Wayang Golek dan Kulit Sunda
Wayang Golek Sunda menggunakan peraga wayang berbentuk boneka-boneka kecil, dengan semacam cempurit untuk pegangan tangan Ki Dalang.
Sama dengan Wayang Kulit Purwa, Wayang Golek Sunda pun menggunakan induk cerita dari serial Ramayana dan Mahabarata. Pergelaran Wayang Golek Sunda juga diiringi oleh seperangkat gamelan, lengkap dengan pesindennya. Bedanya, Wayang Golek Sunda tidak menggunakan kelir sehingga penonton dapat langsung melihat para tokoh wayang yang diperagakan ki dalang, bukan hanya bayangannya. Jenis wayang ini tersebar hampir di seluruh Jawa Barat.
Selain Wayang Golek Purwa Sunda, masyarakat Jawa Barat juga mengenal Wayang Golek Pakuan yarig menceritakan berbagai legenda dan sejarah Tanah Pasundan.
Wayang Golek Menak, yang juga disebut Wayang Tengul, juga menggunakan peraga wayang berbentuk boneka kecil. Selain berupa golek, Wayang Menak juga ada yang dirupakan dalam bentuk kulit.
Wayang ini diciptakan oleh Ki Trunadipa, seorang dalang dari Baturetno, Surakarta, pada zaman pemerintahan Mangkunegoro VII. Induk ceritanya bukan diambil dari Kitab Ramayana dan Mahabarata, melainkan dari Kitab Menak. Latar belakang cerita Menak adalah negeri Arab, pada masa perjuangan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Walaupun tokoh ceritanya sebenarnya orang Arab, peraga Wayang Golek Menak diberi pakaian mirip dengan Wayang Kulit Purwa, antara lain dengan memberinya kuluk, sumping, jamang, dsb, walaupun tubah dan sorban Arab juga digunakan.
Wayang Klitik terbuat dari kayu pipih yang dibentuk dan disungging menyerupai Wayang Kulit Purwa.
Hanya bagian tangan peraga wayang itu bukan dari kayu pipih melainkan terbuat dari kulit, agar lebih awet dan ringan menggerakkannya. Pada Wayang Klitik, cempuritnya merupakan kelanjutan dari bahan kayu pembuatan wayangnya. Wayang ini diciptakan orang pada tahun 1648.
Pementasan Wayang Klitik juga diiringi oleh gamelan dan pesinden, tetapi tanpa menggunakan kelir sehingga penonton dapat melihat secara langsung.
Wayang Krucil sering dianggap sama dengan Wayang Klitik. Anggapan itu disebabkan – karena Wayang Krucil juga terbuat dari kayu pipih. Yang berbeda benar adalah induk cerita yang diambil untuk lakon-lakonnya. Wayang Krucil mengambil lakon dari cerita Damarwulan, bukan dari Ramayana atau Mahabarata.
Pengrajin Wayang Krucil maupun Wayang Klitik saat ini sudah hampir punah, sehingga para pengrajin yang masih bertahan telah menurunkan keahliannya melalui kaderisasi seni kerajinan wayang.
Tidak ada komentar