Buku Sejarah Bogor Versi Bahasa Sunda

“Rencananya buku sejarah Bogor versi bahasa sunda
akan dilaunching dalam sidang paripurna khusus memperingati HJB ke 530 di
Gedung DPRD Kota Bogor, 3 Juni mendatang, “ kata Ketua Harian
Gerakan Sarebu Pikeun Buku (PGSPB), Shahlan Rasyidi di Kantornya,
Rabu (16/5/2012).
Menurut Shahlan, PGSPB adalah para penggagas penerbitan Buku Sejarah. Bogor versi bahasa sunda. “ PGSPB beranggotakan 12 orang yang diketui Ketua Umumnya Mama Arif Hidayat, “ kata Shahlan.
Shahlan mengatakan, buku Sejarah Bogor berbahasa sunda diterbitkan 120 halaman. “Penerbitan buku Sejarah Bogor versi bahasa sunda digagas sejak 8 bulan lalu. Berawal dari keprihatinan bahan bacaan dalam bahasa sunda khususnya buku sejarah sangat kurang, “ ungkapnya.
Ia menjelaskan, proses penterjemahan buku sejarah tersebut dilakukan oleh WS. Sukmawati, SS, M.Pd. “Sukmawati adalah seorang sarjana sastra sunda Universitas Pajajaran Bandung, yang kini menjadi pengajar di Madrasyah Tsanawiyah (MTs) Negeri Bogor. Ia juga mengarang buku bahasa sunda berjudul reka basa,“ ungkapnya.
Menurut Shahlan, PGSPB adalah para penggagas penerbitan Buku Sejarah. Bogor versi bahasa sunda. “ PGSPB beranggotakan 12 orang yang diketui Ketua Umumnya Mama Arif Hidayat, “ kata Shahlan.
Shahlan mengatakan, buku Sejarah Bogor berbahasa sunda diterbitkan 120 halaman. “Penerbitan buku Sejarah Bogor versi bahasa sunda digagas sejak 8 bulan lalu. Berawal dari keprihatinan bahan bacaan dalam bahasa sunda khususnya buku sejarah sangat kurang, “ ungkapnya.
Ia menjelaskan, proses penterjemahan buku sejarah tersebut dilakukan oleh WS. Sukmawati, SS, M.Pd. “Sukmawati adalah seorang sarjana sastra sunda Universitas Pajajaran Bandung, yang kini menjadi pengajar di Madrasyah Tsanawiyah (MTs) Negeri Bogor. Ia juga mengarang buku bahasa sunda berjudul reka basa,“ ungkapnya.
Penerbitan buku tersebut melibatkan dua editor yakni Drs.
Inotji Hayatullah dan Dadang HP.
Lebih lanjut Shahlan mengatakan, buku Sejarah Bogor sendiri pernah diterbitkan pada tahun 1983, hingga sekarang tidak pernah dicetak lagi. padahal, banyak sekali yang menanyakan keberadaannya. “Mungkin karena dicetak dalam jumlah yang sangat terbatas, “ ujarnya.
Diakuinya, buku Sejarah Bogor yang sering menjadi referensi para sejarawan ini seperti hilang ditelan zaman, meskipun banyak yang mencari namun tidak beredar di pasaran, kalaupun ada hanya sebatas koleksi pribadi saja. “ Kita berharap dengan penerbitan buku sejarah Bogor berbahasa sunda genarasi muda khususnya mengetahui sejarah Bogor,” katanya.
Lebih lanjut Shahlan mengatakan, buku Sejarah Bogor sendiri pernah diterbitkan pada tahun 1983, hingga sekarang tidak pernah dicetak lagi. padahal, banyak sekali yang menanyakan keberadaannya. “Mungkin karena dicetak dalam jumlah yang sangat terbatas, “ ujarnya.
Diakuinya, buku Sejarah Bogor yang sering menjadi referensi para sejarawan ini seperti hilang ditelan zaman, meskipun banyak yang mencari namun tidak beredar di pasaran, kalaupun ada hanya sebatas koleksi pribadi saja. “ Kita berharap dengan penerbitan buku sejarah Bogor berbahasa sunda genarasi muda khususnya mengetahui sejarah Bogor,” katanya.
Ia menjeskan, bahwa biaya untuk mencetak buku tersebut
dikumpulkan selama lebih 8 bulan, dari berbagai kalangan masyarakat, mulai dari
sekolah, komunitas, serta yang lainnya.
“Saat ini proses penataan buku sudah selesai. Insya Allah Minggu depan sudah naik cetak dan diharapkan akan selesai pada waktunya, saat buku tersebut dilaunching pada 3 Juni mendatang,” imbuhnya.
Buku yang ditulis oleh Saleh Danasamita diterbitkan bertepatan dengan peringatan HJB ke 500 tahun 1983, saat itu Kota Bogor dijabat oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bogor H. Achmad Sobana SH. Bersamaan dengan itu pula ditancapkan Tugu Kujang yang kini masih berdiri kokoh di Jalan Pajajaran Kota Bogor. (yan/dhp)
“Saat ini proses penataan buku sudah selesai. Insya Allah Minggu depan sudah naik cetak dan diharapkan akan selesai pada waktunya, saat buku tersebut dilaunching pada 3 Juni mendatang,” imbuhnya.
Buku yang ditulis oleh Saleh Danasamita diterbitkan bertepatan dengan peringatan HJB ke 500 tahun 1983, saat itu Kota Bogor dijabat oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bogor H. Achmad Sobana SH. Bersamaan dengan itu pula ditancapkan Tugu Kujang yang kini masih berdiri kokoh di Jalan Pajajaran Kota Bogor. (yan/dhp)
Tidak ada komentar