header_ads

Pemerintah Tetapkan Lebaran Hari Kamis

Hari Raya Idul Fitri 1434 H ditetapkan jatuh pada hari Kamis (8/8/2013).  

Ijma' menjelang Syawal pada hari Rabu sekitar pukul 16.51 WIB menunjukkan hilal 2 hingga 3,87 derajat.

Sidang Itsbat yang biasanya digelar pada pukul 17.00 WIB, akan dipercepat menjadi pukul 13.30 WIB. Kementerian Agama mengundang 35 Ormas Islam. Namun, Muhammadiyah, yang merupakan Ormas Islam terbesar kedua di Indonesia sudah memastikan tak akan hadir dalam sidang isbat yang menelan biaya Rp305 Juta itu.

Menteri Agama Surya Dharma Ali mengatakan Ijma' (kesepakatan) menjelang Syawal pada hari Rabu sekitar pukul 16.51 WIB menunjukkan hilal sudah 2 hingga 3,87 derajat. Hasil ini sejalan dengan informasi yang diperoleh sebelumnya, tanggal 1 Syawal jatuh pada hari Kamis 8 Agustus 2013.

Dirinya menambahkan, sarasehan para astronom dilakukan untuk menyamakan teori, pandangan, dan metode agar tidak lagi timbul perbedaan dalam penentuan awal bulan puasa dan awal syawal.

 

Muhammadiyah

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin, memastikan organisasinya tidak akan menghadiri sidang Isbat untuk penentuan 1 Syawal yang akan digelar hari ini, Rabu 7 Agustus 2013--meskipun diundang oleh pemerintah.
 

Menurut Din, selama ini argumentasi Muhammadiyah tak pernah dipertimbangkan dalam menentukan waktu puasa maupun Idul Fitri. "Muhammadiyah tidak ikut rapat Isbat. Karena saat Menteri Agama dijabat Suryadharma Ali, penentuan awal dan akhir puasa sangat dipolitisir. Dan kami hanya dijadikan pemanis saja," kata Din.
 

Din menjelaskan Muhammadiyah selalu menentukan awal dan akhir Ramadan secara ilmiah sesuai dengan ajaran Islam. Di tahun ini, Muhammadiyah telah menetapkan akhir Ramadan pada Rabu 7 Agustus 2013, dan Hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriyah jatuh pada Kamis 8 Agustus 2013.
 

Sebelumnya telah terjadi pertemuan antara matahari, bulan, dan bumi pada suatu garis lurus. Hal itu diartikan bulan lama telah berakhir dan berganti masuk bulan yang baru. "Tapi persoalan ini tidak perlu dibesar-besarkan, tetap harus didialogkan, karena ada perbedaan," kata Din.
 

Semestinya, kata Din, pemerintah tidak perlu ikut campur dalam penentuan awal Ramadan dan Idul Fitri. Sebab, hal ini ada di ranah keyakinan umat dan pemerintah tidak memiliki kewenangan mengaturnya.

 

Nahdlatul Ulama 
Sementara itu, Nahdlatul Ulama (NU), organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia secara mandiri menggelar rukyatulhilal di 90 titik. NU Online mengungkapkan Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama mengkoordinir pelaksanaan rukyatulhilal untuk penetapan tanggal 1 Syawal 1434 H itu.

Pemantauan hilal di 90 titik strategis Indonesia, Rabu sore, dilakukan bertepatan dengan tanggal 29 Ramadhan. Titik strategis itu meliputi kawasan pantai, bukit dan menara.
Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar NU KH A. Ghazalie Masroeri mengatakan pihaknya telah menugaskan 110 pelaksana rukyat bersertifikat nasional yang tersebar di titik-titik itu. “Para perukyat bersertifikat nasional akan melakukan rukyat bersama para alim ulama, ahli hisab, ahli astronomi dan, ahli fikih dan warga nahdliyin setempat,” katanya di kantor PBNU Jakarta Pusat, Senin (5/8) kemarin.


Hasil hisab penyerasian yang dilakukan oleh Lajnah Falakiyah PBNU untuk Idul Fitri 1434 H di Markaz Jakarta, sebagaimana dimuat dalam Almanak PBNU tahun 2013 menyebutkan, ijtimak atau konjungsi akan terjadi Rabu pukul 14:50:21 WIB. Tinggi hilal pada saat dilakukan pengamatan 3049’06”.

Data hisab itu sudah memenuhi kriteria imkanurrukyah atau visibilitas pengamatan, sehingga Lajnah Falakiyah memprediksi 1 Syawal jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013. “Apabila ada laporan bahwa pelaksanaan rukyat telah berhasil melihat hilal, maka Hari Idul Fitri 1434 H jatuh pada Kamis (8/8/2013). Tetapi apabila pelaksanaan rukyat tidak ada yang berhasil melihat hilal, maka Hari Idul Fitri jatuh pada Jumat (9/8/2013) dan puasa digenapkan 30 hari,” kata Kiai Ghazalie.

 

Telan Biaya Rp350 Juta

Sidang isbat yang mengundang berbagai Organisasi Massa (Ormas) Islam tersebut ternyata tidak mengeluarkan uang dalam jumlah sedikit. Dalam sekali penyelenggaraan sidang menelan sekira Rp163 juta.

"Biaya sidang itsbat penentuan awal Syawal 1434 H dibebankan kepada Ditjen Bimas Islam tahun anggaran 2013 sebesar Rp163 juta," ujar Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat, Ahmad Izzuddin, di Jakarta, Rabu (7/8/2013). Namun, Ahmad tidak menyebutkan secara rinci terkait penggunaan dana tersebut.

Sebelumnya, alokasi dana untuk sidang itsbat penentuan awal Ramadan dikabarkan menelan biaya hingga Rp9 miliar. Namun, hal itu cepat dibantah Menteri Agama Suryadharma Ali. Dia mengatakan sidang isbat tersebut hanya menghabiskan biaya Rp142.478.000. Itu pun digunakan untuk biaya makan peserta sidang.

Dengan begitu, pemerintah telah menghabiskan dana Rp305.478.000 untuk menggelar sidang itsbat penentuan 1 Ramadan dan penentuan 1 Syawal 1434 Hijriah.
(berbagai sumber)




Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.