Carut Marut Transportasi Kota Segera Dibenahi
KOTA BOGOR - Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota
Bogor telah memetakan 10 masalah transportasi yang menjadi carut marut sumber
kemacetan di Kota Bogor.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Deutsche
Geelleschalt Fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) mengatakan guna menata
transportasi di Kota Bogor memerlukan komitmen kuat dari Walikota Bogor, DPRD,
Muspida, koordinasi antar SKPD yang solid dan masyarakat.
“Diperlukan political will dan konsensus,” kata
Dr. Dino Tedy Putra, Tech. Adviser GIZ dalam acara Diseminasi Transportasi Kota
Bogor dengan tema Menuju Transportasi Kota Bogor yang Berkelanjutan di Ruang
Rapat III Balaikota Bogor, Jalan Juanda 10 Bogor, Rabu (6/6/2012).
Dino mengatakan bahwa sejauh ini transportasi sudah masuk dalam salah satu dari empat skala prioritas yang ditetapkan Pemerintah Kota Bogor. Selain itu dalam misi Kota Bogor (2009-2014) juga disebutkan misi kedua yaitu mewujudkan kota yang bersih, tertib dan aman (beriman) dengan sarana dan prasarana yang memadai dan berwawasan lingkungan.
Dino mengatakan bahwa sejauh ini transportasi sudah masuk dalam salah satu dari empat skala prioritas yang ditetapkan Pemerintah Kota Bogor. Selain itu dalam misi Kota Bogor (2009-2014) juga disebutkan misi kedua yaitu mewujudkan kota yang bersih, tertib dan aman (beriman) dengan sarana dan prasarana yang memadai dan berwawasan lingkungan.
Untuk mewujudkan semua itu, GIZ sebagai salah
satu konsultan Pemerintah Kota Bogor dari Jerman, bersama Pemkot Bogor
telah mensepakati 5 program kerja, penyusunan Masterplan Transportasi Kota
Bogor, Pengembangan Angkutan Massal Transpakuan, Angkutan Kendaraan Tidak
Bermotor, Transportation Impact Control (TIC) dan Parking
Management. “Diperlukan transportasi angkutan massal yang ditingkatkan daya
angkutnya karena kapasitas jalan terbatas, yang sistematis, “ tambah Dino.
Direktur Utama PDJT Kota Bogor Jonathan
Nugraha menambahkan, pembangunan trans pakuan sebagai Bus Rapit Transit (BRT)
sangat terlambat di banding daerah lain. Memasuki tahun ke-enam, trans
pakuan baru membangun dua koridor dari delapan koridor yang direncanakan.
Hal ini membuktikan belum adanya konsensus dan good will yang kuat. Masih terkotak-kotak. Untuk itu segenap pihak terkait perlu ‘duduk bareng’ guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
“Faktor yang tidak kalah penting adalah biaya. PR kita soal dana. Kami sudah mengajukan ke Bappenas, mudah-mudahan sudah turun untuk membangun infrastruktur BRT di Kota Bogor seperti pool dan shelter,” jelas Jonathan.
Hal ini membuktikan belum adanya konsensus dan good will yang kuat. Masih terkotak-kotak. Untuk itu segenap pihak terkait perlu ‘duduk bareng’ guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
“Faktor yang tidak kalah penting adalah biaya. PR kita soal dana. Kami sudah mengajukan ke Bappenas, mudah-mudahan sudah turun untuk membangun infrastruktur BRT di Kota Bogor seperti pool dan shelter,” jelas Jonathan.
Guna menguraikan kemacetan di Kota Bogor,
Pemerintah Kota Bogor tengah mengkaji masterplan transportasi Kota Bogor yang
berkelanjutan. Hal ini dipandang penting, agar masalah transportasi di Kota
Bogor dikaji secara mendalam guna menciptakan transportasi yang
memperhatikan aspek lingkungan, sosial, ekonomi yang efektif dan efisien.
Hadir dalam acara diseminasi tersebut sejumlah
pihak terkait, seperti dari lingkup SKPD yang membidani lingkup transportasi,
camat se-Kota Bogor, Bappeda Kota dan Kabupaten Bogor, DLLAJ Kota dan Kabupaten
Bogor, Direktur Utama PDJT (Perusahaan Daerah Jasa Transportasi) Yonathan
Nugraha, Kepala Stasiun KA Bogor Eman Sulaeman, Polres Bogor Kota,
organda Kota Bogor, para akademisi dan tenaga ahli penyusunan masterplan
transportasi tahun 2012 serta tim teknis masterplan transportasi.
Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda)Kota Bogor Soni Nasution mengatakan bahwa secara ideal konsep
transportasi yang saat ini dicita-citakan oleh seluruh kawasan perkotaan di
seluruh dunia adalah transportasi berkelanjutan. “Efektif dalam melayani
seluruh penduduk yang beraktifitas serta efisien dalam operasional bagi semua
pihak dalam bertransportasi,” kata Soni.
Sistem transportasi yang ideal adalah transportasi
yang terintegrasi antar moda, baik internal maupun eksternal Kota Bogor. Soni
mengatakan bahwa acara yang berlangsung hari ini bertujuan untuk memperoleh
kesepahaman bersama perihal solusi transportasi di Kota Bogor. Selain itu,
bertujuan untuk mendiskusikan upaya-upaya solutif yang dapat dilakukan menuju
transportasi yang berkelanjutan.
Dalam kesempatan itu dihadirkan nara sumber yakni
Kasubdit Transportasi Darat Direktorat Transportasi Bappenas Ikhwan Hakim,
Technical Adviser GIZ Dr. Dino Tedy Putra dan Kabid Fisik Bappeda Kota Bogor
Lorina Darmasuti.
Dalam paparannya, Lorina mengatakan bahwa dalam RTRW Kota Bogor 2011-20131, rencana struktur dan pola ruang Kota Bogor adalah menyebarkan pusat-pusat kegiatan agar tidak terkonsentrasi di pusat Kota. Meski pada kenyataannya pola jaringan jalan yang ada masih radial konsentris yang memusat melingkar ke Kebun Raya. “Untuk itu dalam lima tahun ini dikebut pembangunan inner dan outer ring road sehingga tidak lagi terkonsentrasi di pusat,” ujar Lorina.
Dalam paparannya, Lorina mengatakan bahwa dalam RTRW Kota Bogor 2011-20131, rencana struktur dan pola ruang Kota Bogor adalah menyebarkan pusat-pusat kegiatan agar tidak terkonsentrasi di pusat Kota. Meski pada kenyataannya pola jaringan jalan yang ada masih radial konsentris yang memusat melingkar ke Kebun Raya. “Untuk itu dalam lima tahun ini dikebut pembangunan inner dan outer ring road sehingga tidak lagi terkonsentrasi di pusat,” ujar Lorina.
Pembangunan inner outer ring road juga dilakukan
mengingat pertumbuhan jalan pada tahun 2010 hanya mencapai 783,332 KM. Angka
ini tidak selaras dengan peningkatan kendaraan bermotor setiap tahunnya sebesar
14,5%. (Dian)

Tidak ada komentar