Jalur Puncak Kerap Macet
Titik terawan terletak dikawasan pasar Cisarua, Pantauan hari ini, kemacetan cukup panjang sering terjadi mulai depan Hotel Parama Cisarua hingga depan RM Ibu Cirebon Cisarua.
Terlebih banyaknya volume keluar masuk kendaraan yang makin tinggi dikawasan wisata, angkutan umum yang tidak disiplin, maupun pedagang kaki lima yang menyita trotoar pejalan kaki.
“Setiap kali ke Puncak Pasar Cisarua pasti macet. Tapi tak pernah ada solusinya,” ucap Dadang, pengendara bus pariwiasata. Keluhan serupa dilontarkan warga sekitar.
Camat Cisarua, Tedy Pembang mengakui sulit mengurai kemacetan di sekitar pasar ini. Selian banyaknya persimpangan, juga pengojek dan angkot yang ngetem sembarangan. Sedangkan keberadaan pedagang Kaki-5 relatif masih tertib.
“Solusinya menurut saya, jalannya diperlebar dan dibangun sub terminal di sekitar situ,” ujarnya.
Namun usualan ini berungkali dibahas degan dinas terkait. Namun alasan terbentur anggaran membuat usulan ini tak pernah direalisasikan. “Bukan hanya di Pasra Cisarua, tapi sepanjang jalan Pucak yang panjang 21 Km itu memang sudah saatny diperlebar,” katanya.
Bawa Berkah
Kemacetan panjang selalu mewarnai jalur wisata Puncak Bogor menjelang weekend dan libur panjang. Selalu ada yang dirugikan dalam kejadian seperti ini.
Ada yang kesal dengan kemacetan akibat antri yang terlalu lama hingga berjam-jam. Ada pula yang mengaku bersyukur, karena wisata ternyata mendatangkan berkah bagi mereka.
Misalnya Arif 34, pedagang makanan khas Bogor yang berada di kios Megamendung Bogor. Menurut warga Cipayung Girang ini, pada hari biasa, tingkat penjualan hanya berkisar antara 15-20 persen.
“Kalau hari libur seperti Sabtu dan Minggu serta libur panjang seperti ini, tingkat penjualan mencapai diatas 50 persen. Yang biasa laku adalah dodol dan selai madu serta anggur Bogor,” kata Arif.
Menurutnya, jika pada hari biasa, dirinya menjual selei madu seharga Rp 55 ribu/kilo. Sedangkan pada hari libur, ia menjual Rp 60 ribu/kilo. Begitu juga anggur Bogor pada hari biasa Rp 40 ribu/kilo naik menjadi Rp 50 ribu/kilo pada waktu libur wisata.
“Alasannya karena waktu libur panjang banyak pembeli sedangkan stok sedikit. Paling lama siang jam 13.00-14.00 sudah habis stok ini,” paparnya.
Sementara itu, Ratna, 43, pembeli selai madu khas Bogor mengaku, dirinya selalu menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh khas Bogor jika bersama keluarga berwisata ke kawasan berhawa sejuk Puncak.
“Oleh-oleh Bogor selalu enak untuk dimakan. Rasanya gurih dan berbeda dengan oleh-oleh wilayah lain yang pernah saya singgahi,” beber Ratna yang membeli dodol dan anggur Bogor. (yopi/dms/nday)
Informasi pemasangan iklan
Telpon – 9966 996
email : surat@beritabogor.com
Tidak ada komentar