Wagub Resmikan Festival Ethnic Food 2013
BANDUNG - Festifal diharapkan dapat mendistribusikan produk makanan berbahan baku lokal ke perhotelan
Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf mengatakan, makanan lokal seperti singkong, ketela, dan umbi-umbian sebenarnya menyimpan energi yang sama dengan nasi atau beras.
"Makanan lokal tidak boleh diartikan tidak bermutu, 100 gram nasi sama dengan 100 gram umbi atau singkong,", ujarnya saat membuka festival tersebut.
Makanan lokal, kata Dede Yusuf, diharapkan tidak berhenti pada festival semata. Dia berharap produk makanan berbahan baku lokal menjadi banyak dan didistribusikan dari warung hingga perhotelan. "Sehingga makanan lokal menjadi massif," harapnya.
Dalam menghadapi makanan lokal, sarannya, seharusnya masyarakat melawan perasaan bahwa makan singkong tidak sama dengan makan nasi. "Sehingga etnik food menjadi ketahanan pangan kita, supaya bisa ngirit," dan kali ini yang menjadi primadona kuliner seperti Lele mulai berani ditampilkan ,agar supaya menggugah selera sebaiknya diolah lebih baik lagi dengan kreasi olahan yang lain," ujar Wagub Dede Yusuf.
Dirinya mengungkapkan, konsumsi beras masyarakat Indonesia sangat tinggi. Yang tertinggi adalah masyarakat Jabar karena penduduknya terbanyak di Indonesia.
"Orang China konsumsi beras 50 kg per tahun, Jepang 60 kg per tahun, Thailand 80 kg per tahun, sedangkan Indonesia 130 kg per tahunnya," bebernya.
Pemerintah paling depan mendukung turut mengembangkan serta menarik minat masyarakat luas , "semoga kegiatan tahunan ini akan turut meningkatkan perekonomian warga Jawa barat, kuliner terhadap produk industri berbahan dasar dari ikan ,dan bisa bersaing dengan menjamurnya makanan modern," harapnya. (noer)
Editor: Alsabili
Email: redaksiberitabogor@gmail.com
Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf mengatakan, makanan lokal seperti singkong, ketela, dan umbi-umbian sebenarnya menyimpan energi yang sama dengan nasi atau beras.
"Makanan lokal tidak boleh diartikan tidak bermutu, 100 gram nasi sama dengan 100 gram umbi atau singkong,", ujarnya saat membuka festival tersebut.
Makanan lokal, kata Dede Yusuf, diharapkan tidak berhenti pada festival semata. Dia berharap produk makanan berbahan baku lokal menjadi banyak dan didistribusikan dari warung hingga perhotelan. "Sehingga makanan lokal menjadi massif," harapnya.
Dalam menghadapi makanan lokal, sarannya, seharusnya masyarakat melawan perasaan bahwa makan singkong tidak sama dengan makan nasi. "Sehingga etnik food menjadi ketahanan pangan kita, supaya bisa ngirit," dan kali ini yang menjadi primadona kuliner seperti Lele mulai berani ditampilkan ,agar supaya menggugah selera sebaiknya diolah lebih baik lagi dengan kreasi olahan yang lain," ujar Wagub Dede Yusuf.
Dirinya mengungkapkan, konsumsi beras masyarakat Indonesia sangat tinggi. Yang tertinggi adalah masyarakat Jabar karena penduduknya terbanyak di Indonesia.
"Orang China konsumsi beras 50 kg per tahun, Jepang 60 kg per tahun, Thailand 80 kg per tahun, sedangkan Indonesia 130 kg per tahunnya," bebernya.
Pemerintah paling depan mendukung turut mengembangkan serta menarik minat masyarakat luas , "semoga kegiatan tahunan ini akan turut meningkatkan perekonomian warga Jawa barat, kuliner terhadap produk industri berbahan dasar dari ikan ,dan bisa bersaing dengan menjamurnya makanan modern," harapnya. (noer)
Editor: Alsabili
Email: redaksiberitabogor@gmail.com
Tidak ada komentar