header_ads

Festival Kaulinan Budak Lembur

BANDUNG   Kaulinan Lembur sebagai sarana sosialisasi norma di masyarakat Jabar.

Permainan anak tradisional mengandung unsur-unsur pendidikan karakter yang sangat kuat. Pada permainan Rorodaan misalnya, bisa ditemukan unsur mendidik kerjasama.

Menyadari pentingnya permainan tradisional sebagai bagian dari kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Provinsi Jawa Barat berupaya melakukan pelestarian dengan membuat kegiatan Festival Kaulinan Urang Lembur. 
Dalam keterangan pers, Kadis Parbud Jabar, Nunung Sobari, Jum'at (6/9/2013), menjelaskan festival tersebut sudah berlangsung sebanyak tiga kali. Penyelenggaraan kegiatan tersebut  terus dievaluasi agar penyelenggaraannya semakin baik. Untuk  tahun 2013 ini, Disparbud Jabar, melalui Bidang Kebudayaan, telah mengadakan beberapa perubahan dalam teknis kegiatannya.
 
Disparbud Jabar bekerjasama dengan Komunitas Hong dalam even ini. Ada sembilan jenis permainan yang akan diperlombakan, yaitu Papancakan, Sorodot Gaplok, Babalonan Sarung, Gatrik, gasing, Rorodaan, Egrang, Bedil Jepret, dan Sumpit. 
Masing-masing kontingen akan memainkan semua permainan tersebut satu per satu dengan lama waktu yang telah ditentukan. Pemenang akan ditentukan dari akumulasi nilai setiap permainan yang dilakukan.
 
Hal tersebut dilakukan agar kontingen festival tidak hanya fokus untuk menang, tapi juga melakukan yang terbaik. Hal yang lebih penting dari itu semua adalah semangat untuk belajar sambil bersenang-senang. Karena, memang maksud dari pelaksanaan Festival Kaulinan Urang Lembur adalah melestarikan kebudayaan Jawa Barat dan dengan tujuan agar generasi muda lebih mengenal permainan asli daerahnya dan memiliki semangat untuk terus menjaga eksistensinya.
 
Pada tahun 2013 ini, Disparbud Jabar memfasilitasi sebanyak enam orang peserta untuk setiap kontingen, yang terdiri dari empat pemain inti, satu cadangan, dan satu official. Pemain yang diperbolehkan mengikuti festival ini harus berusia antara 12 s.d 15 tahun. Festival ini akan diikuti oleh 25 kontingen dari 24 Kabupaten kota (minus Kota Tasikmalaya dan Purwakarta, serta ditambah satu kontingen dari Komunitas Pecinta Monju “Ruas”).
 
Sebelum kompetisi dimulai, akan dilangsungkan workshop yang membahas mengenai permainan  tradisional Jawa Barat, yang melibatkan siswa-siswa sekolah yang ada di sekitar Monumen Perjuangan Jawa Barat. Pelaksanaan workshop ini juga menjadi salah satu upaya melestarikan kebudayaan Jawa Barat yang menyasar pada generasi muda. (noer)
 
Editor: Handi Rsd
Email: redaksiberitabogor@gmail.com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.