Tanjungsari Perlu Tingkatkan Pendidikan Warga
Wilayah ini dapat ditempuh melalui jalan alternatif Cianjur-Jonggol-Jakarta, sebuah jalur alternatif menuju Jakarta dari Bandung atau sebaliknya apabila jalur Puncak ditutup pada hari libur.
Kecamatan yang baru dibentuk pada 2005 ini merupakan pemekaran dari Kecamatan Cariu dan terdiri dari sepuluh desa. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani penggarap atau buruh tani. Banyak tanah dan lahan di Tanjungsari dimiliki oleh orang-orang luar Tanjungsari yang notabene merupakan pengusaha sukses bahkan pejabat.
Pada tahun ini, Kecamatan Tanjungsari dijadikan salah satu lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. Beben Suhendar, Camat Tanjungsari, menyatakan kegembiraannya menyambut para mahasiswa semester akhir yang ditempatkan di Tanjungsari untuk melaksanakan KKN.
“Saya bersyukur, rekan-rekan mahasiswa ditempatkan di Tanjungsari. Karena saya pikir, masyarakat disini membutuhkan kehadiran orang-orang seperti rekan-rekan semuanya,” ucap Beben saat acara penyambutan mahasiswa KKN di ruang pertemuan kecamatan (10/2).
Salah satu program gebrakan yang sedang digalakan Beben adalah Tanjungsari Kota Pendidikan 2015. Bukan sekedar rencana, program ini telah disetujui Bupati Kabupaten Bogor Rachmat Yasin saat usia kecamatan ini genap lima tahun Januari lalu.
Program ini mulai direalisasikan dengan memulai sosialisasi pada masyarakat. Modal nyata utamanya adalah dengan akan dibangunnya Universitas Mpu Tantular (Untar) yang kini berada di Jakarta mulai tahun 2011 mendatang. Selain itu, pembangunan sarana pendidikan di Tanjungsari akan dilakukan secara besar-besaran, mengingat saat ini sarana pendidikan seperti SMP, SMA, dan SMK masih belum memadai.
Akan tetapi, kendala terbesar justru datang dari masyarakat sendiri. Betapa tidak, saat spanduk Kota Pendidikan 2015 begitu gencar didirikan di setiap ruas jalan, sekolah, dan kantor dinas, saya pun mengernyitkan dahi.
Banyak rumah hanya beralas tanah atau rumah panggung yang di bagian bawah panggungnya merupakan kandang ternak, seperti ayam dan itik. Maka, wajar saja, salah seorang warga berseloroh, “Bumi didieu mah teu eleh ku bumi di kota. Di dieu ge tilu lantai. Lantai hiji, hayam. Lantai dua, jalmi. Lantai tilu, beurit.”
Selain itu, sangat jarang masyarakat yang memiliki kamar mandi dan kakus di rumahnya. Sehingga, aktivitas buang hajat selalu dilakukan di aliran air (sungai atau selokan) atau di kebun. Beberapa di antara masyarakat yang sadar tentunya memilih toilet di lingkungan mesjid dan cubluk, sebuah lubang di tanah yang dikhususkan untuk menjadi tempat pembuangan tinja.
Masalah lain yang menjadi kendala program Tanjungsari Kota Pendidikan adalah masalah pendidikan itu sendiri. Mayoritas masyarakat hanya menyelesaikan pendidikan hingga bangku SD saja.Kendala itu disebabkan oleh pemahaman masyarakat yang masih menganggap pendidikan formal tidak lebih berguna dari bekerja dan mencari penghasilan sedari usia muda. Selain itu, kendala fisik sarana dan prasarana pendidikan memungkinkan masyarakat kurang termotivasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (als)
Tidak ada komentar