"Khat" Candu Arab Tumbuh Subur Di Puncak
CISARUA
- Zat adiktif baru Cathinone, turunan dari tanaman Catha Edelweiss,
ternyata banyak tumbuh subur di kawasan Puncak Cisarua.
Meskipun sebagian besar masyarakat belum mengetahuinya, namun bagi warga puncak yang sering berhubungan dengan turis timur tengah, tanaman ini sudah tidak asing lagi.
Selama ini banyak touris Timur tengah mengkonsumsi tanaman yang orang sebut Gat, nama latinnya Khat. Masyarakat Cisarua tidak tahu apa dampak dari mengkonsumsi tumbuhan ini. Mereka hanya menannam dan memetik pucuk daunya, dikemas dalam kantong plastic, kemudian di jual kepada para tamu dari timur Tengah dengan harga dari mulai Rp75 Ribu hingga Rp150 Ribu.

Diduga, tumbuhan ini sengaja di bawa oleh para wisatawan timur tengah dan diberikan pada warga Puncak untuk di tanam. Karena mereka sudah terbiasa mengkonsumsi tumbuhan ini di negaranya.
Saat turis Arab berkunjung ke Indonesia, mereka dengan mudah bisa mendapatkan pucuk daun Khat tersebut dengan harga yang terjangkau.
Warga yang menanam Khat di Puncak merasa kaget saat disampaikan bahwa zat adiktif baru yang ada di tubuh para artis tersebut ternyata berasal dari tumbuhan yang mereka tanam. Banyak dari mereka mengandalkan hidup dari berkebun Khat.
Wikipedia, Catha edulis, biasa disebut Arabian The/Khat/Qat/Gat. Khat adalah tanaman berbunga asli Tanduk Afrika dan Semenanjung Arab. mengunyah khat dalam keseharianya. Khat memiliki sejarah panjang bagi Masyarakat setempat sebagai kebiasaan sosial sejak ribuan tahun.
Khat mengandung alkaloid yang disebut monoamine cathinone, stimulan amphetamine seperti, yang dikatakan menyebabkan kegembiraan, kehilangan nafsu makan dan euforia. Pada tahun 1980, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan khat sebagai salah satu obat yang dapat menghasilkan efek ringan sampai sedang hingga ketergantungan psikologis. Meskipun WHO tidak mempertimbangkan khat menjadi serius adiktif. Tanaman telah ditargetkan oleh anti-narkoba organisasi seperti DEA. (*cj)


Editor: Sunyoto
Email: beritabogor2002@ gmail.com
Meskipun sebagian besar masyarakat belum mengetahuinya, namun bagi warga puncak yang sering berhubungan dengan turis timur tengah, tanaman ini sudah tidak asing lagi.
Selama ini banyak touris Timur tengah mengkonsumsi tanaman yang orang sebut Gat, nama latinnya Khat. Masyarakat Cisarua tidak tahu apa dampak dari mengkonsumsi tumbuhan ini. Mereka hanya menannam dan memetik pucuk daunya, dikemas dalam kantong plastic, kemudian di jual kepada para tamu dari timur Tengah dengan harga dari mulai Rp75 Ribu hingga Rp150 Ribu.

Diduga, tumbuhan ini sengaja di bawa oleh para wisatawan timur tengah dan diberikan pada warga Puncak untuk di tanam. Karena mereka sudah terbiasa mengkonsumsi tumbuhan ini di negaranya.
Saat turis Arab berkunjung ke Indonesia, mereka dengan mudah bisa mendapatkan pucuk daun Khat tersebut dengan harga yang terjangkau.
Warga yang menanam Khat di Puncak merasa kaget saat disampaikan bahwa zat adiktif baru yang ada di tubuh para artis tersebut ternyata berasal dari tumbuhan yang mereka tanam. Banyak dari mereka mengandalkan hidup dari berkebun Khat.
Wikipedia, Catha edulis, biasa disebut Arabian The/Khat/Qat/Gat. Khat adalah tanaman berbunga asli Tanduk Afrika dan Semenanjung Arab. mengunyah khat dalam keseharianya. Khat memiliki sejarah panjang bagi Masyarakat setempat sebagai kebiasaan sosial sejak ribuan tahun.
Khat mengandung alkaloid yang disebut monoamine cathinone, stimulan amphetamine seperti, yang dikatakan menyebabkan kegembiraan, kehilangan nafsu makan dan euforia. Pada tahun 1980, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan khat sebagai salah satu obat yang dapat menghasilkan efek ringan sampai sedang hingga ketergantungan psikologis. Meskipun WHO tidak mempertimbangkan khat menjadi serius adiktif. Tanaman telah ditargetkan oleh anti-narkoba organisasi seperti DEA. (*cj)


Editor: Sunyoto
Email: beritabogor2002@ gmail.com


Tidak ada komentar