Situ Di Bogor Terancam Kering
Dari kondisi itu, lahan pertanian di Kabupaten Bogor juga terancam gagal panen bila pasokan air masih belum stabil.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan M Zairin mengatakan, sebenarnya petani itu hanya terkena imbas dari ketidakbenaran infrastruktur irigasi dan setu, yang tidak bisa mengantisipasi perubahan atau anomali iklim. Sehingga mereka terancam gagal panen.
“Petani terkena imbas dari perubahan iklim yang menyebabkan irigasi dan setu kekurangan debit air,” katanya.
Sedangkan untuk mengantisipasinya pihaknya sudah menyediakan mesin penyedot untuk mengairi sawah warga. Selain itu juga harus dicarikan sumber mata air baru seperti telaga atau setu agar bisa menjadi cadangan bila musim kemarau tiba.
Menyikapi kondisi itu, Kepala Bidang Perencanaan Jalan Jembatan dan Irigasi Heriana mengaku di daerahnya ada 93 setu yang sedang mengalami kekurangan debit air. Tetapi seberapa besar tingkat kekeringan masih dalam pemantauan dari pemeriksaan petugas di lapangan.
Untuk menambah atau menjaga debit air pada irigasi dan setu terutama didaerah pertanian, maka pihaknya akan mengerjakan pemeliharaan infrastruktur jaringan irigasi. Selama ini yang menjadi tugas Dinas Binamarga dan Pengairan seperti pengerukan jika terjadi pendangkalan dan adanya kebocoran sisi irigasi. Sedangkan selebihnya merupakan kewenangan BPSDA Propinsi Jawa Barat untuk melakukan perbaikan secara menyeluruh.
“Kita di Binamarga hanya pada bagian pemeliharaan saja. Sedangkan untuk perbaikan ada pada BPSDA Jawa Barat,” katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, untuk penyelesaian secara menyeluruh harus ada campur tangan semua pihak, mulai dari perencanaan awal hingga pengerjaan di lapangan, termasuk pengawasan dan pemanfaatannya. Sebab sebagian besar sawah di Kabupaten Bogor merupakan tadah hujan, sehingga harus didukung insfrastruktur yang memadai. (tra)
Sumber: Bogor Online 18/9/2011
Tidak ada komentar