Pasar Jum'at Tenjolaya
Kebanyakan masyarakat bermata-pencaharian sebagai petani dan pedagang. Di antara mereka ada yang memiliki ladang, tapi ada pula yang hanya pekuli saja (buruh tani).
Lain halnya dengan masyarakat bagian Barat, mereka banyak yang berpencaharian sebagai sopir, karena kebanyakan di antara mereka memiliki kendaraan (angkutan pedesaan), tapi sebagian ada juga yang hidupnya menjadi petani.
Di Cibitung bagian Selatan, tepatnya yang terletak tidak jauh dari kaki Gunung Salak, mayoritas mata pencaharian mereka sebagai tukang tembok (bangunan). Alasannya, karena dahulu orang tua mereka sebagai tukang tembok, karena itu tidak heran jika anak cucu mereka menjadi tukang tembok. Meskipun demikian, sebagian kecil di antara mereka bermata pencaharian sebagai petani.
Berbeda dengan warga Cibitung Kaum, kebanyakan mereka lebih memilih sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). Hal itu dikarenakan, sejak dulu, Cibitung Kaum memang pernah menjadi pusat pendidikan dan penyiaran agama Islam. Tapi, ada juga di antara mereka memilih menjadi sebagai sopir dan petani. Begitulah kehidupan manusia yang serba-serbi dan aneh-aneh.
Pasar Tradisional Turun Temurun
Layaknya dalam perekonomian, pasar merupakan tempat manusia menunaikan transaksi perdagangan (jual beli) dalam jumlah yang lebih besar, karena di dalam pasar berbagai macam barang dapat diperjual-belikan.
Sejak lama, masyarakat telah memiliki dan membentuk lembaga perdagangan ini melalui "pasar harian" yang sering masyarakat sebut sebagai Pasar Jum’at sebagai pasar tradisional turun temurun.
Semula Pasar Jumat beroperasi tiap hari jum’at, tapi seiring tuntutan kebutuhan masyarakat yang setiap saat menghendaki perubahan khususnya dalam bidang ekonomi, Pasar Jum'at mengalami perubahan baik secara material bangunan fisiknya maupun pengunjungnya yang setiap saat bertambah dan berkembang.
Maka, kini, Pasar Ju'mat telah beroperasi setip hari, sehingga warga sekitar khususnya dapat melakukan aktivitas perekonomian di pasar tersebut. Meskipun lokasi Pasar Jumat berada di tengah-tengah perkampungan warga setempat, pasar tradisional itu cukup besar layaknya pasar-pasar tradisional di perkotaan.
Bahkan pelanggan pasar ini kebanyakan berasal dari Desa-Desa yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Tenjolaya, seperti Desa Ciampea Udik, Cinangneng, Cinangka, Cikarawang, Bojongjengkol Kecamatan Ciampea. Serta Desa-Desa yang ada di wilayah Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Ciapus Kabupaten Bogor.
Demografi
Desa Cibitung diapit oleh beberapa arus sungai sekaligus perbatasan desa. Di sebelah Barat sungai Ciampea dengan desa Ciampea Udik, di sebelah Timur dibatasi sungai Cinangneng dengan Desa Situ Daun.
Sedangkan sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cinangneng sebelah Selatan dengan Desa Tapos II, sebelah Barat dengan Desa Ciampea Udik dan sebelah Timur dengan Desa Situ Daun.
Desa cibitung memiliki luas areal ± 1,047 ha. 176 ha. (36 %) untuk areal persawahan, 671 ha. (64 %) berupa daratan terdiri atas 523 ha. berupa perkebunan dan sisanya 148 ha. berupa perkampungan, tanah perkebunan, sarana sosial, jalan dan lain-lain.
Berdasarkan data tahun 2001, Desa Cibitung mempunyai Rw. (Rukun Warga) sebanyak 5 RW dari jumlah RT (Rukun Tetangga) sebanyak 22 Rt dengan kapasitas penduduk 7.389 jiwa.
Penduduk Desa Cibitung sebahagian besar bermata pencaharian sebagai petani yaitu 1920 orang, Pegawai Negeri Sipil 240 orang, karyawan 252 orang, buruh 1440 orang.
Kepadatan penduduk yang dialami masyarakat desa Cibitung secara sosiologis dan antropologis memiliki dua keuntungan. Di satu sisi, secara potensial kemanusiawian akan menghasilkan beberapa cipta, karya dan karsa yang beraneka ragam tergantung pada sumber daya dari diri masing-masing individu.
Keaneka-ragaman potensi serta hasil dari proses eksplorasi akan membawa dampak yang besar bagi perkembangan sistem kemasyarakatan secara pesat.
Di sisi lain, penduduk juga memiliki potensi besar terhadap terjadinya permasalahan, termasuk di dalam ketegangan sosial, kecemburuan sosial, politik, ekonomi dan pendidikan. Beberapa macam kecemburuan bisa muncul sebagai permasalahan, di antaranya adalah ras aman (secara luas).
Walau pun bagi masyarakat setempat rasa itu tidak pernah menjadi kendala, tapi sering kali menjadi ancaman bagi msyarakat sekitar Desa Cibitung, sebagaimana pernah dituturkan beberapa warga setempat.
Dilihat dari jumlah jenis mata pencaharian, ternyata masyarakat Desa Cibitung Tengah banyak bekerja sebagai petani, sementara tanah yang banyak mereka garap adalah areal ladang pesawahan.
Aliran kali Cinangneng dan Ciampea telah banyak membantu masyarakat Desa Cibitung Tengah dalam bercocok tanam meskipun areal persawahan mampu ditanami padi maksimal 3 kali dalam satu tahun. Tetapi, kegiatan pertanian tidak menjadi tujuan pokok para petani dan hasilnya sering tidak memuaskan.
Hal ini, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1) Ketidak-mampuan petani mengusir hama wereng, 2) Ketidak-seimbangan harga obat-obatan dengan harga penjualan gabah atau beras, 3) Terganggunya pengairan, terutama disepanjang aliran sungai Ciampea yang sampai saat ini masih berlangsungnya kegiatan penggalian batu, split dan pasir sampai ke dasarnya, sehingga banyak lahan pertanian yang mengantung tidak terairi, dan 4) Minimnya sumber daya petani terutama di bidang pertanian.
Kondisi tersebut menyebabkan pekerjaan sebagai petani khususnya warga Cibitung tidak dijadikan sebagai tujuan pokok, sehingga para petani banyak menjual lahan pertaniannya kepada orang lain guna dijadikan sebagai modal usaha.
Singkatnya, kondisi objektif masyarakat Desa Cibitung ditinjau dari segi geografis maupun perekonomiannya sebagai salah satu desa di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor dapat dikatakan stabil. (als)
Sumber:
Seksi Perekonomian Kantor Desa Cibitung
Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor 10/01/2011
Tidak ada komentar