header_ads

Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Kabupaten Bogor RADIO TEMAN FM 93 Mhz


Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Kabupaten Bogor, yang dikenal dengan sebutan Radio Tegar Beriman (Teman) yang mengudara di jalur FM, nyaris dilupakan, khususnya oleh SKPD di luar Dinas Komunikasi & Informasi Kabupaten Bogor.

Padahal radio yang bermarkas di belakang kantor Kementrian Agama itu telah lama mengudara menyapa para pendengar setianya.Untuk kembali menghidupkan radio milik pemerintah itu, kemarin Sekretaris Daerah Nurhayati, didampingi Sekretaris Diskominfo dan Kepala Bidang Teknologi Informasi Kardenal, menggelar acara dialog-interaktif dengan warga.

Radio yang dibiayai APBD ini, keberadaanya harus dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi pembangunan kepada masyarakat, artinya radio Teman harus mampu dan bisa menjadi corong informasi," kata Nurhayati, kepada wartawan.
Sony, menambahkan kehadiran sekretaris daerah ini sebagai langkah awal untuk kembali menghidupkan radio pemda ini, supaya lebih memasyarakat.
Setelah ini, kata mantan kepala kantor Arsip & Perpustakaan Daerah ini, akan ditindaklanjuti dengan kepala dinas di setiap SKPD." Mereka (pimpinan SKPD) akan menjelaskan dan menginformasikan seputar program pembangunan yang akan dan sedang dijalankan", ujarnya.
la mengatakan, di era keterbukaan informasi ini, masyarakat bisa langsung berdialog dengan para pejabat. "Karena ini merupakan radionya orang Kabupaten Bogor, semua masyarakat berhak mengetahui perkembangan yang terjadi serta pro­gram-program yang sudah, sedang juga akan dilakukan," terang mantan Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah ini.
Saat ini, katanya, Teman FM sudah memiliki penyiar berbakat, dan Diskominfo akan menambah jam siaran dari pukul 07:00-24:00 setiap harinya. "Minimal kita butuh 10 penyiar yang akan diberdayakan untuk berbagai program-program baru yang diinginkan pendengar," bebernya.
Program Siaran Berita Bogor
Program Siaran Radio BERITA BOGOR ( BERbagi Informasi TAlenta BOGOR ) di stasiun radio TEMAN FM 93 Mhz Bogor mengudara setiap hari Jum'at, pukul 14.00 - 17.00 wib.
Acara yang mengupas talenta Urang Bogor ini didukung oleh Dinas Komunikasi & Informasi Pemerintah Kabupaten Bogor dalam rangka menyebarluaskan informasi seluas-luasnya melalui share pemberitaan dan streaming www bogorkab go id dan www beritabogor com.
Kepala Stasiun: H. Rudi
Produser: Al Sabili
Operator: Obur dan Garay
Penyiar: At Anggara dan Vilda Silvia

(foto penyiar dari kiri: At Anggara, Adhit, Fadil, Vilda)
Sumber: http :// 93temanfm. blogspot. com/

ULASAN SIARAN

(2)
KAMPANYE KAMPUNG KELINCI MELALUI RADIO TEMAN
FM 93 Mhz RSPD KABUPATEN BOGOR
Jum'at, 30 September 2011
Peternak Kelinci asli Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya, Aris Rizal, dan Suminta Riyahya sebagai narasumber dialog interaktif "Kampung Kelinci" pada acara Berbagi Informasi Talenta Bogor (Berita Bogor) pada radio 93 TEMAN FM Live, Jum'at 30 September 2011, pukul 15.00-16.00 wib.
Acara ini juga menghadirkan narasumber Ketua Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI), Wahyu Darsono, dan Pengelola Big Rabbit Farm, Jeffry Pakpahan dalam rangka mempromosikan Kampung Kelinci dan potensi yang ada, yang dipandu penyiar At-Anggara dan Vilda Silvia.
Menurut Wahyu Darsono ada banyak cara untuk memberdayakan masyarakat untuk mengembangkan perekonomian. Salah satunya adalah apa yang telah dilakukan warga Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor sebagai Kampung Kelinci.
Alasan pengembangan usaha peternakan kelinci adalah untuk pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu. Terlebih lagi untuk bahan makanan kelinci yang tidak terlalu sulit dan mahal yaitu berupa rumput.
Untuk Pakan kelinci adalah rumput, biasanya mencari sendiri karena di lingkungan sekitar banyak, dan sebelum diberikan ke kelinci harus dibiarkan dahulu sampai layu karena rumput dalam kondisi segar dan basah mengandung banyak air sehingga bisa mengakibatkan kelinci kembung yang cukup riskan untuk kesehatan kelinci.
Penyakit Kelinci, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah kebersihan kandang karena akan menjauhkan unsur penyakit, terutama gudik/korengan. Kelinci sangat riskan dengan penyakit gudik, bila sudah terlanjut terjangkiti maka tinggal disuntik dengan wermaisin sehingga koreng bisa langsung kering.
Yang kedua, harus teliti dalam mengamati kesehatan kelinci. Apabila kondisi kotoran kelinci dalam kondisi cair, harus segera ditangani. Kesulitan yang dihadapi dalam beternak kelinci, mayoritas peternak mengalami kesulitan dalam proses melahirkan anakan-anakan kelinci, terutama pada kondisi cuaca yang tidak menentu atau pergantian suhu yang signifikan.
Bila kondisi stabil dalam kondisi suhu panas atau dingin dalam waktu yang cukup lama, kondisi ini bagus dan mempermudah bagi indukan yang mau melahirkan. Tetapi bila kondisi suhu yang berubah-ubah cukup drastis, hal ini akan menyulitkan indukan ketika mau melahirkan.
Usai siaran mereka berpose bersama Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kabupaten Bogor, Sony Abdul Syukur di studio Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Kabupaten Bogor, atau lebih dikenal Radio 93 Teman FM, yang terletak di jalan Bersih Komplek Perkantoran Pemda Kabupaten Bogor, Cibinong.
Turun Temurun
Sejak puluhan tahun silam, Kampung Budi Asih yang terletak di Desa Gunung Mulya bertebaran kelinci-kelinci disetiap pekarangan rumah warga, bahkan hingga kedalam rumah pemiliknya.
Desa Gunung Mulya yang memiliki luas kurang lebih 388,535 hektar, memiliki jumlah penduduk 6.764 jiwa dan 1827 kepala keluarga ini merupakan wilayah pemekaran Desa Gunung Malang memiliki komunitas peternak kelinci yang sudah turun temurun.
Komunitas itu tersebar di lingkungan Rw01, 02, 03, 04, 10 terletak di kaki gunung Salak Bogor dan berbatasan dengan Desa Setu Daun (sebelah utara), Desa Tapos II (sebelah barat), Desa Gunung Malang (sebelah selatan), dan Desa Suka Jadi Kecamatan Taman Sari ( sebelah timur ).
Dikisahkan, pada masa itu rumah warga berbentuk rumah panggung tiang pendek, sehingga kelinci-kelinci itu dengan sendirinya menerobos kolong rumah sebagai sarang mereka dan akhirnya beranak pinak.
Pada tahun 2000-an, setiap minggu mulai berdatangan orang-orang dari perkotaan, termasuk para tengkulak untuk membeli kelinci di desa tersebut. Dialah, Aris Rizal, yang saat itu sebagai supplier kelinci yang berasal dari peternak-peternak di desanya.Oleh masing-masing pemilik rumah, kelinci itu pun dipelihara dan diberi makan berupa daun umbi dan hijauan lainnya pada malam hari saat kelinci-kelinci tersebut keluar untuk mencari makan.
Ketika itu keberadaan kelinci-kelinci ini bukan komoditi yang diperjual belikan, kecuali kebutuhan konsumsi protein hewani bagi keluarga.
Hal ini berlangsung bertahun-tahun dan turun temurun. Hingga sekitar tahun 1990-an mulai adanya inisiatif warga untuk membuat kandang-kandang kelinci dengan cara-cara tradisional yang bukan hanya untuk keperluan konsumsi protein hewani bagi keluarga semata, melainkan untuk diperjual-belikan, bahkan menjadi mata pencaharian warga.
“Saat itu per ekor kelinci hanya dihargai Rp.2000,- per ekor, uang yang terkumpul dibelanjakan bahan pokok sembako oleh masing-masing peternak,” katanya saat dialog interaktif di radio 93 Teman FM, Jum’at (30/9/2011) petang.
Aris Rizal lebih lanjut menceritakan, pada pertengahan tahun 2009 pernah datang petugas dari Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Perikanan (Keswan Disnakkan) Kabupaten Bogor ke lokasi peternakannya. Petugas itu memberikan masukan-masukan cara bertenak secara benar.
“Saya lupa nama petugas itu, tapi dia sudah banyak membuka wawasan saya soal berternak dengan benar termasuk membuat kelompok tani ternak agar kesejahteraan meningkat pula,” tambahnya.
Sejak itulah, mulai dibimbing untuk mewujudkan Kelompok Tani Ternak Kelinci di desa tersebut, yang hingga kini seluruh peternak yang ada adalah menjadi anggota aktif, yang hingga kini memperoleh binaan dari Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI).
Tak jelas siapa orang pertama yang menjuluki kampong itu sebagai “Kampung Kelinci”. “Sebab, kebanyakan orang dari perkotaan yang datang menyebutnya kampung kelinci, bukan menyebut kampung Budi Asih,” kenangnya.
Masih Hadapi Kendala
Sembilan puluh persen warga di Kampung Budi Asih Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor telah sepakat untuk merubah paradigma jual beli anak kelinci menjadi budi daya ternak daging kelinci.
Hal ini terungkap dari seorang peternak, yang juga Ketua Kelompok Tani Ternak Kelinci Budi Asih, Aris Rizal. Setelah puluhan tahun lamanya sebagian besar peternak setempat hanya mengandalkan cara-cara tradisional yang sudah turun temurun.
Lokasi geografis yang mendukung dan warisan turun temurun itulah yang menjadikan Kampung ini sebagian besar bermatapencaharian sebagai peternak kelinci, disamping sumber bahan pakan tersedia melimpah. Maka tak heran bila kampung itu dijuluki "Kampung Kelinci".
“Berternak kelinci memang sangat cocok dikembangkan di kampung kami. Apalagi lahan pertaniannya masih cukup luas sehingga untuk mencari sumber bahan pakan hijau tidak terlalu sulit," kata Aris Rizal.
Menurutnya, beternak kelinci tidak terlalu sulit asalkan bisa secara rutin dapat menyediakan pakan serta membuatkan kandang yang nyaman bagi hewan ternak itu. "Kalau belum biasa memelihara, memang akan ada anak kelinci yang mati. Namun kalau sudah menggeluti secara benar maka peningkatan jumlah kelinci akan pesat," ujarnya.
Dia mengatakan, di desanya banyak warga yang memiliki usaha keluarga berupa ternak kelinci dan rata-rata setiap rumah tangga memiliki puluhan ekor kelinci. "Meski belum memenuhi target 100 ekor per bulan, namun kami akan berupaya mencapainya untuk memenuhi permintaan-permintaan,” pungkasnya.
Hal senada dikatakan Suminta Riyahya, Ketua Kelompok Tani Ternak Kelinci Wahana Taruna Karya (Watak) di desa yang sama.Dia pun mengungkapkan kendala yang dihadapi para peternak kelinci ialah modal dan bibit kelinci yang unggul, serta sumber pakan ternak disaat musim hujan tiba.
“Kelinci banyak yang mati dimusim hujan lantaran sumber pakannya tidak cocok yang dapat mengakibatkan penyakit kembung atau buang air cair pada kelinci, sehingga kebanyakan warga menjual ternaknya, lalu membeli bibit lagi setelah musim hujan usai, dan begitu seterusnya,” ungkapnya.
Para peternak di desanya memelihara kelinci hanya berskala kecil meskipun dapat dikatakan sebagai matapencaharian keluarga, apalagi kelinci dapat berkembang biak hingga enam bulan, sedangkan permintaannya membutuhkan waktu enam bulan sekali.
Bina Koperasi
Ketua KOPNAKCI, Wahyu Darsono mengatakan pencanangan Kampung Kelinci di desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor ini didasari oleh potensi wilayah tersebut yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai peternak kelinci.
“Tentunya pencanangan itu bertujuan mempromosikan potensi dan peluang usaha ternak kelinci sebagai penyedia daging guna pemenuhan protein hewani bagi keluarga,” kata Wahyu Darsono.
Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh adanya program swasebada daging nasional yang pada dasarnya adalah kegiatan peningkatan populasi ternak dan pemenuhan kebutuhan protein hewani secara mandiri dengan mengurangi ketergantungan impor.
“Sehingga di perlukan diversifikasi penyediaan sumber protein hewani selain dari ternak besar maupun unggas. Kelinci merupakan ternak alternatif yang mempunyai peluang sebagai penyedia sumber protein hewani yang sehat dan berkualitas,” imbuh pria berkacamata ini.
Mengenai KOPNAKCI yang berdiri secara resmi tanggal 17 Mei 2011 dan dibentuk dengan dasar pertimbangan adanya komoditas ternak kelinci saat ini sudah diandalkan sebagai substitusi penghasil protein hewani (daging) dalam peningkatan kualitas SDM masyarakat Indonesia, dan sudah menjadi perhatian dan dicanangkan pemerintah dalam program pengembangan dan realisasinya.
Koperasi yang dibentuk diharapkan akan menjadi wadah integrasi usaha ternak kelinci secara komprehensif, sehingga mampu mendukung daya saing dalam skala ekonomis yang sesuai dengan kondisi dan situasi pasar serta relevan dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Pengembang-biakan
Lebih lanjut, Pengelola Big Rabbit Farm, Jeffry Pakpahan mengatakan, usaha ternak kelinci lebih menguntungkan di banding usaha sapi atau domba. Putaran uang lebih cepat, sayangnya banyak peternak gagal karena kurang memperhatikan dasar-dasar utama pemeliharaan. Berikut ini adalah tips singkat untuk mewujudkan ternak kelinci sukses.
Untuk memberikan pakan kelinci tidak cukup hanya dengan rumput dan sayuran, tapi juga pakan pelet. Pelet kelinci dengan kadar serat standar sangat baik sebagai makanan pagi karena mengandung bijian dan serat. Jika tidak bisa mendapatkan pelet kelinci maka bisa menggunakan pellet unggas dengan syarat hati-hati.
Seandainya pellet sulit, bisa diganti dengan bekatul/dedak. Pakan ini bisa dicampur dengan air, namun jangan sampai membusuk. Usahakan dalam waktu kurang dari tiga jam habis dan bersihkan. Di atas tiga jam bisa mengakibatkan kelinci diare.
Sedangkan pemberian air minum kepada kelinci untuk menghindari dehidrasi. Usahakan memakai botol khusus supaya tidak perlu mengganti setiap hari. Kelinci yang jarang minum akan stres dan pertumbuhannya tidak baik serta gampang mati ketika terserang penyakit.
(at-anggara/vildasilvia)
(1)
IRPAN SYAH, VIOLIN HAND MADE PAMIJAHAN BOGOR
Jum'at, 23 September 2011
Sosok Irpan Syah, pria kelahiran Desa Gunung Bunder Pamijahan, Kabupaten Bogor 29 tahun silam dapat dijadikan motivasi bagi pemuda-pemuda lainnya dalam mengembangkan talenta diri menjadi sebuah profesi yang mandiri.
Kemahirannya membuat Biola secara manual dari kelihaian tangannya sendiri sudah ditekuni sejak belasan tahun, bermula dari bengkel servis gitar dan biola milik sang ayah dirinya mulai belajar mengenal dan memperbaiki alat musik yang berbahan dasar kayu ini.
"Awalnya saya mencoba memperbaiki biola yang sudah rusak berat, dan hasilnya alat musik gesek itu dapat berfungsi kembali. Nah dari situ saya mulai mencoba membuatnya sendiri," katanya dalam siaran Radio Teman FM 93 Mhz Bogor, Jum'at (23/9/2011) sore.
Peralatan yang digunakan hingga saat ini tergolong cukup sederhana, yakni menggunakan pisau raut, gergaji besi, palu, pahat ukir, dan lainnya. "Semua dikerjakan sendiri secara manual (Hand Made) dengan menggunakan peralatan peninggalan ayah saya yang sederhana," katanya.
Sedangkan kayu yang dijadikan bahan dasar biola adalah jenis kayu cempaka, mahoni, atau
jenis jati belanda yang pepohonannya banyak tumbuh di kebun milik keluarga di kampung Babakan Desa Gunung Bunder.
"Meski dari segi permodalan cukup terbatas, namun saya tetap optimis menekuni kerajinan ini. Saya sedang berusaha keras bagaimana caranya agar terwujud memiliki outlet dipertokoan dan mengupayakan media promosinya," katanya saat menjawab pertanyaan Anggara dan Vilda, penyiar Radio Teman FM 93 Mhz.
Diakuinya, untuk membuat sebuah biola membutuhkan waktu hampir satu bulan lamanya. Mulai dari proses pengeringan kayu, membuat pola, membuat pernak-pernik ukiran, sampai pengecatan dan pemasangan senar.
Untuk sebuah biola dengan beragam type dijualnya seharga Rp1,5 juta hingga Rp2 juta rupiah, jauh lebih murah dari biola produk pabrik. Namun biola hasil karya tangan Irpan Syah tak kalah berkualitas, baik dari segi penampilan maupun kualitas suara.
Hingga saat ini dirinya hanya bergantung dari order / pemesanan dari kalangan pencinta alat musik gesek yang tersebar di Jabotabek, Banten dan Bandung. Untuk pemesanan dapat menghubungi Irpan Syah melalui selular 0856 933 95643 atau datang langsung ke alamat Kampung babakan gg.Masjid Rt02/02 Desa Gunung Bunder-1 Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
(at-anggara/vildasilvia)

Radio Broadcasting Local Government (RSPD) Bogor District
Radio Broadcasting Local Government (RSPD) Bogor District, known as Radio Tough Faith (Friend), which broadcasts on FM channels, almost forgotten, especially by outside SKPD Communications & Information Office of Bogor Regency.
Though radio is headquartered in the rear office of the Ministry of Religious Affairs has long greeted listeners on the air setianya.Untuk revive the government-run radio, yesterday Nurhayati Regional Secretary, accompanied by Secretary Diskominfo and Head of Information Technology Kardenal, held a ceremony-an interactive dialogue with citizens.This budget-funded radio, its existence should be used to disseminate information to community development, meaning that the radio's must be able and can be a funnel of information, "said Nurhayati, told reporters.Sony, adding the presence of the secretary of this area as a first step to re-turn on the radio these governments, so more popular in the community.After this, the former head of the Archives & Regional Library, will be followed up with head offices in SKPD. "They (the leadership SKPD) will explain and inform about the development programs that will and are being executed", he said.He said, in the era of this disclosure, the public can directly engage in dialogue with officials. "Because this is a radio person Bogor regency, all people are entitled to know the developments taking place as well as pro ¬ gram, the program already, are also to be done," explained the former head of the Office of Archives and Library area.Currently, he said, Friends FM already has a talented broadcaster, and Diskominfo will add hours of broadcast from 07:00-24:00 pm each day. "At least we took 10 broadcasters who will be empowered for various new programs the desired audience," he explained.Bogor News Release ProgramNews Radio Program BOGOR (Information Sharing Talents BOGOR) on radio station FM 93 Mhz Bogor FRIENDS airs every Friday, at 14:00 to 17:00 pm.The event was peeling Urang Bogor talent is supported by the Office of Communications & Information Bogor district government in order to disseminate information as possible through the preaching and share streaming bogorkab go id www beritabogor com and www.Station Head: H. RudiProducer: Al SabiliOperator: Obur and GarayAnnouncer: At Anggara and Vilda Silvia
(Photo broadcasters from left: At Anggara, Adhit, Fadil, Vilda)Sources: http: / / 93temanfm. blogspot. com /
PRESS REVIEWS
(2)RADIO CAMPAIGN KAMPUNG FRIEND RABBITFM 93 Mhz RSPD BOGOR DISTRICTFriday, 30 September 2011The original Rabbit Breeders Mountain Village District Tenjolaya Mulya, Aris Rizal, and Suminta Riyahya as a resource of interactive dialogue "Kampung Rabbit" at the Information Sharing Talents Bogor (Bogor News) on radio 93 FM Live Chat, Friday 30 September 2011, at 15.00- 16:00 pm.The event is also Chairman of the keynote speakers Rabbit Breeders Cooperative (KOPNAKCI), Revelation Darsono, and Big Rabbit Farm Manager, Jeffry Pakpahan in order to promote Kampung Rabbit and the potential that exists, which is guided at-Anggara broadcaster and Vilda Silvia.According to Revelation Darsono there are many ways to empower communities to develop the economy. One of them is what has made citizens of the Village of Mount Mulya Tenjolaya District, Bogor Regency as Kampung Rabbit.Reason rabbit breeding enterprise development is to empower underprivileged communities. Moreover for rabbit food that is not too difficult and expensive that is in the form of grass.To feed the rabbit is grass, usually find themselves because of the environment around a lot, and before it is given to the rabbits should be allowed to advance until softened, because the grass in wet conditions and contain lots of fresh water that can cause bloating rabbits are quite risky for the health of rabbits.Rabbits disease, the most important thing to note is the cleanliness of the cage as it will keep the element of diseases, especially scabies / korengan. Rabbits are very risky with the disease scabies, if already infected terlanjut then injected with live wermaisin that can be directly dried scabs.Secondly, it should be scrupulous in observing the health of rabbits. If the condition of rabbit droppings in the liquid state, should be addressed. Difficulties encountered in raising rabbits, the majority of farmers have difficulty in childbirth puppy-puppy rabbits, especially in the uncertain weather conditions or a significant change of temperature.If the condition is stable in hot or cold temperature conditions in a long time, the condition is good and make it easier for breeders who want to give birth. But when the temperature conditions are changing quite dramatically, this will complicate the sires when labor.After the broadcast they pose with the Secretary Office of Communications and Information (Diskominfo) Bogor Regency, Sony Abdul Gratitude in the studio of Radio Broadcasting Local Government (RSPD) Bogor regency, or better known as Radio's 93 FM, which is located in the street Clean Bogor District Government Offices Complex, Cibinong.HereditarySince tens of years ago, Kampung Budi Asih located in the Village of Mount Mulya rabbits were scattered in every citizen's yard, even up into the house owners.Mount Mulya village which has an area of ​​approximately 388.535 acres, has a population of 6764 people and 1827 head of this family is the expansion of Gunung Malang village has a community of rabbit breeders that have been hereditary.Communities that are spread in the environment Rw01, 02, 03, 04, 10 located at the foot of Salak mountain in Bogor and is bordered by Setu Leaf Village (north), Desa Tapos II (west), Village of Mount Malang (south), and the village of Suka So Taman Sari Sub-district (east).Narrated, in the shape of a house that houses the stage a short pole, so that the rabbits themselves through pit houses as their nest and eventually breed.In the 2000s, every week people started coming from urban areas, including the middlemen to buy a rabbit in the village. He is, Aris Rizal, who at that time as suppliers from the rabbit-breeder breeder in desanya.Oleh each homeowner, the rabbit was maintained and fed in the form of leaves and tubers of other forage at night when the rabbits are out to foraging.When the existence of the rabbits are not commodities to be traded, unless the need for family consumption of animal protein.This went on for years and generations. Until sometime in the 1990s began a citizen initiative to make rabbit cages with traditional ways that are not only for the consumption of animal protein for the family alone, but to be traded, even the livelihood of citizens."It was a tail rabbit Rp.2000 only appreciated, - per head, the money collected is spent staple groceries by each farmer," he said during an interactive dialogue in the 93's FM radio on Friday (09/30/2011) evening.Aris Rizal further told, in the middle of 2009 never came officers of Animal Health, Animal Husbandry and Fisheries (Keswan Disnakkan) to the location of his ranch in Bogor District. The officer gave way bertenak inputs correctly."I forgot the name of the officer, but he has a lot to open my horizons about the breed properly including livestock farmer groups in order to create increased prosperity," he added.Since then, began to be led to realize Rabbits Livestock Farmers in the village, which until now all breeders that there is an active member, who until now have built from the Rabbit Breeders Cooperative (KOPNAKCI).It was unclear who the first person to dub it as a village "Kampung Rabbit". "Because, most people who come from urban village called rabbit, not a village called Budi Asih," he recalls.Still Face ObstaclesNinety percent of residents in Kampung Budi Mulya Asih Mountain Village, District Tenjolaya, Bogor Regency has agreed to change the paradigm of buying and selling of children into rabbit meat rabbit farming livestock.This was revealed from a breeder, who is also Chairman of the Farmers Livestock Rabbits Budi Asih, Aris Rizal. After tens of years most of the local ranchers rely on traditional ways that have been hereditary.Geographical locations that support and heritage from generation to generation is what makes the village is largely livelihood as a rabbit breeder, as well as sources of feed ingredients available in abundance. So no wonder if the village was nicknamed "Rabbit Village"."Breed rabbits are very suitable to be developed in our village. Moreover, the farm is still large enough to find the source of green feed ingredients is not too difficult, "said Aris Rizal.According to him, raising rabbits is not too difficult as long as it can routinely be able to provide food and make a comfortable home for the livestock. "If you do not maintain regular, indeed there will be young rabbits die. But if you've been in correctly then the rabbit will rapidly increase in number," he said.He said many residents in his village who has a family business in the form of cattle and rabbits on average every household has dozens of rabbits. "Although not yet meet the target of 100 individuals per month, but we will work to achieve them to meet demands," he concluded.The same thing is said Suminta Riyahya, Chairman of the Cattle Farmers Group Forum for Youth Work Rabbit (Character) in the village who sama.Dia also reveals the constraints faced by farmers and seed capital bunny rabbit is excellent, and the sources of animal feed when the rainy season arrives."Rabbits are dying because of the rainy season is not suitable pakannya sources that can cause bloating disease or liquid bowel movements in rabbits, so most residents sell their livestock, then buy the seeds again after the rainy season is over, and so on," he said.The farmers in his village only maintain a small-scale rabbit although it can be said as the family livelihood, let alone a rabbit can breed up to six months, while demand takes six months.Cooperative DevelopmentKOPNAKCI chairman, said the launching of Revelation Darsono Rabbits in the village of Kampung Gunung Mulya, Tenjolaya Subdistrict, Bogor Regency is based on the potential of the region's most livelihood as a rabbit breeder."Of course, the declaration was aimed at promoting the potential and business opportunities as a provider of livestock rabbit meat to the fulfillment of animal protein for the family," said Rev. Darsono.This activity was stimulated by the present national meat swasebada program which is basically the activity increase in livestock population and meeting the needs of the animal protein independently by reducing dependence on imports."So in need of diversification of supply sources of animal protein other than from large livestock and poultry. Rabbits are animals that have alternative opportunities as a provider of a healthy animal protein source and quality, "added the bespectacled man was.Regarding standing KOPNAKCI officially dated May 17, 2011 and formed the basis of considerations of livestock commodities rabbits are now relied upon as a substitution producing animal protein (meat) in improving the quality of human resources of Indonesian society, and has become a concern and proclaimed government in program development and realization .Formed cooperative container integration is expected to be a rabbit in a comprehensive livestock business, so as to support the competitiveness of the economies of scale in accordance with the conditions and market situation as well as relevant government policy in improving the economic welfare of society.BreedingFurther, Big Rabbit Farm Manager, Jeffry Pakpahan said, business is more profitable cattle rabbit in cattle or sheep business appeal. Round money faster, unfortunately many breeders fail because of lack of attention to the basics of major maintenance. The following are brief tips to achieve a successful livestock rabbits.To feed the rabbit is not enough just to grass and vegetables, but also feed pellets. Rabbit pellets with very good levels of standard fiber as a food in the morning because it contains whole grains and fiber. If you can not get a rabbit pellets can then use the pelleted poultry on condition carefully.If pellet is difficult, can be replaced with rice bran / bran. This feed can be mixed with water, but not to rot. Keep in less than three hours out and clean it. The above three hours can result in diarrhea rabbits.While the provision of drinking water to rabbits to avoid dehydration. Try using a special bottle so no need to change every day. Rabbits are rarely drink will stress and growth is not good and easy to die when attacked by the disease.(At-anggara/vildasilvia)
(1)IRPAN Shah, violin HAND MADE PAMIJAHAN BOGORFriday, 23 September 2011The figure Irpan Shah, who was born in the village of Mount Pamijahan Bunder, Bogor District 29 years ago can serve as motivation for other young men in developing the talents themselves into an independent profession.His skills made manually fiddle from his own ingenuity has been engaged since a dozen years, starting from the service garage guitar and violin belonged to the father she began to learn to recognize and repair of musical instruments are made from this wood."At first I tried to fix the violin that has been severely damaged, and the results stringed instrument it can function again. So from there I started to try to make your own," he said on radio's FM 93 Mhz Bogor, on Friday (09/23/2011 ) afternoon.The equipment used today is quite simple, namely a knife expression, hacksaw, hammer, chisel carving, and others. "All do it yourself manually (hand made) by using my father's legacy equipment that is simple," he said.While the wood is used as the base material is a type of wooden violins chrysolite, mahogany, ortype of Dutch identity that trees grow in the garden belongs to the family in his hometown village of Gunung Bunder Babakan."Although quite limited in terms of capitalization, but I remain optimistic pursue this craft. I was struggling how to manifest a media outlet dipertokoan and seek promotion," he said when answering questions Anggara and Vilda, Friends FM 93 Radio announcer Mhz.Admittedly, to make a violin takes nearly a month old. Starting from the wood drying process, making patterns, making knick-knacks carving, painting and installation to the strings.For a violin with a variety of types sold for Rp1, 5 million to Rp 2 million dollars, far cheaper than the violin factory products. However violin craftsmanship Irpan Shah equally qualified, both in terms of appearance and sound quality.Until now he only depend of the order / orders of the stringed instrument lovers spread across Greater Jakarta, Banten and Bandung. For bookings please contact via cellular Irpan Shah 0856 933 95 643 or come directly to the address Kampung Babakan gg.Masjid Rt02/02 Mountain Village-1 District Pamijahan Bunder, Bogor regency.(At-anggara/vildasilvia)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.