Pengelola Wisata Harus Lestarikan Totopong
KOTA - Penggunaan totopong dan pakaian batik khas Bogor digiatkan.
Wakil Walikota Bogor terpilih Usmar Hariman memberikan apresiasi kepada pengolola wisata yang turut melestarikan Totopong sebagai iket kepala khas Sunda dan Batik khas Bogor.
“Kami menyampaikan apresiasi kepada pemilik Rumah Makan AA yang telah mencanangkan Budaya Sunda di rumah makan yang dikelolanya. “Kita berharap rumah makan lainnya bisa mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Rumah Makan AA”, kata Usmar.
Usmar menegaskan, pihaknya bersama Walikota Bogor terpilih sangat konsen terhadap budaya di Bogor. “ Penggunaan bahasa sunda yang kini mulai ditinggalkan oleh warga Kota Bogor selayaknya disosialisasikan terus kepada masyarakat, “ kata Usmar.
Usmar berjanji mendorong pemakaian totopong lebih luas, misalnya ke sopir angkutan umum dan pegawai negeri sipil. Usmar mengharapkan agar warga Bogor tidak malu memakai totopong. "Aksesori ini unik dan nyaman di kepala. Saat fashion dunia mencoba kembali ke budaya lokal, kenapa kita tidak mendahuluinya?" kata dia.
Pemakaian totopong secara luas diharapkan menjadi daya tarik kuat Kota Bogor dalam hal kebudayaan dan pariwisata. Kota Hujan merupakan salah satu tujuan wisata kuliner dan sejarah mengingat lokasi merupakan ibukota Kerajaan Pakuan, Kerajaan Padjadjaran, bahkan ibu kota Hindia-Belanda saat bernama Buitenzorg sehingga dipastikan lebih tua dari pada Batavia (Jakarta).
Hal senada diungkapkan Plh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor R. Susilowati. “ Pemerintah Kota Bogor mendukung gagasan para budayawan di Kota Bogor yang terus menggaungkan budaya sunda. “ Penggunaan pakaian sunda di Provinsi Jawa Barat sudah mulai dikenakan setiap hari Jum’at. Kita berharap kedepannya di Kota Bogor juga bisa dilakukan, “ kata Susi yang hadir mewakili walikota Diani Budiarto.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pemilik Rumah Makan AA, yang telah mengawali penggunaan pakaian sunda setiap hari Kamis. “ Ini wujud kepedulian dari rumah makan di Kota Bogor terhadap budaya sunda, “ imbuhnya.
Pemilik Rumah Makan AA Hasan menyebutkan, pencanangan penggunaan totopong sengaja dilakukan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. “ Jadi, sangat tepat momennya bertepatan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober, “ kata Hasan.
Rumah Makan “AA” yang menempati Ruko nomor 5 Warung Jambu menjadi salah satu tujuan kuliner baik warga Bogor maupun para pelancong yang datang ke Bogor. Rumah Makan yang berdiri tepat di Plaza Jambu 2 ini menyajikan menu andalannya berupa martabak manis dan martabak telur, mie ayam dan bakso serta aneka minuman, seperti es teller, es campur dan minuman segar lainnya.
Nantiya, lanjut Hasan, para pegawai yang setiap hari melayani pembelinya diwajibkan menggunakan totopong atau ikat kepala dari kain batik, lengkap dengan mengenakan baju batik. “ Totopong merupakan ciri khas budaya sunda, dan batik Indonesia sudah diakui oleh UNESCO. Jadi, sangat tepat apabila penggunaan ikat kepala dari kain batik dan pakaian batik, terus dibudayakan di tengah-tengah masyarakat, “ ungkap Hasan.
Selain mengunakan totopong dan baju batik setiap Kamis, lanjut Hasan bahasa yang digunakan para pegawainya ketika melayani pembelinya akan menggunakan bahasa sunda. “ Kita akan membudayakan bahasa sunda ketika melayani pembeli seperti Ucapan Wilujeng Sumping ( Selamat Datang), Mangga Calik (silahkan duduk), Bade mesen naon (mau pesen apa), “ kata Hasan.
Hasan menambahkan, penggunaan totopong akan terus dibudayakan dalam hari-hari tertentu di Kota Bogor, seperti dalam peringatan Hari Jadi Bogor, dan juga Hari Batik yang setiap tahun diperingati di seluruh Indonesia. “Kita berharap, dengan punya ciri khas tersendiri akan lebih banyak lagi menarik pengunjung datang ke rumah makan kami, “ imbuhnya. (obi)
Editor: Robby Al Amirn
Email: redaksiberitabogor@gmail.com
Wakil Walikota Bogor terpilih Usmar Hariman memberikan apresiasi kepada pengolola wisata yang turut melestarikan Totopong sebagai iket kepala khas Sunda dan Batik khas Bogor.
“Kami menyampaikan apresiasi kepada pemilik Rumah Makan AA yang telah mencanangkan Budaya Sunda di rumah makan yang dikelolanya. “Kita berharap rumah makan lainnya bisa mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Rumah Makan AA”, kata Usmar.
Usmar menegaskan, pihaknya bersama Walikota Bogor terpilih sangat konsen terhadap budaya di Bogor. “ Penggunaan bahasa sunda yang kini mulai ditinggalkan oleh warga Kota Bogor selayaknya disosialisasikan terus kepada masyarakat, “ kata Usmar.
Usmar berjanji mendorong pemakaian totopong lebih luas, misalnya ke sopir angkutan umum dan pegawai negeri sipil. Usmar mengharapkan agar warga Bogor tidak malu memakai totopong. "Aksesori ini unik dan nyaman di kepala. Saat fashion dunia mencoba kembali ke budaya lokal, kenapa kita tidak mendahuluinya?" kata dia.
Pemakaian totopong secara luas diharapkan menjadi daya tarik kuat Kota Bogor dalam hal kebudayaan dan pariwisata. Kota Hujan merupakan salah satu tujuan wisata kuliner dan sejarah mengingat lokasi merupakan ibukota Kerajaan Pakuan, Kerajaan Padjadjaran, bahkan ibu kota Hindia-Belanda saat bernama Buitenzorg sehingga dipastikan lebih tua dari pada Batavia (Jakarta).
Hal senada diungkapkan Plh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor R. Susilowati. “ Pemerintah Kota Bogor mendukung gagasan para budayawan di Kota Bogor yang terus menggaungkan budaya sunda. “ Penggunaan pakaian sunda di Provinsi Jawa Barat sudah mulai dikenakan setiap hari Jum’at. Kita berharap kedepannya di Kota Bogor juga bisa dilakukan, “ kata Susi yang hadir mewakili walikota Diani Budiarto.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pemilik Rumah Makan AA, yang telah mengawali penggunaan pakaian sunda setiap hari Kamis. “ Ini wujud kepedulian dari rumah makan di Kota Bogor terhadap budaya sunda, “ imbuhnya.
Pemilik Rumah Makan AA Hasan menyebutkan, pencanangan penggunaan totopong sengaja dilakukan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. “ Jadi, sangat tepat momennya bertepatan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober, “ kata Hasan.
Rumah Makan “AA” yang menempati Ruko nomor 5 Warung Jambu menjadi salah satu tujuan kuliner baik warga Bogor maupun para pelancong yang datang ke Bogor. Rumah Makan yang berdiri tepat di Plaza Jambu 2 ini menyajikan menu andalannya berupa martabak manis dan martabak telur, mie ayam dan bakso serta aneka minuman, seperti es teller, es campur dan minuman segar lainnya.
Nantiya, lanjut Hasan, para pegawai yang setiap hari melayani pembelinya diwajibkan menggunakan totopong atau ikat kepala dari kain batik, lengkap dengan mengenakan baju batik. “ Totopong merupakan ciri khas budaya sunda, dan batik Indonesia sudah diakui oleh UNESCO. Jadi, sangat tepat apabila penggunaan ikat kepala dari kain batik dan pakaian batik, terus dibudayakan di tengah-tengah masyarakat, “ ungkap Hasan.
Selain mengunakan totopong dan baju batik setiap Kamis, lanjut Hasan bahasa yang digunakan para pegawainya ketika melayani pembelinya akan menggunakan bahasa sunda. “ Kita akan membudayakan bahasa sunda ketika melayani pembeli seperti Ucapan Wilujeng Sumping ( Selamat Datang), Mangga Calik (silahkan duduk), Bade mesen naon (mau pesen apa), “ kata Hasan.
Hasan menambahkan, penggunaan totopong akan terus dibudayakan dalam hari-hari tertentu di Kota Bogor, seperti dalam peringatan Hari Jadi Bogor, dan juga Hari Batik yang setiap tahun diperingati di seluruh Indonesia. “Kita berharap, dengan punya ciri khas tersendiri akan lebih banyak lagi menarik pengunjung datang ke rumah makan kami, “ imbuhnya. (obi)
Editor: Robby Al Amirn
Email: redaksiberitabogor@gmail.com
Tidak ada komentar