Meskipun sudah begitu jelas dasarnya, namun ganjalan mengembangkan kelas olahraga di daerah masih terasa. Bisakah pemegang kebijakan, pengajar dan pihak-pihak terkait menjaga calon atlet yang telah mulai lahir di wilayah Kabupaten Bogor.

Jawa Barat sendiri awal mulanya membentuk kelas olahraga untuk mengejar ketinggalan prestasi olahraga dibandingkan provinsi lain. Sedangkan di Kabupaten Bogor, potensi mengembangkan atlet begitu besar setelah memiliki luas wilayah dan penduduknya, serta daerahnya yang strategis karena dekat dengan Ibukota Jakarta.

Namun masalahnya, jika calon atlet telah lahir, apakah kita hanya mampu membiarkan mati tanpa mampu berbuat? Pertanyaan itu untuk menjawab kondisi siswa-siswi kelas olahraga yang mungkin terabaikan. Atau diberi beban yang tak seharusnya. Ini berkaitan dengan proses pembelajaran dan bukan hal lain.

Sebab awal mula keberhasilannya berangkat dari seberapa relevansinya praktik upaya mencetak atlet ditinjau dari kurikulum yang seharusnya.
Apakah logis jika ada spesifikasi atlet menekuni atletik tiba-tiba dipaksa menguasai matematika dan pandai baris-berbaris atau bernyanyi? Kalau punya, itu kehebatan tersendiri karena konsentrasinya adalah olahraga. Justeru berangkat karena adanya potensi calon atlet, kelas olahraga ada.

Disini yang mesti pandai memberikan pengajaran adalah para pendidiknya yaitu guru. Bisakah dia membuat pintar secara akademik. Hanya soal cara dan bukan memaksa. Fakta ini masih ada di Kabupaten Bogor. Seorang guru dituntut memahami kondisi ini, khu-susnya guru yang berada di kelas regular.

Meskipun seumur jagung, mesti diingat kelas olahraga mampu eksis. Apakah pemain futsal putri SEA Games 2011 asal kelas olahraga, Maya Muharina lahir begitu saja.

Ini buah dari proses ketekunan anak dan gurunya. Lalu jika Maya ketika jadwalnya harus latihan mestikah dia juga mengikuti kelas lain? Kita mesti menjaganya bahwa siswi itu mesti melakukan yang seharusnya. Jika tidak, bersiap-siap saja kelas olahraga hanya nama dan tak ubahnya seperti kelas biasa.

Tak bisa melahirkan atlet hebat.
Hal itu karena olahraga masih dianggap sebagai pelengkap pelajaran di sekolah dan masih banyak pengelola pendidikan atau sekolah lebih mementingkan prestasi akademik dan mengabaikan prestasi siswa dalam bidang olahraga sehingga olahraga belum dianggap sebagai aktivitas penting.