Proyek TV Zolimi Radio
CIBINONG - Akibat kelalaian membangun stasiun televisi Tegar Beriman (Teman) milik Pemkab Bogor berdampak kerugian besar terhadap penyiaran radio.
Faktor alam di jadikan alasan robohnya tiang antenna.
Padahal, kenyataan yang terjadi adalah stasiun televisi itu dipaksakan pembangunannya tanpa perhitungan yang benar.
Padahal, kenyataan yang terjadi adalah stasiun televisi itu dipaksakan pembangunannya tanpa perhitungan yang benar.
"Jangan
pernah lagi mempersalahkan cuaca atau faktor alam, itu sama hal nya
melepas tanggung jawab dari kelalaian yang telah dilakukan. Buktinya,
mereka membangun stasiun televisi tapi tidak bersamaan membangun tower
tersendiri," kata Sabilillah, Pemerhati radio, Jum'at (8/3/2013).
Kerugian besar yang dialami Radio, lanjutnya, adalah terhentinya penyiaran radio dan berdampak langsung merugikan masyarakat pendengar radio yang tak bisa lagi mengakses informasi melalui radio kesayangan mereka yang sudah 20 tahun silam mengudara.
Menurutnya, dunia radio memiliki keunikan tersendiri dalam berkomunitas dan berkomunikasi yang biasa disebut dunia mainstream. Tentu saja dengan terhentinya siaran radio membuat banyak penggemarnya kecewa dan beralih ke kanal lain.
Dia menuturkan keunggulan radio siaran dapat dinikmati di mana saja dan dalam berbagai aktivitas. Radio siaran mendapat julukan kekuatan kelima (Fifth Estate) setelah surat kabar karena dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti halnya surat kabar, disamping tentunya menjalankan keempat fungsi media lainnya (memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi).

"Radio memiliki kekuatan daya langsung, daya tembus dan daya tarik tersendiri. Sebab, sifat radio yang imajinatif, auditori, akrab dan gaya yang khas dalam perbincangan menjadikan media elektronik ini unik dalam menyebarluaskan unformasi yang mudah dicerna khalayak luas," imbuhnya.
Kerugiannya bukan hanya materil, imbuh mantan produser ini, tapi lebih mendasar pada kerugian terputusnya informasi komunikasi antara masyarakat pendengar dengan Pemkab Bogor dan terjadi stagnansi kreatifitas kru dan penyiar selama berminggu - minggu terakhir ini.
Oknum di Diskominfo di tuding hanya melampiaskan libido cari muka dihadapan Bupati Bogor dengan cara menyodorkan program pembangunan stasiun televisi. Padahal secara teknis pembangunan stasiun televisi itu harus bersamaan dengan pembangunan tower dan mempersiapkn tenaga ahli di bidangnya.
"Hampir semua penyiar radio digiring menjadi kru televisi, sehingga program penyiaran tidak lagi fokus. Intinya, radio terkesan di kesampingkan, mungkin karena anggaran radio tergolong relatif kecil yang susah di korupsi," ketus pria yang bergelut di dunia radio siaran sejak 1996 ini.
Dirinya beranggapan, bahwa Bupati telah salah menempatkan orang - orang di bidang yang berada dibawah naungan Diskominfo itu. "Inilah kesalahan fatal dalam menempatkan SDM yang bukan ahlinya dibidang broadcast maupun komunikasi informasi, kecuali hanya bisa plagiat menghamburkan APBD," tambahnya.
Diangkatnya ke permukaan persoalan ini, tambahnya, barangkali membuat oknum 'gerah'.
"Mungkin ada oknum yang mempengaruhi. Sehingga, tenaga muda yang selama ini telah saya bantu bimbing secara sukarela, yang biasanya mereka segan dan santun, mendadak berubah sikap terkesan memusuhi saya. Semoga mereka segera menyadari ke khilaf-an itu," ungkap pria yang menjunjung tinggi nilai - nilai persaudaraan ini.
Menurutnya, bila pembangunan tv dianggap mereka tidak bermasalah, lalu buat apa mereka gusar, apalagi sampai menebar permusuhan. Pasalnya, kritiknya selama ini adalah murni konstruktif untuk mendukung permintaan Bupati Bogor yang menginginkan radio sebagai Radio News.
Kerugian besar yang dialami Radio, lanjutnya, adalah terhentinya penyiaran radio dan berdampak langsung merugikan masyarakat pendengar radio yang tak bisa lagi mengakses informasi melalui radio kesayangan mereka yang sudah 20 tahun silam mengudara.
Menurutnya, dunia radio memiliki keunikan tersendiri dalam berkomunitas dan berkomunikasi yang biasa disebut dunia mainstream. Tentu saja dengan terhentinya siaran radio membuat banyak penggemarnya kecewa dan beralih ke kanal lain.
Dia menuturkan keunggulan radio siaran dapat dinikmati di mana saja dan dalam berbagai aktivitas. Radio siaran mendapat julukan kekuatan kelima (Fifth Estate) setelah surat kabar karena dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti halnya surat kabar, disamping tentunya menjalankan keempat fungsi media lainnya (memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi).

"Radio memiliki kekuatan daya langsung, daya tembus dan daya tarik tersendiri. Sebab, sifat radio yang imajinatif, auditori, akrab dan gaya yang khas dalam perbincangan menjadikan media elektronik ini unik dalam menyebarluaskan unformasi yang mudah dicerna khalayak luas," imbuhnya.
Kerugiannya bukan hanya materil, imbuh mantan produser ini, tapi lebih mendasar pada kerugian terputusnya informasi komunikasi antara masyarakat pendengar dengan Pemkab Bogor dan terjadi stagnansi kreatifitas kru dan penyiar selama berminggu - minggu terakhir ini.
Oknum di Diskominfo di tuding hanya melampiaskan libido cari muka dihadapan Bupati Bogor dengan cara menyodorkan program pembangunan stasiun televisi. Padahal secara teknis pembangunan stasiun televisi itu harus bersamaan dengan pembangunan tower dan mempersiapkn tenaga ahli di bidangnya.
"Hampir semua penyiar radio digiring menjadi kru televisi, sehingga program penyiaran tidak lagi fokus. Intinya, radio terkesan di kesampingkan, mungkin karena anggaran radio tergolong relatif kecil yang susah di korupsi," ketus pria yang bergelut di dunia radio siaran sejak 1996 ini.
Dirinya beranggapan, bahwa Bupati telah salah menempatkan orang - orang di bidang yang berada dibawah naungan Diskominfo itu. "Inilah kesalahan fatal dalam menempatkan SDM yang bukan ahlinya dibidang broadcast maupun komunikasi informasi, kecuali hanya bisa plagiat menghamburkan APBD," tambahnya.
Diangkatnya ke permukaan persoalan ini, tambahnya, barangkali membuat oknum 'gerah'."Mungkin ada oknum yang mempengaruhi. Sehingga, tenaga muda yang selama ini telah saya bantu bimbing secara sukarela, yang biasanya mereka segan dan santun, mendadak berubah sikap terkesan memusuhi saya. Semoga mereka segera menyadari ke khilaf-an itu," ungkap pria yang menjunjung tinggi nilai - nilai persaudaraan ini.
Menurutnya, bila pembangunan tv dianggap mereka tidak bermasalah, lalu buat apa mereka gusar, apalagi sampai menebar permusuhan. Pasalnya, kritiknya selama ini adalah murni konstruktif untuk mendukung permintaan Bupati Bogor yang menginginkan radio sebagai Radio News.
Baginya,
radio adalah bagian dari belahan jiwa pria beranak enam ini. Tak hanya
itu, Sabilillah juga memberikan apresiasi kepada H. Tb. Luthfi Syam
selaku Kepala Diskominfo Kabupaten Bogor yang memilki kemampuan
berkomunikasi secara baik selama ini, terutama di saat mengatasi
persoalan demi persoalan yang ditimbulkan oleh oknum anak buahnya.
Hal
senada dikatakan Direktur eksekutif Lembaga Kajian Strategis Bogor
Raya. Dirinya meminta kepada Diskominfo untuk tidak melanjutkan program
televisi terlebih dahulu, sebelum Radio Teman diwujudkan menjadi Radio
News sebagaimana permintaan Bupati Bogor pada akhir tahun 2011 silam.
"Program
radio belum terbukti mampu menjawab tantangan Bupati Bogor, tetapi
masih juga memaksakan proyek TV. Sehingga, yang terjadi adalah keduanya
berjalan tidak porposional dan profesional dalam pengelolaan," tegasnya.
Baginya,
media radio lebih efektif dalam membangun komunikasi secara cepat dan
efektif, selain murah dalam pembiayaan. Artinya, Pemkab Bogor akan
menghemat APBD. Sedangkan, TV membutuhkan biaya perawatan yang sangat
besar setiap tahunnya, berarti akan terjadi pemborosan anggaran setiap
tahun.
Sudah
saatnya, katanya, kita semua melakukan perubahan yang nyata agar cita -
cita Kabupaten Bogor yang bertakwa, berdaya dan berbudaya menuju
sejahtera dapat segera terwujud dan bukan lagi menjadi slogan atau
retorika.
Sebelumnya, Kepala Diskominfo Kabupaten Bogor h. Tb Luthfi syam bersikukuh bahwa robohnya tiang antenna radio lantaran cuaca buruk. Namun, dirinya mengakui adanya sejumlah perangkat antenna UHF televisi yang terpasang di tiang milik radio itu selama siaran percobaan TV milik Pemkab.
"Menara pemancar Radio Teman sedang di perbaiki dan malam ini akan melakukan siaran uji coba setelah seluruh alat dapat berfungsi kembali. Menara yang dibuat pada tahun 1993 sebenarnya tidak masuk dalam anggaran pemeriharaan”, ujarnya.
Luthfie menambahkan, perbaikkan menara ini di lakukan karena televisi merupakan alat bantu komunikasi dan sosialisasi Pemkab Bogor kepada masyarakat, alasan itu yang membuat Dinas Komunikasi dan informasi Kabupaten Bogor segera melakukan perbaikkan terhadap menara pemancar yang roboh.
"Pihak ketiga sudah kita temui dan berjanji segera memperbaiki kerusakan. Disamping tahun ini, kita punya anggaran penguatan televisi sebesar Rp167 Juta, sebagiannya akan digunakan untuk membangun tower TV tersendiri jenis 4 kaki dengan ketinggian 50-60 meter di gedung Diskominfo yang baru," jelasnya. (*)
Editor: Annisa
Email: beritabogor2002@gmail.com



Tidak ada komentar