header_ads

Muslimah Bogor: Tolak Keras Even Miss World

KOTA - Perempuan Bogor menyatakan menolak ajang Miss World.

Ditengah gencarnya
Liliana Tanoesoedibjo, istrinya Cawapres Hary Tanoesoedibjo pendamping Capres Wiranto, kelihatan begitu ambisius mengajak masyarakat penonton televisi untuk menyukseskan even ini.
 


Menyusul MUI yang menolak keras ajang Miss World di Indonesia, Tokoh Muslimah Kota Bogor pun menadatangani kesepakatan penolakan Miss World dimanapun lokasi penyelenggaraannya.

Kegiatan yang diikuti 400 muslimah Kota Bogor dalam acara Temu Tokoh Muslimah Kota Bogor di Markaz Islam Bogor, Sabtu (24/8/2013), menyatakan terang - terangan menolak ajang Miss Word.
 

Juru Bicara Muslimah HTI, Iffah Ainur Rochmah, mengatakan penolakan Miss Wolrd hari ini masih relevan karena penyelenggara masih melobi berbagai pihak untuk mendukung acara yang menjadi simbol eksploitasi ini. 

“Menolak penyelenggaraan  Miss World karena kontes ini adalah salah satu simbol eksploitasi perempuan dengan dalih pemberdayaan dan penggalian potensi diri. Miss World, selain Miss Universe dan Miss Pageant adalah ikon pornografi dan eksploitasi,” tegas Jubir Muslimah HTI Iffah Ainur Rohmah
 

Protes ini dilakukan secara masif di seluruh Indonesia. Jika pun ada yang menerima, lanjut Iffah, penerimaannya bersifat umum dan itupun karena belum adanya informasi detil kemudharatan yang bisa ditimbulkan.
 

"HTI memerhatikan pendidikan anak dan wanita. Oleh karena itu, HTI sangat prihatin dengan kabar Indonesia menjadi pemasok psk anak terbesar di asteng. Ini relevan dengan kontes kecantikan yang marak terjadi," tegasnya.

Sementara, Ketua Muslimah HTI Kota Bogor, Wahyuningsih, mengatakan HTI Kota Bogor terus mencoba melakukan audiensi dengan Bupati Bogor, Rahmat Yasin. Namun, mereka masih menunggu kesempatan bertemu dengan orang nomor satu di Kabupaten Bogor itu setelah selesai masa Pemilihan Bupati.


Di wilayah Kota Bogor, Muslima HTI telah meminta dukungan Wakil Walikota Bogor, Achmad Ru'yat, untuk bersama menolak kontes Miss World dan yang sejenisnya.
“Bahkan harus diketahui oleh Pak Aher bahwa yang dimaksud tidak pakai bikini, bukan berarti ditiadakan kontes pakaian renang, tetap ada kontes pakaian renang yang one piece,” ujarnya.

 

Fakta Kontes
Miss World dan kontes semacamnya menyeret dan mengeksploitasi kaum perempuan pada kompetisi jahiliah yang mengumbar aurat, diukur 'prestasi'-nya dari kemolekan tubuh dan diperlakukan layaknya kapstok pakaian yang dipakai untuk memajang model terbaru sebuah baju agar menarik minat pembeli.

Tidak ada bikini bukanlah tidak ada kepornoan. Para peserta tetap tampil berlenggak lenggok di hadapan laki-laki asing, juga dihadapan kamera yang akan menjual gambar-gambarnya sebagai produk pornografi.


Islam menempatkan perempuan pada posisi mulia, sebagai kehormatan sebuah keluarga bahkan sebuah bangsa. Karenanya perempuan dihormati, bukan dieksploitasi. Tidak ada tempat bagi mereka yang ingin menempatkan perempuan sebagai daya tarik sebuah produk, atau memuaskan nafsunya dengan menonton perempuan berlenggak lenggok memamerkan auratnya dan tidak akan dibiarkan bila ada perempuan yang ingin mempertontonkan auratnya.

Nilai seorang perempuan ditentukan oleh ketakwaan dan sumbangsihnya bagi kebaikan dan perbaikan masyarakat. Karenanya perempuan yang mulia bukanlah yang paling proporsional ukuran fisiknya, tapi yang alim lagi berilmu, juga yang berdedikasi menyumbangkan waktu, ilmu dan hartanya untuk kemaslahatan. (als)







Editor: Annisa Ramadhan
Email: redaksiberitabogor@gmail.com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.