Tanaman Khat Resmi Menjadi Musuh Bersama
CIBINONG - Gencar di beritakan kali pertama oleh media online Berita Bogor membuat tanaman 'titipan' turis Arab di Cisarua akhirnya resmi menjadi musuh bersama.
Ladang tanaman khat yang tumbuh subur di Puncak akhirnya dimusnahkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor dan Badan Narkotika Nasional (BNN) hari ini, Kamis (7/2/2013).
Pemusnahan langsung dilakukan Deputi Penindakan BNN, Wakil Bupati Bogor, dan Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor di lahan milik warga seluas 300 meter persegi.
Deputi Penindakan BNN, Irjen Benny Mamoto mengatakan, tugas mereka adalah mengedukasi aparat dan masyarakat. Karena tanaman ini dibawa dari luar negeri, wajar saja jika masyarakat tidak ada yang tahu.
“Hari ini, setelah ada langkah pro aktif dari jajaran polisi dan aparat pemerintah juga masyarakat, maka kita langsung identifikasi lahan penduduk yang ditanami tanaman Khat untuk kita musnahkan,” katanya.
Menurutnya, setelah diuji di laboratorium secara komperhensif, tanaman ini memiliki kandungan zat Cathinon yang telah diatur dalam undang-undang no. 35 tahun 2009.
“Selain pemusnahan kita juga mensosialisasikan kepada masyarakat terutama petani di wilayah ini, untuk tidak kembali menanam tanaman sejenis karena dilarang oleh undang-undang. Setelah kita sosialisasikan jika ada yang menanam lagi, tentunya akan kami tindak secara hukum”, ujarnya.
Selanjutnya Wakil Bupati Bogor Karyawan Faturachman menghimbau kepada warga Kecamatan Cisarua, agar menyikapi keberadaan tanaman khat dengan arif.
“Deputi BNN sudah memberitahukan bahwa tanaman ini dilarang Undang-Undang, dan Pak Nanang yang memiliki lahan ini adalah contoh warga negara yang taat hukum, karena sudah bekerjasama dengan baik, ini bisa menjadi contoh bagi warga yang lain,” tandasnya.
Sementara itu, pemilik kebun kath Nanang Suranta Wijaya, mengaku dirinya memiliki kebun tanaman Khat seluas 300 meter persegi. Dia mendapatkan bibit tanaman tersebut dari seorang temannya yang sudah terlebih dahulu menanamnya di halaman rumah.
“Tahun 2005 ada orang Yaman yang bawa batang pohon ini, tinggal distek, tumbuh subur begitu aja. Di sini kan banyak orang Arab, mereka suka makan daun ini buat vitalitas, jadi mereka banyak nyari di sini sejak ada yang menanam. Karena saya sopir orang Arab, dan tahu itu harganya mahal, saya juga jadi ingin ikut menanam. Selanjutnya saya akan musnahkan sendiri tanaman-tanaman ini baik yang berada di atas lahan saya maupun di sekitarnya,” jelasnya. (cj)
Editor: Sunyoto
Email: beritabogor2002@ gmail.com



Tidak ada komentar