Beredar Isu Sukhoi Jatuh Lantaran Mistis

Dede Yusuf berharap jangan ada tragedi jatuhnya Sukhoi untuk kedua kalinya, jangan sampai kembali timbulnya korban jiwa kecelakaan pesawat. Dede mengimbau agar maskapai penerbangan tidak melewati 3 pegunungan yaitu Salak-Halimun-Pangrango yang menurutnya jalur berbahaya untuk melintasnya pesawat terbang karena membentuk medan magnet yang dapat merusak komunikasi pesawat.
"Tetapi perlu tekankan untuk semua penerbangan memang wilayah itu kalau perlu jangan dilewatin. Banyak pesawat yang jatuh disana. Kami secara ilmiah sih belum tapi ada gunung Halimun yang paling gede, Salak dan Pangrango. Penerbangan ini membuat sebuah rules menghindari daerah itulah kira-kira . Ini saja Sukhoi yang super canggih seperti itu," terang Dede.
Tidak hanya penerbangan bahkan orang yang naik gunungpun juga sering tersesat jika melewati area tersebut. "Yang mana para orang-orang yang mau naik gunung pun banyak yang hilang disana, GPSnya atau apa. Saya lihat kemarin wartawan juga ada yang ikut juga gitukan," katanya.
Pemda Jabar menurut Dede sudah cepat dan tanggap darurat menangani kecelakaan pesawat Sukhoi. " Sekarang Tim kita udah ada disana, baik Gegana kita, Pak Gubernur juga sudah menyiapkan dukungan yah baik itu materiil atau dukungan prasarana untuk ada disana, semua tim juga ada disana," katanya.
Wakil Bupati Bantah Unsur Mistis

Makam Syekh Hasan dianggap keramat, setara dengan makam Mbah Priok di Tanjung Priok, Jakarta Utara, dan Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Alathas atau makam Karomah Empang Bogor, tak jauh dari Kebun Raya Bogor.
Dua orang pemuka agama Islam di Cijeruk, Bogor, KH Marsa Abdullah dan Habib Mukhsin Barakbah menyampaikan hal itu, Sabtu (12/5/2012).
Mereka ditemui di kediaman Marsa di Kampung Pasir Pogor, Cipelang, berjarak kurang lebih 500 meter di selarang lapangan helikopter darurat milik SMPN 1 Cijeruk, yang menjadi posko utama evakuasi korban pesawat Sukhoi SuperJet 100 yang jatuh pada Rabu (9/5/2012).
Menurut pandangan kebatinan Marsa, peristiwa jatuhnya pesawat buatan Rusia berpenumpang 47 orang, ada kaitannya dengan legenda Sunda, suku asli Bogor dan Jawa Barat pada umumnya. Ia coba mengingat-ingat kecelakaan jatuhnya Sukhoi di kaki Gunung Salak, dan fakta kecelakaan-kecelakaan sebelumnya. Marsa lalu mengaitkan musibah ini dengan makhluk gaib penunggu Gunung Salak.
"Jangan anggap remeh, walaupun ini dongeng. Anda percaya atau tidak, terserah. Seperti kalau mau masuk rumah orang, kan ada isyaratnya. Harus ada sopan-santun, ada salam. Bagi orang Islam misalnya, mengucapkan assalamualikum," tutur Marsa.
Banyak Peziarah
"Warga di sekitar sini banyak yang berziarah ke sini, begitu juga dari luar kota," ucap Ading (61), warga Cijeruk, Bogor, Jawa Barat, Minggu (13/5/2012). Menurutnya, mereka datang dengan berbagai permintaan, agar maksud dan tujuannya bisa menjadi kenyataan.
"Mau apa saja yang dimintanya, datang ke sini," jelasnya.
Ading datang ke Puncak Manik untuk menjadi penunjuk jalan bagi pasukan Brimob. Ia sempat berdoa di atas kubur Mbah Gunung Salak bersama rekannya.
"Tapi, di sini sulit air. Jadi, mungkin orang-orang untuk berziarah jarang wudhu lebih dulu," ujarnya.
Ketika wartawan turun gunung menuju Cimelati, Sukabumi, ada rombongan berjumlah sekitar empat orang, yang membawa air menuju ke Puncak Salak.
"Kami akan berziarah ke atas," kata salah satu dari mereka, saat ditanya wartawan. Seorang warga menjelaskan, kuburan tersebut dibangun oleh seseorang yang berada di sekitar Gunung Salak. Sehingga, kuburan Mbah Gunung Salak dikeramik dan menjadi bagus. Padahal, awalnya makam itu hanya berupa batu.
"Biasanya, yang berziarah banyaknya pada bulan Mulud (Maulid Nabi). Tapi, hari biasa pun warga banyak yang berziarah ke sini," paparnya.
Cuaca Gunung Salak Tak Dapat Diprediksi
Di atas kuburan tersebut, terdapat batu nisan bertuliskan 'Raden KH Moh Hasan Bin R KH Bahyudin Praja Kusumah (Mbah Gunung Salak) Puncak Manik Gunung Salak'.
Kuburan tersebut lah yang dianggap sang kuncen cukup menentukan cuaca di Puncak Manik. Entah kenapa, setelah kuburan tersebut rusak karena tertimpa logistik yang dilemparkan dari atas Helikopter Super Puma, cuaca langsung berkabut.

"Kayaknya ia tidak rido, sehingga cuaca seperti ini. Bagaimana kalau kuburan tersebut dikelilingi tali biar tidak terganggu," ujarnya memberi usul.
Tanpa banyak bicara lagi, pimpinan tim evakuasi di Puncak Manik langsung mengiyakan permintaan sang kuncen, dan langsung memerintahkan anak buahnya untuk memagar kuburan tersebut dengan tambang kuning.
"Saya pun tadi sudah meminta supaya mohon dimaafkan bila ada sesuatu, baik sebelum, sudah, dan akan terjadi. Memang kita tidak minta izin lebih dulu terhadap yang ada di sini," Ucap Letkol Shobri menimpali pernyataan sang kuncen.
"Kami akan membangun kembali kuburan ini nanti," cetus Shobri.
Setelah pembicaraan tersebut, cuaca kembali agak terang. Namun, ketika anggota TNI pada Senin (14/5/2012) menebangi pohon di Puncak Manik, kabut kembali turun, terutama ketika tanggul pohon di atas kuburan tersebut ditebang, dengan alasan untuk membuat helipad.
Namun, setelah ada dua warga yang berdoa, kabut perlahan menghilang lagi. Tapi, penebangan pohon lain terus dilakukan di sekitar Puncak Manik, hingga akhirnya hujan turun sekitar pukul 13.00 WIB. Seolah-olah, orang yang di dalam kubur tersebut mampu 'mengatur' cuaca di Puncak Manik.
Tidak banyak warga yang tahu asal-usul orang yang dikubur di tempat tersebut, yang lokasinya tepat berada di Puncak Manik.
"Saya tidak tahu sejak kapan kuburan tersebut ada," Kata Ading (61), warga. Namun, menurut Ading, keturunan orang yang berada di makam tersebut ada banyak di Cijeruk, Bogor. Tapi, Ading tidak mengetahuinya persis.
Menurut warga, orang yang berada di dalam kubur tersebut berasal dari Banten. Terkait kenapa bisa dikuburkan di Puncak Manik, tak seorang pun tahu. "Bukan hanya ini, dari arah Cidahu pun juga ada kuburan," katanya.
Awan Comulus Dituding Penyebab Kecelakaan

"Jalur yang dilalui Sukhoi Super Jet 100 sebenarnya relatif aman, namun demikian 1 jam sebelum pesawat hilang, data satelit MTSAT kami mendeteksi adanya gumpalan awan yang cukup tebal di kawasan Gunung Salak," jelas Deputi Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lapan, Thomas Djamaluddin di kantornya, Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (15/5/2012).
Menurut Thomas, dasar awan tersebut berada pada ketinggian 2.000 kaki dan puncak awan berada pada ketinggian 11.231 Kilometer atau 37.436 kaki.
"Menaikkan pesawat untuk mengatasi awan mungkin dianggap terlalu tinggi, dari 10.000 kaki dan harus terbang melebihi 37.000 kaki. Pilihan minta izin menurunkan 6.000 kaki mungkin juga didasarkan pertimbangan ada sedikit celah yang terlihat di bawah, tetapi terlambat memperhitungkan resiko yang lebih fatal dengan topografi yang bergunung-gunung," paparnya.
Thomas mengatakan, ada intrepretasi yang berbeda antara Lapan dengan BMKG. Menurut BMKG, pada saat itu ada awan cumolonimbus di sekitar lokasi. "Antara pukul 14.00 WIB dan 15.00 WIB, pesawat itu hilang dan terdeteksi awan di Gunung Salak. Secara umum datanya sama waktu kejadian ada awan di Gunung Salak," ujarnya.
Thomas menyarankan jika ada awan Cumulus Nimbus, sebaiknya pilot harus menghindari awan tersebut, namun keputusan tetap ada pada sang pilot. "Informasi untuk menjadi pemahaman masyarakat terkait kondisi lingkungan saat itu. Belum tentu juga awan tersebut membahayakan dan menjadi keputusan pilot untuk menurunkan ketinggian," tuturnya. (als/Tribun Jakarta Edisi Pagi, 15 Mei 2012)
Tidak ada komentar