Malam Renungan HIV/Aids
KOTA - Malam renungan HIV / Aids digelar membutuhkan perhatian khusus para bakal calon walikota.
MRAN 2013 Kota
Bogor mengundang enam Bakal Calon Walikota Bogor. Namun, yang hadir hanya Bima
Arya dan Ahmad Ruk’yat di ruang rapat Balaikota Bogor, Sabtu (8/6/2013)
“Teman-teman ini tidak pernah memberikan suaranya dalam pemilihan baik Pemilihan Umum (Pemilu), Pilkada Gubernur maupun Walikota, karena mereka menganggap tidak ada program yang pro mereka atau sebuah kebijakan yang menyentuh mereka," kata ketua panitia Azriah Halida.
Untuk apa memilih, lanjutnya, sementara untuk
mengakses Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) tidak bisa dan kalaupun bisa
sangat sulit dengan Sttus HIV/AIDS yang mereka derita, belum lagi Stigma dan
diskriminatif. Sebenarnya kami ingin menanyakan seperti itu kepada para Calon
Walikota tersebut.
Pihaknya memberikan apresiasi kepada Bima Arya dan Ahmad Ruk’yat dapat menghadiri
acara ini, yang menandakan bahwa ketua tokoh tersebut sangat konsen atau paling
tidak peduli terhadap keberadaan teman-teman komunitas, di tunjang dengan
pengetahuan kedua tokoh tersebut tentang pemahaman HIV/ AIDS serta area
komunitas ternyata cukup luas.
“Biasanya orang lain akan riskan tetapi tidak
bagi kedua tokoh ini, apa lagi ternyata Kang Bima memiliki pengetahuan yang
luas tentang HIV/ AIDS dan juga Iwan yang mewakili Ahmad Ruk’yat yang memang
sangat dekat dengan teman-teman komunitas, dengan harapan salah satu dari
beliau ini tidak melupakan kami kaum komunitas,” sindirnya..
Sementara, para kominitas ini ingin mendorong terkait
kebijakan Pemkot agar dapat mengakses Jamkesda dan tidak dipersulit tanpa
memandang status HIV/AIDS mereka dan yang kedua, ada tempat rehabilitasi khusus
untuk perempuan karena pengguna hapsa perempuan sangat sulit dan perlu
penanganan khusus, serta ada pemberdayaan bagi teman-teman Waria dan Gay.
Pihaknya menginginkan Kota Bogor memiliki obat khusus
over dosis yang namanya Nalokson disediakan, ada penanganan khusus serta obat
Hepatitis C karena pengguna Hapsa bukan saja terserang HIV/ADIS juga diserang
Hepatitis C.
“Intinya ingin ada kebijakan bagi teman teman komunitas baik dari
segi program kebijakan, dana dan teman-teman komunitas ingin dilibatkan dalam
penyusunan program dan anggaran yang selama ini tidak pernah dilibatkan
sehingga kita bisa mengakses dana APBD,” tambahnya.
Dalam melakukan sosialisas kemasyarakat, teman-teman
komunitas selama ini sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang HIV
AIDS, Hapsa, guna menghindari tertular dan menularkan, jangkauan sosialisai ini
kami lakukan ke wilayah RT RW, Kelurahan dan Kecamatan dan sekolah sekolah guna
memberikan informasi tentang bahaya HIV AIDS dan permaslahannya.
“Sejauh ini
rata-rata beberapa Kelurahan responnya sangat baik, dan ada juga yang menolak,
bahkan ada salah satu Lurah yang memberikan Statemant bahwa jika sudah terkena
AIDS di ungsikan saja, ada pula yang mengatakan diwilayahnya dipastikan tidak
ada yang terkena HIV," jelas dia.
Jika balik kebelakang, kata dia, saya dulu belas
pengguna Hafsa Suntik dan adanya diwilyah keluahan tersebut, dulu ketika saya
memerlukan obat tersebut saya membeli diwilayah kelurahan tersebut, hal ini
sangat ironis dengan pernyataan lurahnya bahwa di wilayahnya tidak ada
terindikasi HIV AIDS.
Dikatakannya bahwa masih ada petugas pemerintahan yang
menolak sosialisai permaslahan ini, bahkan petugas kesehatan sekalipun masih
ada yang mendiskriminasi kami. “ Bahkan ada bberapa petugas kesehatan yang
menstigma dan mendiskriminasi kami, padahal maksud kami membuka diri kepada
petugas kesehatan tersebut agar dapat ditangani secara khusus dan bisa mensterilkan
alatnya dan melakukan penanganan khusus,” Azriah Halida (sum)
Editor: MICHELLE
Email: redaksiberitabogor@gmail.com
Tidak ada komentar