Bima Arya: Sibuk Mengajar 18 Jam Setiap Hari Kerja
Bima Arya memiliki agenda mengajar belasan jam sehari.
Hal ini terungkap kesibukan Bima Arya dalam memberi materi pelajaran kepada para santri di Masjid Sirojul Huda, Katulampa, Bogor Timur, ibu-ibu majelis taklim di Bogor Selatan, dan siswa pendidikan anak usia dini (PAUD) di kawasan BNR selepas subuh.
Mantan pengamat dan konsultan politik yang juga dosen Universitas Paramadina adalah alumni SDN Polisi 4, SMPN 1 Bogor, dan SMAN 1 Bogor.
Saat mengajar di SMK Pembangunan 1 di Jalan Selakopi, Sindangbarang, Bima nampak mengenakan kemeja lengan panjang putih. Busana itu pula yang dikenakannya saat memberi pematerian di SMA Bina Insani di kawasan Sukadamai dan pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM) Cibadak.
Menjelang petang, salah satu peraih gelar doktor termuda di Indonesia ini mengajar di Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) di Yasmin Center. Kali ini dia sudah mengenakan kemeja kasual salur putih oranye.
Ketika memberi pematerian kepada ibu-ibu kader Posyandu dan anggota Karang Taruna se-Kota Bogor di Wisma Bogor Permai selepas magrib, Bima masih mengenakan busana yang sama.
Petang hari, saat memberi pematerian kepada sekitar 500 guru se-Kota Bogor di Gedung Wanita, Bima rencananya mengenakan batik warna oranye bata.
Menurut jebolan Universitas Parahyangan (S1) dan University of Melbourne (S2 dan S3) ini, meski tema besar dari materi yang diusungnya adalah pengembangan karakter dan kepemimpinan, topik dan teknik penyampaian kepada berbagai audiens berbeda.
Untuk siswa PAUD, difokuskan pada pengenalan diri dan sanitasi. Untuk siswa TK penekanannya adalah pentingnya kepercayaan diri. Kepada para santri remaja, Bima membahas pentingnya keseimbangan antara dunia dan akhirat.
"Di majelis taklim, saya lebih banyak cerita tentang hubungan dengan orangtua saya. Bagaimana sosok ayah dan ibu menjadi figur yang saya hormati sekaligus inspirasi," tuturnya, Senin (26/8/2013).
Ketika memberi pematerian kepada anak-anak SD, Bima mengingatkan bahwa hidup itu adalah pilihan. Sejak dini kita perlu sudah mengetahui tujuan hidup. Kepada para siswa SMP, dia menekankan pentingnya jati diri di usia krusial.
"Untuk siswa SMA dan SMK, saya memancing mereka agar mulai memikirkan cara apa yang akan dipakai untuk menggapai cita-cita. Tentukan tujuan yang lebih spesifik," terangnya.
Saat berbicara di depan mahasiswa, Bima mengingatkan soal manajemen hidup dan profesionalisme dalam bekerja. Sedangkan kepada peserta PKBM yang berusia 19-40 tahun, Bima menekankan bahwa maju tidak mengenal usia.
Kepada para kader Karang Taruna, penekanan materi adalah keorganisasian. Sementara itu, kepada para kader posyandu, Bima membahas peran perempuan yang multitasking. "Untuk para guru, saya mengusung fungsi guru sebagai landasan moral," pungkas Bima. (als)
Editor: Alsabili
Email: redaksiberitabogor@gmail.com
Hal ini terungkap kesibukan Bima Arya dalam memberi materi pelajaran kepada para santri di Masjid Sirojul Huda, Katulampa, Bogor Timur, ibu-ibu majelis taklim di Bogor Selatan, dan siswa pendidikan anak usia dini (PAUD) di kawasan BNR selepas subuh.
Mantan pengamat dan konsultan politik yang juga dosen Universitas Paramadina adalah alumni SDN Polisi 4, SMPN 1 Bogor, dan SMAN 1 Bogor.
Saat mengajar di SMK Pembangunan 1 di Jalan Selakopi, Sindangbarang, Bima nampak mengenakan kemeja lengan panjang putih. Busana itu pula yang dikenakannya saat memberi pematerian di SMA Bina Insani di kawasan Sukadamai dan pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM) Cibadak.
Menjelang petang, salah satu peraih gelar doktor termuda di Indonesia ini mengajar di Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) di Yasmin Center. Kali ini dia sudah mengenakan kemeja kasual salur putih oranye.
Ketika memberi pematerian kepada ibu-ibu kader Posyandu dan anggota Karang Taruna se-Kota Bogor di Wisma Bogor Permai selepas magrib, Bima masih mengenakan busana yang sama.
Petang hari, saat memberi pematerian kepada sekitar 500 guru se-Kota Bogor di Gedung Wanita, Bima rencananya mengenakan batik warna oranye bata.
Menurut jebolan Universitas Parahyangan (S1) dan University of Melbourne (S2 dan S3) ini, meski tema besar dari materi yang diusungnya adalah pengembangan karakter dan kepemimpinan, topik dan teknik penyampaian kepada berbagai audiens berbeda.
Untuk siswa PAUD, difokuskan pada pengenalan diri dan sanitasi. Untuk siswa TK penekanannya adalah pentingnya kepercayaan diri. Kepada para santri remaja, Bima membahas pentingnya keseimbangan antara dunia dan akhirat.
"Di majelis taklim, saya lebih banyak cerita tentang hubungan dengan orangtua saya. Bagaimana sosok ayah dan ibu menjadi figur yang saya hormati sekaligus inspirasi," tuturnya, Senin (26/8/2013).
Ketika memberi pematerian kepada anak-anak SD, Bima mengingatkan bahwa hidup itu adalah pilihan. Sejak dini kita perlu sudah mengetahui tujuan hidup. Kepada para siswa SMP, dia menekankan pentingnya jati diri di usia krusial.
"Untuk siswa SMA dan SMK, saya memancing mereka agar mulai memikirkan cara apa yang akan dipakai untuk menggapai cita-cita. Tentukan tujuan yang lebih spesifik," terangnya.
Saat berbicara di depan mahasiswa, Bima mengingatkan soal manajemen hidup dan profesionalisme dalam bekerja. Sedangkan kepada peserta PKBM yang berusia 19-40 tahun, Bima menekankan bahwa maju tidak mengenal usia.
Kepada para kader Karang Taruna, penekanan materi adalah keorganisasian. Sementara itu, kepada para kader posyandu, Bima membahas peran perempuan yang multitasking. "Untuk para guru, saya mengusung fungsi guru sebagai landasan moral," pungkas Bima. (als)
Editor: Alsabili
Email: redaksiberitabogor@gmail.com


Tidak ada komentar