header_ads

Jalanan Bertasbih Menggeliat Kota Bogor


KOTA BOGOR - , Embrio kantong Seni Kota Bogor suasana hangat dan ceria nampak di pojok pelataran Terminal Barangnangsiang, Bogor, Minggu malam, 05 Agustus 2012. Ratusan aktivis seni dan Pengamen jalanan menghadiri acara tahunan dengan tajuk “ Jalanan Bertasbih”.

Tak pelak, bak para pendekar dari pelosok nusantara yang turun gunung, dengan berbagai atribut dan tampilanya menghiasi panggung sederhana dan ruang bagi penonton yang hanya lesehan di rerumputan.

Diwaktu siang hari terasa panas menyengat, kumuh dan berdebu, namun Minggu (5/8/2012) malam lalu lokasi itu disulap menjadi ajang /mimbar kebebasan berekspresi para seniman dan budayawan dari Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, Tangerang dan Bandung..

Kesederhanaan, kejujuran , saling toleransi dan kebebasan ada disana. Dengan tempat dan tata ruang yang sederhana tidak menghilangkan kesan kebersamaan mereka. Pintu masuk hanya di hiasi obor kecil dari bamboo, dengan atap bilik sederhana. Tulisan “Sampurasun” menyambut para simpatisan yang hadir.

Panggung sederhana dihiasi dengan kain merah, hitam putih dan ornament-orrnamen topeng Cirebonan. Gitar dan sound khas hajatan rakyat bertengger di tengah dan sisi kanan kiri panggung. Suasana temaran yang dibuat menjadikan penonton merasa nyaman duduk bersila bersama.

Acara dibuka dengan celoteh Si Bewok sang Kreator dan si Empunya hajat, “Ini adalah Jalanan Bertasbih yang ke-4, sekalian syukuran 10 tahun kantong permen mas,” ungkapnya saat ditemui Berita Bogor. Kantong permen adalah komunitas anak Jalanan yang selama ini digeluti oleh Bewok dan kawan-kawan di terminal baranang siang. Dari situ lahir pula grup reggae Bewok and Pakburisart. Anggotanya kebanyakan anak-anak pengamen jalanan.

Mereka menempa hidup dan seni di jalanan. Dengan kebersamaan dan keyakinan yang mereka miliki, jadilah eksistensi mereka hingga hari ini. Setelah beberapa tampilan kontemporer dari beberapa grup. Turut turun gunung pula Kapospol baranangsiang, H. Jumpa Tarigan.

Dengan dandanan yang tak kalah dengan para seniman yang lain, yaitu baju jubah putih dengan srubanya, Jumpa Tarigan memberikan sedikit Tausiah , “Dinegeri ini sudah hilang rasa saling cinta mencintai, tapi di jalanan masih ada itu.” ujar H. Jumpa Tarigan.

Dalam kesempatan itu H. Jumpa Tarigan juga memamerkan kebolehanya berorasi, bernyanyi dan membaca puisi. Tak mau kalah dengan para seniman dan budayawan yang tampil. Tampilanya diakhiri dengan pemotongan tumpeng tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa hingga hari ini mereka masih bisa menggelar acara Jalanan Bertasbih ke -4 sekalian syukuran 10 Tahun Kantong Permen. Tumpeng di potong oleh Tarigan dan di berikan kepada Bewok si pemangku acara.

Sulis yang menjadi pengatur acara dengan gayanya yang santai dan kocak mulai mengacak – acak acara dengan memanggil satu persatu para” pendekar “ yang mau tampil di panggung. Hanny Merdeka membawakan sebuah lagu yang berjudul “Sang Maha”. Teater kotag, sebuah komunitas musikalisasi teater dari Cisarua, Bogor, menampilkan seni teater yang di balut dengan musik. Dengan tokoh utama Yul dan Ade, menampilkan tema menghidupkan kembali kematian. Tampilan mereka cukup mendapatkan apresiasi dari para penonton.

Acara malam itu banyak dihadiri tokoh-tokoh seniman , tak kurang dari Bang Ane dan Deddy S. Putra (Sanggar Matahari dan MLK) Bekasi, Irmansyah, Pak Mantri, dari Bandung, Hanny Merdeka, Tokoh Budayawan Bogor, Kibar Esa, Kotag, Tedja kusumah dan Irsan utoyo, Budayawan Puncak dan masih banyak lagi. mereka saling melampiaskan kerinduanya setelah sekian lama tidak saling bertemu. Bak acara reuni, Jalanan Bertasbih menjadi ajang silahturahmi dan bersendau guraunya para pendekar-pendekar seni jalanan. Acara berlangsung hingga menjelang Sahur.(cj)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.