Kampung Ketupat Cimahpar Bogor Utara
Ketupat merupakan salah satu makanan ciri khas yang dihidangkan masyarakat saat Idul Fitri. Bagi masyarakat umum, makanan yang dihidangkan saat Idul Fitri rasanya tak lengkap tanpa ketupat. Tak heran jika jauh hari sebelum Lebaran, masyarakat sudah mulai memesan kurung ketupat (Cangkang Ketupat).
Tak banyak yang tahu kalau cangkang ketupat yang berjejer di pasar-pasar dalam wilayah Kota bogor ternyata berasal dari salah satu kampung yang bernama Kampung Kebon danas, RT 03/07, Kelurahan Cimahpar Kecamatan Bogor Utara.
Sepintas, kampung ini terlihat masih sangat jauh tertinggal dari kehidupan kota pada umumnya. Rumah-rumah sederhana dan jalanan setapak serta kondisi lingkungan yang tak terawat, merupakan salah satu pemandangan yang menjadi ciri khas kampung ini.
Namun, yang patut dibanggakan karena kehidupan masyarakatnya masih menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan, sehingga antara tetangga satu dengan tetangga lainnya tak hanya saling mengenal, tetapi juga saling bantu-membantu.
Yang menjadi ciri khas dari Kampung Cimahpar adalah kurung ketupat. Sebab, dikampung inilah kurung ketupat yang tersebar disejumlah pasar dibuat. Jumlah pembuatnya tak hanya puluhan, tetapi bisa mencapai seratusan orang. Sebab dalam satu KK (kepala Keluarga) saja terkadang memperkerjakan tiga sampai empat karyawan.
Bulan ramadhan merupakan bulan paling sibuk bagi para pembuat cangkang ketupat, sebab mereka sibuk melayani pesanan dari luar. Perharinya, para pembuat cangkang ketupat di kampung ini bisa mencapai 600 buah.
Sejumlah penduduk Kampung Kebon Danas Cimahpar memang menggantungkan hidupnya dengan menjual cangkang ketupat dan ketupat sudah jadi. “ Rata –rata setiap hari kami membuat sekitar 600 cangkang ketupat, “ kata Duyeh salah satu pengraijin cangkang ketupat.
Proses pembuatan kulit ketupat juga melibatkan anak-anak. Rata-rata anak-anak di Kampung Ketupat pintar membuat kulit ketupat. Uniknya, mereka tidak diajarkan oleh orangtua mereka.
Salah satunya adalah Nurul (13 tahun). “Saya bisa membuat kulit ketupat sejak kelas 3 SD. Caranya, dengan melihat teman yang sedang menjalin daun kelapa menjadi kulit ketupat,” kata Nurul.
Tak hanya cangkang ketupat, istri Duyeh pun sibuk menjual ketupat yang sudah jadi. Untuk merebus ketupat, istri Duyeh menggunakan kayu bakar. Sekali merebus sekitar 400 buah. Ketupat baru matang setelah direbus selama 4 jam.
Ketupat yang telah matang, lalu dikeluarkan dari panci dan didinginkan. Setelah itu ketupat diikat. Setiap ikatan berisi 10 buah ketupat berukuran mungil. Ketupat pun siap dijual ke pasar. Harganya, Rp3.000 per ikat.
“Harga itu merupakan harga borongan. Maksudnya, bila kita membeli ketupat dalam jumlah yang banyak, harga setiap ikat adalah Rp3.000. Namun, bila kita hanya membeli seikat, maka harganya menjadi Rp4.000, “ kata Duyeh. (yan/als)
Sumber: Kota Bogor 6/8/2011
Tidak ada komentar