Bogor Rabbit Festival 2012 Kota Bogor
Kementerian Pertanian (Kementan) gencar mengampanyekan budidaya kelinci karena potensi dan nilai jualnya sangat tinggi. Suswono mengatakan, peternakan kelinci memiliki potensi yang sangat besar untuk mendukung perekonomian dan ketahanan pangan nasional. Apalagi budidaya kelinci ini memiliki bisnis ikutannya seperti industri kulit, pupuk danmakanan seperti nugget, sosis dan bakso.
Potensi peternakan kelinci di Indonesia tergolong sangat besar, bahkan mampu mengalahkan Cina sebagai negara dengan tingkat konsumsi kelinci tertinggi dunia. Di Indonesia, tingkat konsumsi masyarakat sebesar 700 gram per kapita per tahun, sedangkan Cina sekitar 500gram per kapita per tahun.
Menteri Pertanian RI Suswono melihat, potensi budidaya kelinci di Indonesia cukup tinggi, meski daya konsumsi masyarakat masih sangat rendah. Makanya, kementerian sedang mendorong produksi kelinci agar lebih besar dari Cina.
“Dengan jumlah penduduk saat ini, jika budidaya kelinci dikembangkan setiap rumah tangga, kita bisa produksi 700 gram per kapita per tahun,” kata Menteri saat membuka Bogor Rabbit Festival 2012, di Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak) Jalan Pajajaran, kemarin.
Menurut Suswono, pemeliharaan kelinci dapat dilakukan perorangan. Dan untuk memproduksi dagingnya, hampir sama seperti berternak ayam, dapat dilakukan sendiri. Tidak seperti kambing yang butuh orang banyak bila dilakukan penyembelihan.
Pakar Agribisnis dan Agroindustri Ternak Kelinci dari Koperasi Ternak Kelinci (Konapci) Prof Nahrowi mengatakan, pencanangan konsumsi kelinci harus ditingkatkan untuk menopang ketahanan pangan nasional. Selama ini masyarakat masih kurang familiar dengan hewan lucu ini, padahal vitamin yang terkandung dalam kelinci setara daging sapi.
“Saya melihat pengolahan ternak kelinci di Indonesia masih kurang efisien, karena dilakukan dengan skalakecil. Ini jelas menghambat eksistensi budidaya kelinci secara luas,” kata Nahrowi di sela-sela acara.
Ia menilai, kurang populernya daging kelinci di masyarakat kemungkinan karena faktor kebiasaan (food habit). Ada pula efek psikologis yang mengganggap kelinci sebagai hewan hias atau kesayangan sehingga tak layak dijadikan bahan makanan sumber protein hewani.
Salah satu peserta pameran dari Koperasi Peternak Kelinci (Kopnakci) tak hanya memamerkan program binaan dan kelinci-kelinci anggotanya saja, melainkan juga menggelar demo mengolah daging kelinci dengan beragam resepnya.
Tak hanya itu peternak asal Kota Batu Jawa Timur, Sriwotomenuturkan, sengaja datang ke Bogor hanya untuk mengenalkan koleksi kelincinya yang telah mendapatkan perhargaan dari Presiden Republik Indonesia. Karena di kota asalnya, ia salah satu yang membudidayakan ternak kelici dengan jumlah terbanyak.
“Budidaya kelinci bisa digunakan untuk mata pencaharian atau usaha.Selain dagingnya bisa dikonsumsi, kotoran dan urinenya bisa untuk pupuk tanaman,” ujar Sriwoto menjelaskan manfaat membudidayakan kelinci.
Bogor Rabbit Festival 2012 merupakan pertama kalinya digelar oleh Himpunan MasyarakatPerkelincian Indonesia (Himakindo). Kegiatan tersebut diikuti sekitar 150 peserta yang menampilkan kurang lebih 750 ekor kelinci dari Jabodetabek dan wilayah Indonesia lainnya. Acara yang diselenggarakan pada Sabtu-Minggu (7-8/1/2012) ini menampilkan kelinci-kelinci cantik dan unik milik peternak maupun penggemarnya.(als)
Tidak ada komentar