PSK Parung Masih Gentayangan
Pantauan Bogor Ekspres, Sabtu (14/4) malam itu, terlihat
belasan wanita muda itu mulai dari KM 31 dari Rumah Makan hingga disebelah
Masjid Jami Al Hikmatul Mubarokah, Jabon Mekar. Tak jauh dari Rumah Sakit Ibu Dan Anak (RSIA), mereka tak segan-segan mencari
pelanggan ke setiap pengendara dengan memanggil “Hai, mampir dong..” sambil melambaikan
tangan. Sementara, tak jauh dari lokasi
terlihat beberapa pria berkendara sepeda motor mengawasi para wanita itu dari
jarak pantau.
Berdasar informasi yang dihimpun, mereka mematok tarif short
time sekitar Rp300 Ribu dan belum termasuk biaya sewa kamar dan minuman.
Sedangkan, diatas jam 01.00 dinihari tarif pun bisa dinegosiasi sesuai
kesepakatan. Biasanya, tempat yang kerap digunakan melakukan hubungan sex
antara PSK dan hidung belang itu menyewa hotel transit atau warung-warung yang
disediakan germo yang letaknya tak jauh dari jalan raya Jakarta – Bogor
tersebut.
Seperti diutarakan Doni, (35), para PSK itu sudah ada sejak
lama dan sudah sering dirazia oleh petugas gabungan, namun tak lama beroperasi
kembali. “Cewe-cewe itu mah udah lama mangkal di pinggir jalan, malah sudah
sering dirazia petugas. Tapi ya masih ada terus,” terangnya.
Sementara, Indra, (26) seorang pemuda yang ditemui tak jauh
dari lokasi mengungkapkan ada dua kelompok PSK di sepanjang jalan yang
beroperasi, yakni kelompok anak baru gede (ABG) dan setengah tua (STW). “Tarifnya
macam-macam, apalagi kalau sudah mau pagi bisa sih ditawar Rp50 Ribu yang STW,
dan yang ABG Rp100 Ribu lah, akang mau pesan?,” katanya sambil tersenyum.
Dilokasi berbeda, Effendi (42), tokoh desa Gunungsindur saat
ditanya membenarkan masih adanya praktek prostitusi yang sejak lama belum bisa dinetralisir
aparatur setempat. Padahal masyarakat sudah sangat resah dengan kehadiran
mereka yang dapat merusak generasi muda Parung dan sekitarnya.
“Mereka bukan
wanita-wanita asli Parung dan sekitarnya, saya sendiri juga tidak tahu dari
mana mereka berasal. Tapi kenyataannya mereka masih leluasa beroperasi seperti
tidak ada takutnya kepada aparat,” kesalnya.
Dia juga manambahkan, beberapa pekan lalu masyarakat sekitar
sudah mendesak agar pihak Hotel Transit yang ada di Jalan Raya Parung untuk
menghentikan sewa menyewa kamar yang kerap digunakan pasangan mesum. “Kan belum
lama ini Hotel Transit di demo warga yang marah kampungnya tercemar oleh
aktifitas mesum itu. Entahlah apa reaksi aparat setelah itu, belum jelas,”
tambahnya. (ice) foto: akhmadsudrajat/int
Tidak ada komentar