header_ads

Pengembangan Pariwisata Budaya Dan Tantangannya


Ketika krisis ekonomi tahun 1997 menerpa Indonesia, basis perekonomian negara porak poranda. Krisis ekonomi mengakibatkan jutaan orang terkena PHK, puluhan perusahaan gulung tikar serta dibarengi melonjaknya angka kemiskinan. Krisis inilah juga yang mendorong terjadinya perubahan politik nasional yang berlangsung secara cepat.  Walaupun satu dasawarsa telah berlalu, namun dampak krisis tersebut masih terasa. Hal ini ditandai dengan masih tingginya angka kemiskinan, tingginya angka pengangguran serta konflik-konflik sosial yang mengikutinya.

Ketika kondisi sektor industri yang selama ini dijadikan sebagai ujung tombak perekonomian Indonesia masih tersendat-sendat menghadapi berbagai macam kendala, pemerintah mulai melirik untuk melakukan pengembangan di sektor lainnya.   Salah satu sektor tersebut adalah sektor pariwisata yang merupakan sektor usaha penghasil devisa negara. Pariwisata merupakan sektor yang melibatkan multistakeholder baik dari pihak pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas.

Pariwisata budaya sebagai salah satu produk pariwisata merupakan jenis pariwisata yang disebabkan adanya daya tarik dari seni budaya suatu daerah. Pariwisata budaya pada intinya merupakan jenis pariwisata yang menawarkan kebudayaan  yang berupa atraksi budaya baik yang bersifat tangibel atau konkret maupun intangibel atau abstrak, juga yang bersifat living culture (budaya yang masih berlanjut) dan cultural heritage (warisan budaya masa lalu), sebagai daya tarik utama untuk menarik kunjungan wisatawan.

Dalam living culture, unsur-unsur yang bisa dijadikan sebagai daya tarik antara lain tradisi suatu suku bangsa tertentu, upacara dan ritual keagamaan, seni pertunjukan, dan sebagainya. Sedangkan dalamcultural heritage, daya tarik yang ditawarkan dapat berupa benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala, lansekap budaya, dan sebagainya.

Dalam era global sekarang ini muncul kecenderungan bahwa masyarakat ingin memahami kebudayaan diluar lingkungannya. Menurut James J. Spillane (2003) bahwa produk pariwisata budaya memiliki segmen pasar khusus yaitu para ”knowledge workers” atau dalam istilah kepariwisataan disebut ”mature tourist”atau wisatawan yang berpengalaman dimana mereka melakukan perjalanan atau kunjungan ke kawasan lain dengan tujuan tidak hanya bersifat recreational tetapi lebih bermotivasi untuk menimba pengalaman melalui keterlibatan langsung dengan aktivitas kehidupan dan tradisi serta budaya masyarakat lokal. 

Segmen wisatawan tersebut terdiri para lanjut usia atau pensiunan (retired) yang pada umumnya merupakan kelompok menengah ke atas dan berpendidikan yang mempunyai waktu luang untuk bepergian.

Potensi pengembangannya
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dengan ratusan jumlah suku bangsa yang hidup di seluruh Indonesia baik secara sendiri-sendiri maupun sebagai kesatuan bangsa Indonesia. Keanekaragaman budaya yang dimiliki tersebut merupakan sumber daya tarik utama yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai ragam wisata yang berbasis pada sumberdaya warisan budaya. Berbagai warisan budaya dari masa Prasejarah, Hindu Budha, Islam maupun Kolonial merupakan objek dan daya tarik wisata yang menarik minat wisatawan mancanegara.

Di banyak negara, objek budaya telah banyak dimanfaatkan  dengan perolehan devisa yang besar. Sebagai perbandingan di beberapa lokasi, objek-objek wisata budaya seperti di Tetihuacan (Mexico), Persepolis (Iran) atau Williamsburgh (AS), melalui pengelolaan yang optimal menghasilkan ratusan juta dollar. Bahkan keberadaan  museum sebagai salah satu objek wisata budaya di negara Amerika Serikat memberikan konstribusi yang cukup besar bagi pendapatan negaranya. Pada tahun 1994 saja tercatat dari pengelolaan museum saja  telah menghasilkan   36, 8 milyar dollar.

Adapun di Indonesia, perkembangan pariwisata telah menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini apabila dilihat  dari data  kunjungan wisatawan tahun 2008, tercatat sejumlah 6,429 juta wisatawan mancanegara  mengunjungi objek wisata di Indonesia. Angka kunjungan wisman tersebut telah memberikan devisa negara sebesar 7,5 milyar dollar.  Belum lagi angka kunjungan wisatawan domestik, tercatat sejumlah 223,4 juta perjalanan wisata dengan jumlah aktivitas pengeluaran 107,10 trilyun rupiah.  

Dari seluruh  jumlah angka kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara, hampir separuhnya mengunjungi objek wisata yang terkait dengan seni budaya. Daerah Bali dan Yogyakarta sekitarnya merupakan obyek wisata budaya favorit yang dijadikan sasaran kunjungan para wisatawan. Jika dilihat dari segi potensi pemanfaatan, sebenarnya masih terdapat banyak daerah yang bisa diangkat dan dikembangkan sebagai lokasi wisata budaya. Puluhan lokasi objek wisata budaya masih menunggu untuk serius dibangun secara optimal.

Berdasarkan ketentuan Organisasi Pariwisata Dunia (WTO), kecenderungan pariwisata budaya sekarang diarahkan pada pengembangan pariwisata berkelanjutan, yang memberikan ruang luas untuk partisipasi masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bagi masyarakat, aktivitas pariwisata budaya menumbuhkan lapangan kerja mulai dari pelayanan hotel, restoran, cendera mata, perencanaan perjalanan, dan pramuwisata (tour guide). Tidak hanya itu saja, kegiatan pariwisata juga memerlukan pula adanya prasarana ekonomi jalan, jembatan, terminal pelabuhan, lapangan udara, fasilitas umum, fasilitas olahraga, kantor pos dan telekomunikasi, bank, money changer, perusahaan asuransi, advertising agent, percetakan dan banyak sektor perekonomian lainnya, yang tentunya membutuhkan banyak tenaga kerja yang terlibat di dalamnya.

Kebudayaan merupakan  segala hal yang berlangsung dan terjadi di sekitar lingkungan kita. Kebudayaan juga merupakan ciri khas masyarakat satu dengan yang lain, yang terbentuk dari rangkaian proses adaptasi lingkungan dan evolusi budaya.  Perbedaan kebudayaan antara masyarakat satu dengan yang lainnya inilah yang di kemudian hari menimbulkan adanya keinginan suatu masyarakat untuk mengenal kebudayaan yang lainnya.

Di saat yang lain, dengan munculnya industrialisasi pariwisata, telah mendorong pengembangan pariwisata budaya di berbagai negara. Namun di balik itu semua, agaknya perlu disadari  bahwa pengembangan pariwisata budaya juga harus memperhatikan unsur kelestarian dan keberlanjutan kebudayaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Dea Sudarman. 2006. The Roles And Challenges of Cultural Tourism For Local Communities In Indonesia in International Conference On Cultural Torism And Local Communities. Yogyakarta.
I. G. N Adyana. 1996. Manfaat Arkeologi Dalam Pengembangan Pariwisata Budaya Di Sulawesi Utara. Pertemuan Ilmiah Arkeologi VII. Cipanas.
I Wayan Ardika. 2008. Komodifikasi Warisan Budaya. Makalah Kongres Kebudayaan Indonesia. Bogor.
Oka A. Yoeti. 1996. Anatomi Pariwisata. Angkasa. Bandung
Oka A. Yoeti. 2006. Pariwisata Budaya Masalah daan Solusinya. PT. Pradnya Paramita. Jakarta
Puslitbang Pariwisata. 2006. Prinsip-Prinsip Pengembangan Pariwisata Budaya. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta.
Wardiman Djojonegoro. 2008. Mengembangkan Industri Budaya Untuk Pengembangan Yang Berkelanjutan. Makalah Kongres Kebudayaan 2008. Bogor
anggorocahyadi.wordpress.com



Akibat Ganda Dari Pariwisata
Berkembangnya pariwisata akan berakibat ganda terhadap lain-lain sektor pula, seperti bidang pertanian, peternakan, kerajinan rakyat, mebel, tekstil, dan lain-lain kegiatan yang produknya diperlukan untuk menunjang perkembangan pariwisata (khususnya hotel, restoran).

Termasuk dalam hal ini kegiatan-kegiatan yang bersifat temporer, misalnya tenaga-tenaga untuk bidang konstruksi.
Harus diakui bahwa sukar membuat suatu perkiraan mengenai kesempatan kerja yang tidak langsung tersebut. Berbagai model telah dikembangkan untuk membuat perhitungan, tetapi tampak bahwa semuanya masih berupa model yang bersifat teoretis.

Misalnya, Prof. Chau mengemukakan hasil penelitian di Hawai bahwa setiap kenaikan kunjungan wisatawan sejumlah 25.000 orang mengakibatkan terciptanya kesempatan kerja yang bersifat langsung sejumlah 390 dan yang tidak langsung sejumlah 243. Mengingat tingginya taraf upah dan produktivitas per anggota angkatan kerja, demikian pula mengingat rendahnya tingkat pengangguran di negara tersebut, maka apabila model tersebut diterapkan di sini tentunya harus diadakan penyesuaian-penyesuaian yang akan berakibat bahwa jumlah kesempatan kerja lebih besar.

 Menurut penelitian IUOTO (International Union of Official Travel Organizations) kesempatan kerja yang terbuka di seluruh dunia untuk bidang-bidang hotel dan restoran saja diperkirakan 750.000 per tahunnya.

Setiap lembaga baru itu pada umumnya tidak hanya merupakan unsur baru akan tetapi lembaga-lembaga itu masing-masing membawa juga pengaruh ke arah modernisasi.

 Yang dimaksudkan dengan modernisasi di sini selain meliputi penggunaan alat-alat yang modern juga mengandung cara berusaha yang menggunakan sistem kerja yang modern pula. Beberapa unsur sistem kerja demikian itu misalnya efisiensi, penilaian tinggi pada faktor waktu, menepati janji, dan ketekunan serta organisasi perusahaan yang rapi dan efektif.

Dalam proses pengaruh-mempengaruhi antara dua macam kebudayaan itu, tampak juga suatu gejala yang menunjukkan bahwa orang-orang Indonesia dalam peri lakunya dapat menggunakan sistem penilaian yang berbeda menurut lingkungan sosialnya. Dalam usaha melayani para wisatawan asing maka segala sesuatu harus benar-benar bersih, lagi pula setiap usaha harus dimulai dan diakhiri tepat pada saat yang sudah ditentukan dalam rencana.

Dengan manajemen yang modern, lebih-lebih kalau dilakukan oleh orang asing, para karyawan Indonesia dengan memuaskan dapat memenuhi ketentuan-ketentuan dalam hal kebersihan dan waktu.


Pustaka
Ekonomi pariwisata: sejarah dan prospeknya Oleh Spillane, James J, Dr.,SJ


Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.

Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.

Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.

Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 


(irsan utoyo)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.