di tengah kenaikan komoditas pokok lainnya.

"Puluhan ribu perajin dan penjual tahu tempe akan berunjuk rasa untuk menyikapi kenaikan harga kedelai. Apabila aksi mogok produksi tidak digubris pemerintah, pihaknya terpaksa akan menaikkan harga jual sekitar 25% pada 28 Juli," ujarnya.

Asep berpendapat pemerintah sudah saatnya mengambilalih tata niaga kedelai mulai dari penanaman sampai penjualan. Hal itu, diharapkan bisa membantu stabilisasi harga kedelai agar tidak setinggi saat ini dan program swasembada kedelai pada 2014 bisa tercapai.

Menurut dia, kedelai lokal masih kalah bersaing kualitas dan harga dibandingkan dengan kedelai impor. Untuk itu, petani lokal perlu dibantu meningkatkan kapasitas untuk menghasilkan kedelai setara impor agar bisa meredam permainan harga oleh importir.

"Sebenarnya, produsen tahu tempe ingin menaikkan harga untuk mengimbangi membengkaknya biaya produksi. Tapi, mayoritas pembeli berasal dari kalangan bawah sehingga bukan solusi," ucapnya.

Saat ini, di Jabar terdapat 14.000 perajin tahu tempe yang rata-rata memiliki 5 orang tenaga kerja. Diperkirakan sebanyak 70.000 orang akan menghentikan produksi pada 25-27 Juli sebagai bentuk protes tingginya harga kedelai.

"Apabila pemerintah tidak meresponnya sampai Lebaran, kami akan berdemontrasi mendatangi pemda setempat ke Gedung Sate dan Istana Presiden," tegasnya.


Pantau Pasar

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Ferry Sofwan mengakui dari hasil pemantauan di lima pasar di Kota Bandung, terjadi kenaikan harga kedelai yang cukup signifikan. "Terutama untuk kedelai sebagai bahan dasar tahu-tempe," katanya.

"Kopti Jabar juga sudah melaporkan persoalan ini dan akan berimbas pada produksi tahu dan tempe di Jawa Barat," ungkapnya.

Menurut dia, persoalan naiknya harga kedelai bukan hanya masalah persediaan, tetapi juga menyangkut kedelai impor.

"Selama ini kedelai impor selalu dikaitkan dengan kedelai lokal, di mana kita memang kekurangan. Kenaikan ini juga dipicu adanya kekeringan yang terjadi di Amerika Serikat," katanya.

Ferry berjanji segera berkoordinasi dengan Dinas KUKM dan Dinas Pertanian serta Kopti Jabar. "Kenaikan yang terjadi sekarang karena mekanisme pasar, kami meminta aksi mogok produksi Kopti jangan terlalu lama. Kopti Jabar bisa berkoordinasi dengan dinas terkait," katanya.


Sedangkan keterangan Ketua Pusat Koperasi Perajin Tahu Tempe (Kopti) Jawa Barat, Asep Nurdin mengatakan, kenaikan harga kedelai sudah terasa sejak sekitar lima bulan terakhir. Kenaikan terbesar terjadi pada pekan kemarin, di mana harga kedelai dua kali naik dalam sehari. "Sepekan kemarin harga naik dua kali dalam sehari. Pagi dan sore sudah beda," kata Asep, saat ditemui di Kantor Kopti, Bandung, Senin.

Kenaikan harga, kata dia bervariatif. Sekali naik berkisar Rp 50-Rp 300. Harga kedelai kini mencapai Rp 8.000 per kilogram. (bas/als)





Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.