WAWANCARA : Rencana Pembangunan Infrastruktur Jalan Kabupaten Bogor
Pembangunan infrastruktur jalan marak dilakukan di Kabupaten Bogor. Antara lain jalan menuju pintu Tol Sentul Selatan yang sebelumnya terbengkalai, kini sudah selesai. Jalan ini bahkan akan ditembuskan ke Jalan Tegar Beriman.
Kendaraan yang datang dari perkantoran yang berada di Jalan Tegar Beriman tidak harus melintas di Jalan Jakarta-Bogor bila ingin masuk ke Tol Jagorawi melalui pintu Tol Sentul Selatan. Sebagian jalan kini sudah selesai dibangun. Sisanya, yang tinggal beberapa kilometer lagi, akan dibangun setelah pemebebasan lahan.
Kemudian, terusan Jalan Tegar Beriman ke arah Parung. Jalan ini akan tembus sampai ke daerah Jampang, Parung. Sebagian sudah selesai. Sisanya tinggal delapan kilometer akan segera dibangun. Jalan ini kelak akan menyatukan Kabupaten Bogor dengan Tangerang.
Yang tidak kalah pentingnya adalah pembangunan Jalan Poros Tengah Timur, Ruas Sentul – Istana Cipanas. Pembebasan lahan untuk pembangunan jalan sepanjang 43 kilometer ini sudah dilakukan. Tahun 2012 pembangunan fisik akan dimulai. Jalan yang paralel dengan Jalan Raya Puncak ini kelak menjadi alternatif sekaligus mengurai kemacetan yang sering terjadi di kawasan Puncak.
Itu jalan-jalan strategis. Sementara pembangunan jalan lokal seperti pelebaran jalan dari perbatasan Ciampea sampai Atang Sanjaya juga gencar dilakukan. Saat melakukan Jumling di Kecamatan Jasinga, Jumat (31/3/2011) lalu, Rachmat Yasin juga menyatakan akan memperhatikan perbaikan jalan provinsi yang rusak.
Pembangunan sejumlah ruas jalan itu tidak terlepas dari visi dan misi membangun masyarakat Kabupaten Bogor yang bertaqwa dan berbudaya menuju sejahtera. Harus dipahami bahwa menuju sejahtera ini ada jalan dan rintangan yang harus dilewati. Oleh sebab harus ada rencana strategis. Intinya adalah pertumbuhan ekonomi.
Berbicara tentang pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari investasi, modal dan lapangan kerja. Konkritnya adalah peningkatan daya beli.
Kenapa kemudian diarahkan kepada infrastruktur jalan? Filosofinya begini. Kalau kita memiliki jalan yang bagus, lebar, dan mulus maka apapun bisa kita dilakukan. Sebaliknya, kita tidak bisa melakukan apa-apa kalau hal itu tidak ada.
Saya berfikir Bogor secara keseluruhan harus berkembang. Cibinong harus berkembang, kawasan Bogor lainnya harus berkembang. Tetapi kita memiliki keterbatasan dalam hal anggaran. Kita tidak bisa memulai pembangunan secara sekaligus di seluruh wilayah. Persoalannya bagaimana memulainya? Dalam hal ini saya meletakkan perioritas pada hal-hal yang strategis.
Oleh karena itu saya memulai dari apa yang saya disebut sebagai kawasan ibu kota yakni Cibinong. Tetapi harus diingat kawasan ibu kota itu bukan hanya Cibinong, tetapi meliputi Citeuruep, Babakanmadang, Sukaraja, Bojonggede, dan Tajurhalang.
Oleh sebab itu, membangun kawasan Cibinong sama dengan membangun daerah-daerah di sekitarnya itu tadi. Kawasan itulah yang pertama akan ditumbuhkan. Kawasan ini sekaligus akan kita persiapkan menjadi Kota Metropolis menyongsong Kota Jakarta yang kelak menjadi Kota Megapolitan.
Secara gradual kita akan menyusul menjadi kota metropolitan terlebih dahulu, sekaligus membantu menyelesaikan dampak sosial dari pertumbuhan yang terjadi di Jakarta.
Nah, dalam konteks itu, tidak ada jalan lain, kita membutuhkan investasi. Kita membutuhkan datangnya modal.
Kalau kita ingin orang datang dengan modal yang banyak dan investasi yang besar, maka kita harus mampu mmberikan pelayanan yang baik dan memuaskan. Kita harus bisa memanjakan para investor, memberikan kenyamanan dalam berinvestasi, memberikan prospek yang menjanjikan keuntungan, memberikan jamainan kepastian hukum, dan lain sebagainya.
Inilah yang mendasari pembangunan infrastruktur jalan yang kita lakukan sekarang ini. Ini visi dan misi yang mendasari pembangunan sejumlah infrastruktur jalan yang sebagiannya sudah selesai sekarang ini. Dalam rancang bangun yang sudah digariskan, kita akan membuat jalan selebar-lebarnya, semulus-mulusnya, sebagus-bagusnya.
Karena ide dasar membangun kawasan Cibinong, maka akan muncul disparitas, akan muncul kesenjangan dengan daerah lain. Akan muncul disparitas antara Cibinong dan luar Cibinong atau Kabupaten Bogor yang lain.
Di utara misalnya ada Parung, di selatan ada Ciawi, Cisarua dan Cigombong, di timur ada Jonggol, di barat ada Leuwiliang. Disparitas ini akan membuat mereka iri hati kepada Cibinong dan complaint pada saya.
Saya akan menjawab, ini adalah tantangan. Yakni, bagaimana setelah Cibinong rapi, maka dampak positif dari investasi yang ditumbuhkan di Cibinong terdistribusikan ke wilayah-wilayah lain sesuai potensinya masing-masing.
Jadi, pada tahap selanjutnya kita akan membangun jalan tembusan dari Bojonggede sampai Parung, membuat conecting antara dua jalan negara bahkan sampai ke Jagorawi. Membuat jalan Bogor-Jakarta lewat Parung, Bogor-Jakarta lewat Cibinong dan Jagorawi.
Untuk apa jalan tembusan ke arah utara? Karena kita akan membangun wilayah itu sebagai pusat budidaya ikan air tawar. Di sana juga akan kita jadikan pusat pertanian, yang saya sebut dengan revitalitasi pertanian. Nah, tanpa jalan yang bagus di kawasan Cibonong, tidak ada orang yang mau jalan ke sana. Lewat Parung macet, Serpong juga macet.
Kemudian masyarakat di wilayah selatan akan complaint juga. Mereka akan mempertanyakan mengapa wilayah bagian selatan tidak dibangun. Saya akan mengatakan, saya selesaikan dulu kesemrautan yang terjadi di kawasan Puncak. Dengan cara apa? Saya observasi, saya pelajari, apakah dengan pelebaran jalan? Ternyata tidak mungkin, karna begitu banyaknya pemukiman yang permanen dan bagus-bagus di pinggir jalan. Langkah pelebaran juga tidak efektif, karena maksimal pelebaran yang bisa dilakukan hanya beberapa meter saja.
Saya paham, bahwa kawasan Puncak memang harus dibenahi, karena kalau tidak mereka yang sudah berinvestasi di sana akan rugi. Oleh karena itu saya harus membuat alternatif. Untuk memecahkan masalah kemacetan, maka harus ada alternatif bagaimana agar kalau ke Puncak tidak hanya lewat Gadog. Maka saya buat yang namanya jalan ke Sentul sampai Istana Cipanas melalui Sukamakmur. Nanti akan ada interchange ke arah Cilember.
Keyakinan saya, dengan jalan baru yang representatif selebar 30 meter dan panjang 43 kilometer, akan sangat membantu bahkan mengurai dan menyelesaikan masalah kesemrautan dan mengembalikan normalitas kehidupan di Puncak.
Dengan jalan baru (sementara ini disebut dengan Jalan Posor Tengah Timur), maka kita membuktikan bahwa pembangunan itu adalah khikmah, bukan masalah, karena kita memberikan sesuatu yang baru tanpa melakukan penertiban yang merugikan atau mengganggu ketenangan orang-orang yang terkena penertiban. Dengan ini saya sudah menjawab dan membuka kawasan timur sekaligus menjawab complaint masyarakat. (als)
Wawancara Petrus Barus-Rini / Bogor kita 13/3/2011
Tidak ada komentar