header_ads

Penumpang KRL Beralih Gunakan Angkutan Umum

Kacau balaunya jadwal KRL akibat perbaikkan sejumlah gerbong kereta yang dilakukan secara bersamaan membuat ribuan penumpang menumpuk di Stasiun Bogor. Sebagian di antara mereka berpindah ke transportasi angkutan umum. Namun tidak ada lonjakan penumpang di Terminal Baranangsiang.

“Kami tetap normal, tak ada peningkatan sama sekali,” ujar Kepala UPTD Terminal Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika(Dishubkominfo) Kota Bogor, Empar Suparta. Sebelumnya dia menduga adanya perabikan sejumlah KRL, penumpang bakal menyerbu Terminal Barangansiang. Kenyataan hingga Minggu siang, aktivitas di terminal relatif normal. “Saya malah bingung,” ujarnya.

Lewat pemantauan di lapangan, dia lalu menyimpulkan, banyaknya penumpang KRL yang beralih ke angkutan umum ternyata dimanfaatkan angkutan bodong alias omprengan. Angkutan ini panen. “Mereka mendatangi lokasi stretegis seperti Satsiun Bogor, pintu Tol Ciawi dan sekitar terminal Baranangsiang,” jelasnya.

Keberadaan angkot bodong merugikan pengusaha bus. Karena sejak keberedarannya, pendapatan pengusaha bus menurun hingga 60 persen. Menurut Empar, angkot bodong ini makin leluasa bergerak sejak bus tak boleh lagi turun di pintu Tol UKI. Sehingga, penumpang lebih senang naik omprengan kerena bisa diturunkan sesuai keinginan.

Ia menegaskan, keberadaan omprengan saat ini sulit diberantas. Karena sopirnya pandai “kucing-kucingan” dengan petugas razia dan penumpangnya terkesan melindungi. “Kalau dia mengaku mobil pribadi, kita tak bisa menangkap.

Jadi cukup sulit, kecuali tertangkap basah menaikkan penumpang,” tuturnya. Mengantisipasi itu, ia mengaku akan meningkatkan pelayanan transportasi dengan menambah jumlah trayek.

Sementara Krismanto, pelanggan KRL kini beralih naik omprengan yang sudah menunggu di sekitar Stasiun Bogor. “Sejak tak menentunya jadwal KRL, kami naik mobil omprengan dan turun di sekitar UKI Cawang,” ujarnya.

Soal ongkos, katanya tak jauh beda dengan KRL meski agak mahal sedikit, namun tidak terlambat kerja. “jika naik bus, pasti terlambat ke kantor, apalagi tak diizinkannya lagi berhenti di kampus UKI,” katanya karyawan yang bekerja di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara ini. (als)



Sumber: Poskota 17/12/2010

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.