Warisan Pajajaran yang (Masih) Terpelihara
Leuwiliang - Ada yang berbeda dilakukan masyarakat Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang, dalam memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1432 H. Sejak pagi buta, Minggu (12/12) kemarin, penduduk desa di sebelah barat Kabupaten Bogor itu sibuk mempersiapkan upacara adat.
Raut-raut muka ceria disinari mentari pagi berduyun-duyun menuju sebuah lapang menghampar di Kampung Cibata. “Saya dan semua warga di sini mau melakukan Seren Taun pak,” ujar seorang warga, pagi kemarin.
Seren taun adalah upacara adat panen padi masyarakat Sunda yang dilakukan setiap tahun. Istilah Seren Taun berasal dari kata dalam Bahasa Sunda. Seren yang artinya serah, seserahan, atau menyerahkan, dan Taun yang berarti tahun. Jadi Seren Tahun bermakna serah terima tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai penggantinya.
Demikian pula seperti yang dilaksanakan penduduk Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang. Di balik raut-raut muka yang ceria telah menandakan mereka penuh rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil bumi yang melimpah selama satu tahun terakhir.
Acara Seren Tahun di Desa Barengkok sendiri baru pertama kali dilaksanakan. Acara ini diawali dengan iring-iringan warga yang membawa nampan berisi hasil bumi berupa padi, pisang, singkong, rebung, serta buah-buahan lainnya hasil mereka bercocok tanam selama satu tahun ini.
Atraksi ‘kesaktian’ debus yang dipertontonkan ‘pendekar-pendekar’ Perguruan Pencak Silat Banteng Liar dari Desa Barengkok, menambah semarak Seren Tahun. Hadirin yang menyaksikan sempat tercengang melihat leher ‘pendekar’ digorok dengan golok namun selamat.
Hadir dalam acara ini Wakil Bupati (Wabup) Bogor Karyawan Fathurachman, anggota DPRD Kabupaten Bogor, Camat Leuwiliang, kepala desa se-Kecamatan Leuwiliang, tokoh masyarakat, serta perwakilan dari perguruan pencak silat yang ada di Bogor.
Wabup menyambut baik acara Seren Tahun yang tetap mempertahankan seni Sunda itu. Dia berharap acara itu dapat berlangsung setiap tahun dan diadakan pula oleh wilayah lainnya agar budaya peninggalan nenek moyang dapat tetap terjaga.
“Kegiatan positif ini hendaknya dapat diadakan secara berkesinambungan dan diikuti pula oleh wilayah lainnya. Sehingga kebudayaan Sunda seperti ini dapat tetap terjaga dengan baik,” kata Wabup dalam Bahasa Sunda, kemarin.
Dalam rangkaian acara itu, diadakan pula kegiatan sunatan massal bagi 27 anak yatim yang ada di Desa Barengkok, dzikir bersama, sedekah bumi (ngariung kabuli), main bola api, serta lawakan ala seni Sunda.(EKO/JB)
Raut-raut muka ceria disinari mentari pagi berduyun-duyun menuju sebuah lapang menghampar di Kampung Cibata. “Saya dan semua warga di sini mau melakukan Seren Taun pak,” ujar seorang warga, pagi kemarin.
Seren taun adalah upacara adat panen padi masyarakat Sunda yang dilakukan setiap tahun. Istilah Seren Taun berasal dari kata dalam Bahasa Sunda. Seren yang artinya serah, seserahan, atau menyerahkan, dan Taun yang berarti tahun. Jadi Seren Tahun bermakna serah terima tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai penggantinya.
Demikian pula seperti yang dilaksanakan penduduk Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang. Di balik raut-raut muka yang ceria telah menandakan mereka penuh rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil bumi yang melimpah selama satu tahun terakhir.
Acara Seren Tahun di Desa Barengkok sendiri baru pertama kali dilaksanakan. Acara ini diawali dengan iring-iringan warga yang membawa nampan berisi hasil bumi berupa padi, pisang, singkong, rebung, serta buah-buahan lainnya hasil mereka bercocok tanam selama satu tahun ini.
Atraksi ‘kesaktian’ debus yang dipertontonkan ‘pendekar-pendekar’ Perguruan Pencak Silat Banteng Liar dari Desa Barengkok, menambah semarak Seren Tahun. Hadirin yang menyaksikan sempat tercengang melihat leher ‘pendekar’ digorok dengan golok namun selamat.
Hadir dalam acara ini Wakil Bupati (Wabup) Bogor Karyawan Fathurachman, anggota DPRD Kabupaten Bogor, Camat Leuwiliang, kepala desa se-Kecamatan Leuwiliang, tokoh masyarakat, serta perwakilan dari perguruan pencak silat yang ada di Bogor.
Wabup menyambut baik acara Seren Tahun yang tetap mempertahankan seni Sunda itu. Dia berharap acara itu dapat berlangsung setiap tahun dan diadakan pula oleh wilayah lainnya agar budaya peninggalan nenek moyang dapat tetap terjaga.
“Kegiatan positif ini hendaknya dapat diadakan secara berkesinambungan dan diikuti pula oleh wilayah lainnya. Sehingga kebudayaan Sunda seperti ini dapat tetap terjaga dengan baik,” kata Wabup dalam Bahasa Sunda, kemarin.
Dalam rangkaian acara itu, diadakan pula kegiatan sunatan massal bagi 27 anak yatim yang ada di Desa Barengkok, dzikir bersama, sedekah bumi (ngariung kabuli), main bola api, serta lawakan ala seni Sunda.(EKO/JB)
Tidak ada komentar