header_ads

Jelang Ramadhan Marak Gadai Emas

Banyak bank yang meraup untung besar dari transaksi gadai emas syariah ini. Meningkat dari biasanya hingga semester I tahun 2011, khusus untuk gadai emas. Transaksi gadai emas syariah di industri perbankan tumbuh pesat hingga 15 persen sampai akhir semester I-2011. Bank meraup untung besar dari transaksi tersebut.

Kepala Biro Pengembangan Penelitian dan Pengaturan Perbankan Syariah BI, Tirta Segara mengatakan, industri perbankan mendapatkan untung dari administrasi penitipan emas di safe deposit box bank. Menurutnya, kini masyarakat banyak yang melirik bank dengan menjaminkan emas secara gadai untuk mendapatkan dana tunai.


“Bank meminjamkan uang dengan jaminan emas yang diikat secara gadai. Ini menarik bagi masyarakat. Seperti Pegadaian, banyak bank yang memberikan jasa seperti ini. Masyarakat menyimpan emasnya dan kemudian dikenakan biaya administrasi per bulan di safe deposti box, tapi masyarakat dapat dana tunai juga,” jelasnya.

Sementara Kepala Unit Syariah CIMB Niaga, U. Saefudin Noor mengatakan, transaksi gadai emas di Bank CIMB Niaga memang tumbuh pesat, terutama menjelang Lebaran nanti ditargetkan dapat mengalami peningkatan hingga dua kali lipat.


Menurutnya, emas menjadi sangat menggiurkan ketika trend harganya terhadap mata uang kertas mengalami kenaikan. Mengacu pada data sepuluh tahun terakhir, kenaikan rata-rata harga emas adalah 40 persen per tahun. Terlebih, emas memiliki keunggulan yang tak dimiliki investasi lain, seperti properti yang bisa dijual dengan mudah, kapan dan di mana saja de ngan harga yang maksimum, sesuai standar harga emas hari itu.

Investasi emas dapat dijalankan dengan transaksi gadai emas. Lazimnya, transaksi gadai tentu dapat dilakukan di pegadaian. Namun, mulai 2008, Bank Indonesia mengeluarkan peraturan dimana perbankan diperbolehkan mengeluarkan produk gadai, dalam hal ini gadai emas.

“Ketentuan tersebut dikhususkan BI hanya untuk bank syariah”, tambanya kepada beritabogor. (res/als)


Info Waspada: Soroti Pemalsuan Emas Batangan

KEDIRI - Pemimpin Kantor Bank Indonesia (BI) Kediri, Matsisno, meminta masyarakat berhati-hati dalam menginvestasikan uang dalam bentuk emas. Selain nilai ekonominya yang sangat fluktuatif, booming bisnis ini membuka peluang terjadinya penipuan emas murni.

"'Masyarakat tidak asal ikut-ikutan dalam berinvestasi emas. Pemilik dana perlu memahami teknik membaca keaslian emas agar tidak menjadi korban penipuan," kata Matsisno, tadi malam.

Matsisno mengatakan, perubahan perilaku masyarakat dalam berinvestasi ini, merupakan hal yang wajar. Apalagi sejumlah lembaga keuangan, seperti kantor pegadaian dan bank syariah, ramai-ramai mengkampanyekan lonjakan harga emas sebagai alternatif berinvestasi yang menguntungkan.

Melihat tren seperti ini, Matsisno meminta masyarakat lebih berhati-hati dalam membeli emas. Sebab, tak jarang kesempatan ini dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk memalsukan kadar kemurnian emas.

Salah satu modus yang pernah dijumpai BI di lapangan, adalah pemalsuan emas batangan dengan memasukkan besi di dalamnya sehingga ketika diperiksa, kadar emas pada permukaannya tetap bagus walaupun di dalamnya bukan logam mulia. “Ini pernah terjadi dan harus diwaspadai,” pintanya.

Menurut hasil survei BI, booming emas ini belum berdampak apa-apa pada bisnis perbankan. Hal ini disebabkan nilai kredit lebih tinggi dari simpanan. Fakta ini sekaligus membantah anggapan terjadinya penurunan tingkat kepercayaan publik kepada lembaga perbankan pasca terjadinya sejumlah skandal perbankan.

Masyarakat yang beralih ke investasi emas, kata dia, antara lain dilatarbelakangi kesadaran fikih syariah untuk menghindari riba (bunga) di bank umum. “Investasi emas di bank syariah atau pegadaian kan hanya bayar sewa tempat, tak ada bunga,” kata Matsisno.

Pemimpin Cabang Kantor Pegadaian Kediri, Sucipto Hadi Prayitno, mengatakan dalam kurun waktu enam bulan terakhir, kantor Pegadaian Kediri berhasil menjual 265 gram logam mulia dalam bentuk koin emas dengan nilai transaksi sebesar Rp117 juta.

Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah seiring kenaikan harga emas dunia yang terus meroket. Masyarakat, kata dia, menganggap investasi emas jauh lebih menguntungkan dibandingkan produk bank, seperti deposito. Hal ini terlihat dari kenaikan suku bunga deposito yang hanya 8 hingga 10 persen. "Jauh di bawah kenaikan harga emas sebesar 25-50 persen," kata Sucipto. (waspada online 16/6/2011)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.