Manajemen SMP PGRI Ciomas Perlu Dibenahi
CIOMAS - SMP PGRI Ciomas menjadi sorotan, oknum kasek diduga doyan kawin cerai.
Sekolah yang berada dibawah payung Yayasan Perkumpulan Pembina Lembaga Pendidikan (YPPLP) PGRI ini nampaknya perlu pembenahan lebih lanjut.
Pasalnya, keluhan demi keluhan berdatangan hilir berganti atas sikap Kepala Sekolah (Kepsek) SMP PGRI Ciomas, M Achyar Budiana yang dinilai bertentangan dengan jiwa pendidik.
Persoalan mulai dari tertundanya jatah baju seragam batik dan kaos olah raga untuk kelas 7 dan 8 yang sudah melunasi para siswa sejak awal tahun. Nepotisme dan kolusi dengan komite sekolah juga sudah terendus.
Inventaris bantuan yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor pun menjadi persoalan. Keberadaan inventaris dipertanyakan, seperti Organ, Guiter Yamaha, 2 buah VCD Player hingga televisi merek Samsung, termasuk komputer peninggalan Kepsek sebelumnya.
Keresahan menyelimuti para guru di sekolah ini. Sebut saja, Tri, yang mengaku lelah harus menutupi berbagai persolan yang merebak dewasa ini, sementara niat baik Kepsek tak kunjung ada pengertian.
"Kelakukan Kepsek doyan menikahi siswinya sendiri yang baru duduk di kelas 7 dan 8 disekolah tersebut. Ini menjadi momok menakutkan para orang tua yang mengetahui akan hal itu," keluhnya.
Hal senada dikatakan guru berinisial DES yang mengungkapkan adanya dampak banyaknya warga yang enggan menyekolahkan anak - anaknya di SMP PGRI Ciomas ini. Tak hanya itu, kredibilitas PGRI yang telah dibangun bisa terancam.
Keluhan juga datang dari Asep yang pernah dituding membawa inventaris alat kesenian sekolah. "Berani sumpah, saya tidak pernah membawa kedua alat tersebut ke rumah, lagi pula buat apa saya bawa pulang,” keluhnya.
Sumber lainnya yang tak ingin namanya disebutkan mengungkapkan, kelima isteri kepsek tersebut, diantaranya Wiwin, Yeti Sumbiati, Nia, Erya dan Nita.Empat diantaranya masih ABG saat dinikahi dan tak lama lalu dicerai. Kini isteri kelimanya berusia 19 tahun, dengan usia perkawinan 1,5 tahun dan dikarunia seorang anak.
Sementara saat dikonfirmasi wartawan, Kepala SMPN PGRI Ciomas M Achyar Budiana, Jumat pekan lalu, sempat tertegun sejenak lalu menjelaskan dan mengakui secara jujur serta tak malu malu menutur kelakukan buruknya, bahwa dirinya telah menikahi 4 ABG.
“Betul saya telah menikahi 4 siswi di sekolah ini. Satu diantaranya di SMP Pasundan saat menjadi guru olah raga disana dan isteri kelima masih duduk di SMA swasta kelas satu saat itu”, tandasnya.
Menanggapi persoalan lainnya, Achyar Budiana mengakui seragam baju batik dan kaos olah raga belum diberikan kepada siswa, lantaran stock yang tersedia sudah habis.Namun, pihak sekolah sedang berupaya ketempat lain dan tak lama lagi akan dibagikan kepada para siswa.
"Saya bertanggungjawab, sebab sejumlah inventaris organ dan guiter masih ada, sebagian dipinjam guru dan dibawa pulang," jelasnya. (ris)
foto: ilustrasi
Editor: Alsabili
Email: redaksiberitabogor@gmail.com
Sekolah yang berada dibawah payung Yayasan Perkumpulan Pembina Lembaga Pendidikan (YPPLP) PGRI ini nampaknya perlu pembenahan lebih lanjut.
Pasalnya, keluhan demi keluhan berdatangan hilir berganti atas sikap Kepala Sekolah (Kepsek) SMP PGRI Ciomas, M Achyar Budiana yang dinilai bertentangan dengan jiwa pendidik.
Persoalan mulai dari tertundanya jatah baju seragam batik dan kaos olah raga untuk kelas 7 dan 8 yang sudah melunasi para siswa sejak awal tahun. Nepotisme dan kolusi dengan komite sekolah juga sudah terendus.
Inventaris bantuan yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor pun menjadi persoalan. Keberadaan inventaris dipertanyakan, seperti Organ, Guiter Yamaha, 2 buah VCD Player hingga televisi merek Samsung, termasuk komputer peninggalan Kepsek sebelumnya.
Keresahan menyelimuti para guru di sekolah ini. Sebut saja, Tri, yang mengaku lelah harus menutupi berbagai persolan yang merebak dewasa ini, sementara niat baik Kepsek tak kunjung ada pengertian.
"Kelakukan Kepsek doyan menikahi siswinya sendiri yang baru duduk di kelas 7 dan 8 disekolah tersebut. Ini menjadi momok menakutkan para orang tua yang mengetahui akan hal itu," keluhnya.
Hal senada dikatakan guru berinisial DES yang mengungkapkan adanya dampak banyaknya warga yang enggan menyekolahkan anak - anaknya di SMP PGRI Ciomas ini. Tak hanya itu, kredibilitas PGRI yang telah dibangun bisa terancam.
Keluhan juga datang dari Asep yang pernah dituding membawa inventaris alat kesenian sekolah. "Berani sumpah, saya tidak pernah membawa kedua alat tersebut ke rumah, lagi pula buat apa saya bawa pulang,” keluhnya.
Sumber lainnya yang tak ingin namanya disebutkan mengungkapkan, kelima isteri kepsek tersebut, diantaranya Wiwin, Yeti Sumbiati, Nia, Erya dan Nita.Empat diantaranya masih ABG saat dinikahi dan tak lama lalu dicerai. Kini isteri kelimanya berusia 19 tahun, dengan usia perkawinan 1,5 tahun dan dikarunia seorang anak.
Sementara saat dikonfirmasi wartawan, Kepala SMPN PGRI Ciomas M Achyar Budiana, Jumat pekan lalu, sempat tertegun sejenak lalu menjelaskan dan mengakui secara jujur serta tak malu malu menutur kelakukan buruknya, bahwa dirinya telah menikahi 4 ABG.
“Betul saya telah menikahi 4 siswi di sekolah ini. Satu diantaranya di SMP Pasundan saat menjadi guru olah raga disana dan isteri kelima masih duduk di SMA swasta kelas satu saat itu”, tandasnya.
Menanggapi persoalan lainnya, Achyar Budiana mengakui seragam baju batik dan kaos olah raga belum diberikan kepada siswa, lantaran stock yang tersedia sudah habis.Namun, pihak sekolah sedang berupaya ketempat lain dan tak lama lagi akan dibagikan kepada para siswa.
"Saya bertanggungjawab, sebab sejumlah inventaris organ dan guiter masih ada, sebagian dipinjam guru dan dibawa pulang," jelasnya. (ris)
foto: ilustrasi
Editor: Alsabili
Email: redaksiberitabogor@gmail.com
Tidak ada komentar