header_ads

Workshop Nasional Perubahan Iklim

“Indonesia telah menurunkan 26 % emisi karbon, pada tahun 2010, hal ini merupakan suatu terobosan yang perlu dilakukan kembali kedepannya,”tutur Kepala BMKG, Dr. Ir. Sri Woro B. Harijono, M. Sc pada acara Workshop Nasional Perubahan Iklim, Kamis (15/12) di Hotel Four Seasons.

Lebih lanjut, Sri Woro mengutarakan bahwa BMKG sebagai institusi non kementerian yang memberikan pelayanan informasi perubahan iklim perlu melakukan tindakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, sebagai contoh yang telah dilakukan yaitu bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Perikanan dan Kelautan, dan Kementerian Pertanian untuk memberikan informasi perubahan iklim kepada penyuluh.

Sementara Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Bappenas, Dr. Ir. Rr Endah Murningtyas mengatakan bahwa melalui Perpres No. 61 tentang penurunan emisi gas rumah kaca, Bappenas bekerjasama dengan Pemda untuk melakukan aksi penurunan emisi gas rumah kaca. “Kegiatan Traning of Trainers (ToT) pada bidang Pertanian dan Perikanan yang telah kita lakukan diharapkan dapat menghasilkan informasi tentang perubahan iklim kepada penyuluh,”tutur Enda.

Workshop yang menghadirkan para nara sumber, yaitu Deputi Bidang Klimatologi, Dr. Widada Sulistya DEA; Muhrizal, Perwakilan dari Kepala Litbang Pertanian; Ali Suman, Perwakilan dari Kepala Litbang Kelautan dan Perikanan; dan Dr. Ridwan Djamaluddin, Deputi Ka. BPPT Bidang TPSA ini memaparkan materi tentang perubahan iklim dan menginformasikan kepada publik tentang pencapaian yang telah dihasilkan dari program “Public Awareness, Training and Education Program on Climate Change Issue for All Level of Society in Mitigation and Adaptation yang telah dilakukan sejak Bulan November 2010 dan berakhir pada Bulan Desember 2011.

“BMKG telah menghasilkan berbagai produk layanan informasi perubahan iklim, yaitu peta kerentanan perubahan iklim, proyeksi perubahan curah hujan pada tahun 2025, perbandingan CO2 di Indonesia dan Mauna Loa (USA), Trend Gas Rumah Kaca di GAW Kototabang, dan potensi daerah rawan banjir. Informasi ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat sebagai pengguna terakhir terkait perubahan iklim,”tutur Widada.

Sementara Muhrizal mengatakan akibat perubahan iklim terhadap sektor pertanian akan berdampak pada sektor lainnya yang nantinya akan berkelanjutan, yaitu mempengaruhi sumber daya, kemudian infrastruktur dan sistem produksi. “Kementerian Pertanian telah menerbitkan Road Map tentang strategi pertanian (2010) dan kita telah melakukan program mitigasi dengan dikembangkannya teknologi yang ramah lingkungan,”tutur Muhrizal.

Pada sektor pendidikan, BMKG bekerjasama dengan Pusat Krikulum dan Perbukuan, Kemendikbud menyusun kurikulum perubahan untuk siswa SD hingga SMA, guru, serta pengawas.

Sedangkan di sektor pertanian dan kelautan, program ini menghasilkan modul penyuluhan yang mendukung ketahanan pangan yang dapat digunakan oleh para penyuluh dalam membantu para petani dan nelayan dalam menghadapi perubahan iklim. Koordinasi pun dilakukan BMKG dengan Dinas Kelautan dan Perikanan di 5 (lima) lokasi seperti Baubau, Serdang Bedagai, Indramayu, Jakarta, dan Batu. (ch)




Sumber: Humas BMKG 16/12/2011

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.