Puncak Bogor Surga Maksiat
BERITA BOGOR - Warung Kaleng sempat mendongkrak popularitas Puncak Bogor, bahkan wanita pesanan menjadi idola.
.
.
Kawasan Puncak Bogor tak hanya terkenal dengan kemacetan, sistem lalulintas one way, kesejukan dan keindahan panorama alam, sebab tradisi kawin kontrak yang melibatkan perempuan lokal dengan warga negara Arab, dan masih maraknya wanita panggilan sempat mendongkrak popularitas Kabupaten Bogor.
Tradisi yang dibawa Arabian ini pun menuai protes keras warga masyarakat Kecamatan Cisarua sehingga tak ayal menjadi sorotan tajam pihak Polres Bogor. "Cisarua banyak tempat hiburan dan penginapan yang digunakan untuk kemaksiatan. Tapi, praktik kawin kontrak sudah tidak lagi terdengar gaungnya, Mungkin sejak operasi yang dilakukan pihak kepolisian membuatnya menjadi terselubung," kata H. Chaidir Rusli, warga Batu Layang Cisarua, Sabtu (13/9/2014).
Dirinya mengungkapkan, praktik kemaksiatan di kawasan Puncak Bogor biasanya di penginapan melati, vila, atau hotel terutama pada hari sabtu dan minggu. "Gampang saja bila ingin memergoki praktik maksiat di Puncak Bogor. Caranya, cari saja hotel melati yang menjamur disitu, terus cek tamu - tamu yang datang. Nah, itu kan bisa membuktikan apakah pasangan yang sekamar itu suami istri atau bukan," ungkap dia kepada Berita Bogor.
Dilokasi berbeda, Ketua Rt di wilayah Desa Citeko yang enggan disebutkan namanya, membeberkan kebiasaan wisatawan sampai kaum imigran di Puncak Bogor tidak sedikit yang memesan wanita panggilan untuk dibawa kesebuah penginapan. "Tarifnya sekitar Rp.300.000,- untuk short time, kalau setuju dengan tarif itu maka perempuannya akan diantar pakai motor ke kamar hotel," bebernya.
Dirinya mengeluh apabila tamu yang datang itu adalah kaum imigran. Pasalnya, kaum imigran yang sebagian besar berasal dari negara Afganistan itu kerap menawar tarif short time sangat murah. "Orang imigran memang sering membuat kita geram, soalnya mereka membayar perempuan cuma seratus ribu, padahal perempuannya sudah dibawa ke kamar. Malah sering perempuannya minta diantar pulang tidak mau dipakai karena si imigran tidak mau membayar sesuai tarif," jelasnya (red) foto: ilustrasi
Tradisi yang dibawa Arabian ini pun menuai protes keras warga masyarakat Kecamatan Cisarua sehingga tak ayal menjadi sorotan tajam pihak Polres Bogor. "Cisarua banyak tempat hiburan dan penginapan yang digunakan untuk kemaksiatan. Tapi, praktik kawin kontrak sudah tidak lagi terdengar gaungnya, Mungkin sejak operasi yang dilakukan pihak kepolisian membuatnya menjadi terselubung," kata H. Chaidir Rusli, warga Batu Layang Cisarua, Sabtu (13/9/2014).
Dirinya mengungkapkan, praktik kemaksiatan di kawasan Puncak Bogor biasanya di penginapan melati, vila, atau hotel terutama pada hari sabtu dan minggu. "Gampang saja bila ingin memergoki praktik maksiat di Puncak Bogor. Caranya, cari saja hotel melati yang menjamur disitu, terus cek tamu - tamu yang datang. Nah, itu kan bisa membuktikan apakah pasangan yang sekamar itu suami istri atau bukan," ungkap dia kepada Berita Bogor.
Dilokasi berbeda, Ketua Rt di wilayah Desa Citeko yang enggan disebutkan namanya, membeberkan kebiasaan wisatawan sampai kaum imigran di Puncak Bogor tidak sedikit yang memesan wanita panggilan untuk dibawa kesebuah penginapan. "Tarifnya sekitar Rp.300.000,- untuk short time, kalau setuju dengan tarif itu maka perempuannya akan diantar pakai motor ke kamar hotel," bebernya.
Dirinya mengeluh apabila tamu yang datang itu adalah kaum imigran. Pasalnya, kaum imigran yang sebagian besar berasal dari negara Afganistan itu kerap menawar tarif short time sangat murah. "Orang imigran memang sering membuat kita geram, soalnya mereka membayar perempuan cuma seratus ribu, padahal perempuannya sudah dibawa ke kamar. Malah sering perempuannya minta diantar pulang tidak mau dipakai karena si imigran tidak mau membayar sesuai tarif," jelasnya (red) foto: ilustrasi