Evaluasi TPA Galuga Menuju TPST Galuga
Pemkot dan Pemkab Bogor Kembali Gelar Rapat Evaluasi TPA Galuga
Pemerintah Kota dan Kabupaten Bogor sepakat untuk mengevaluasi hal-hal yang selama ini menjadi catatan terkait dengan pengelolaan sampah di Galuga. Terutama, dalam kaitan pemenuhan kebutuhan warga akan kami perhatikan seperti pengolahan limbah, saluran air dan kesehatan. Hal itu diungkapkan Walikota Bogor Bima Arya usai menggelar rapat pembahasan kerjasama TPA Galuga dengan Bupati Bogor Nurhayanti di Ruang Pendopo Kabupaten Bogor, pada Selasa (3/2/2016).
Pihaknya akan melakukan evaluasi yang cukup mendasar dalam hal kesepakatan Kota dan Kabupaten dalam masalah pemberian kompensasi terhadap warga seperti misalnya penyalurannya bagaimana supaya warga bisa merasakan langsung. “Tim kecil secara teknis akan menginvetarisir apa saja yang bisa diprioritaskan terkait pembenahan di Galuga,” ungkap Bima.
Menurutnya ada beberapa poin yang disampaikan warga dan itu sudah list-nya seperti bagaimana perhatian harus diberikan untuk mencegah limbah masuk ke pemukiman warga di tiga desa, Cijujung, Galuga dan desa Dukuh. Pemerintah Kota Bogor, di tahun 2016 menganggarkan 600 juta untuk kompensasi TPA Galuga. Dana ini menurut Bima yang penting satu, tepat sasaran, kedua mekanisme pertanggungjawabannya jelas, dan yang ketiga, terminnya. Alternatif lain untuk menangani sampah di Kota Bogor ditegaskan Bima hanya satu yaitu mempercepat Nambo.
Dalam rapat pembahasan Galuga, selain dihadiri Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor dan pimpinan SKPD terkait dari kedua wilayah, hadir pula Kepala Desa Galuga Endang Sujana, Kepala Desa Cijujung Iwan Kurniawan, Kepala Desa Dukuh Rahmat, LPM dari 3 Desa dan sejumlah tokoh masyarakat. (Tria/Lani)ARW
Dalam rapat pembahasan Galuga, selain dihadiri Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor dan pimpinan SKPD terkait dari kedua wilayah, hadir pula Kepala Desa Galuga Endang Sujana, Kepala Desa Cijujung Iwan Kurniawan, Kepala Desa Dukuh Rahmat, LPM dari 3 Desa dan sejumlah tokoh masyarakat. (Tria/Lani)ARW
Nambo diserbu Pemulung
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST), mulai didatangi para pemulung yang hijrah dari TPAS Galuga. Para pemulung ini mulai mencari tempat tinggal di sekitar Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal. “Kami hidup dari memulung. Sebentar lagi TPA Galuga akan ditutup, jadi kami mulai mencari tempat tinggal di TPPAS Nambo. Kami sewa lahan buat bedeng di sini,” ujar Sutadji (43), pemulung TPAS Galuga kepada Radar Bogor Jumat (25/12/2015).
Sementra itu, Sekcam Klapanunggal Deni Humaedi menuturkan, tidak menutup kemungkinan jika TPPAS Nambo beroperasi. Pembangunan TPPAS Nambo kini sudah nyaris rampung. TPPAS seluas 55 hektare itu mampu beroperasi selama 30 tahun untuk menampung sampah warga Kabupaten dan Kota Bogor, serta Depok. (all/red)
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST), mulai didatangi para pemulung yang hijrah dari TPAS Galuga. Para pemulung ini mulai mencari tempat tinggal di sekitar Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal. “Kami hidup dari memulung. Sebentar lagi TPA Galuga akan ditutup, jadi kami mulai mencari tempat tinggal di TPPAS Nambo. Kami sewa lahan buat bedeng di sini,” ujar Sutadji (43), pemulung TPAS Galuga kepada Radar Bogor Jumat (25/12/2015).
Sementra itu, Sekcam Klapanunggal Deni Humaedi menuturkan, tidak menutup kemungkinan jika TPPAS Nambo beroperasi. Pembangunan TPPAS Nambo kini sudah nyaris rampung. TPPAS seluas 55 hektare itu mampu beroperasi selama 30 tahun untuk menampung sampah warga Kabupaten dan Kota Bogor, serta Depok. (all/red)