Budayawan dan Seniman Terima Penghargaan Walikota Bogor

Tiga tokoh yang dianugrahi penghargaan adalah alm Uka Tjadrasasmita (arkeolog), alm M A Salmun (Budayawan), dan alm Entah Lirayana (dalang).
Penganugrahan penghargaan untuk tiga tokoh tersebut diserahkan langsung kepada keluarga almarhum oleh Walikota Bogor Diani Budiarto pada malam Insan Budaya dalam rangkaian memperingati Hari Jadi Bogor (HJB) ke 529 di Gedung Kemuning Gading, Minggu (19/6) malam. Selain menganugrahkan kepada tiga tokoh budayawan dan Seniman Walikota Bogor Diani Budiarto menyerahkan penghargaan seniman Ade Suwarsa (Seniman) dan lembaga seni Depokersen.
Walikota Bogor Diani Budiarto mengatakan, penghargaan yang diberikannya sebagai bentuk apresiasi Pemerintah Kota Bogor, karena mereka dinilai telah berjasa memberikan pengabdian, sumbangsih, prestasi karya nyata yang sangat berarti dan strategis terhadap pembangunan kebudayaan di Kota Bogor.

Almarhum Uka Tjandrasasmita lahir di Kuningan 8 Oktober 1930, dan wafat di Bogor pada 20 Mei 2010. Arkeologi Islam merupakan bidang yang ditekuninya dan ia sempat cukup lama menjadi dosen di jurusan Arkeologi Universitas Indonesia, di samping kesibukannya di Ditjen Kebudayaan Depdikbud.
Ia juga sempat menjadi Direktur Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Sejarah Purbakala Ditjen Kebudayaan, dan banyak melakukan penelitian khususnya di situs-situs peninggalan Islam di Indonesia.
Sejumlah buku telah ditulisnya, bahkan hingga usia senja ia masih meluangkan waktu menulis sebuah buku mengenai Arkeologi Islam. Buku terakhirnya berjudul "Arkeologi Islam Nusantara" itu merupakan kumpulan tulisannya.
Buku berisi 23 naksah karya Uka dibagi dalam tiga bab, yakni Arkeologi Islam dan Dinamika Kosmopolitanisme, Arkeologi Islam dan Dinamika Lokal di Nusantara dan Arkeologi Islam dan Penaskahan Nusantara.
Sedangkan alm MA Salmun nama lengkapnya adalah Mas Atje Salmun Raksadikaria lahir di Rangkasbitung pada tanggal 23 April 1903 dan wafat di Bogor pada tanggal 10 Pebruari 1972. Salmun dimakamkan TPU Blender Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal.
Semasa hidupnya Salmun dikenal sebagai sastrawan generasi tahun 1920 an yang paling produktif sejak masa muda hingga akhir hayatnya. Meskipun penglihatannya terganggu dan nyaris tidak melihat, ia tetap menulis. Indra mata adalah organ terpenting di dalam upaya tulis menulis khususnya bagi seorang bujangga sekaliber Salmun.
Karya Salmun semula dalam bentuk dangding dan cerita pendek yang muncul dalam penerbitan Volksalmanak Soenda dan Majalah Parahiangan terbitan Balai Poestaka. Kemudian menulis wawacan, gending karesmen, bahasan (essay), roman, sajak-sajak dan yang lainnya.
Sementara itu dalang Entah Lirayana adalah seorang dalang kondang yang sangat patug terhadap pakem (aturan pedalangan) dan dalang yang sering dipanggil ke Istana Bogor dan Jakarta. Entah merupakan dalang yang dikenal di seluruh Jawa Barat. (yan/gus/als)
Tidak ada komentar