Kota Bogor Siap Tanggulangi Bencana
KOTA BOGOR - Warga Bogor diminta waspada terhadap segala kemungkinan terjadinya bencana alam mengingat wilayah Kota Bogor merupakan salah satu wilayah rawan bencana alam.
Hujan deras yang disertai angin kencang di Bogor kerap kali mengakibatkan terjadinya pohon tumbang, longsor bahkan banjir.
Sekretaris Daerah Kota (Sekdakot) Bogor Aim Halim Hermana mengatakan, melihat kondisi Kota Bogor yang merupakan daerah rawan bencana perlu disikapi oleh masyarakat dengan membentuk Tagana (Taruna Siaga Bencana) serta memahami standar operasional penanggulangan bencana, supaya masyarakat ditingkat RT dan RW, bisa menanggulangi pada saat terjadinya bencana dalam reaksi yang cepat dan tepat.
Dalam kaitan itulah, kata Aim, Pemerintah Kota Bogor sudah mengembangkan konsep Kelurahan Siaga, Kecamatan Siaga, dan Kota Siaga.. Kelurahan siaga pengertiannya, sambung Aim, warga suatu kelurahan sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai potensi munculnya kejadian luar biasa.
"Seperti, penularan penyakit berbahaya, penanggulangan bencana alam secara bergotong royong dan memanfaatkan sumber daya yang ada dilingkungannya," jelasnya.
Saat ini, lanjut Aim, masih perlu terus dikembangkan adalah terbangunnya RT dan RW siaga bencana yang dimaksudkan agar para warga di RT dan RW memiliki suatu kesepakatan bersama untuk siap menghadapi bencana dalam bentuk apapun.
“Jadi, dengan kesiapan tersebut, InsyaAllah bencana dalam bentuk apapun tidak akan berakibat lebih luas dan menimbulkan kerugian lebih besar, “ kata Sekdakot Aim Halim ketika membuka sosialisasi penanggulangan bencana dan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) Tagana bagi Ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) dan perwakilan pengurus RT/RW se Kota Bogor, di Balaikota, Kamis (27/12/2012).
Aim menyebutkan, standar operasional penanganan bencana perlu dilakukan supaya penanganan maupun penanggulangannya bisa terkoordinir dan terkelola secara efektif mulai dari tingkat RT ke tingkat RW, selanjutnya Kelurahan, Kecamatan dan ketingkat Kota.
“Kita berharap dengan dipahami standar operasional penanggulangan bencana oleh semua pihak, maka diharapkan bisa ditekan jumlah kerugian yang lebih besar atau korban jiwa lebih banyak dari setiap bencana yang terjadi, “ ungkapnya.
Sementara itu Kepala Bidang Pelayanan Sosial pada Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi (Disnakersostrans) Kota Bogor Krisna Sudianto mengatakan, sosialisasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan bagi masyarakat dalam menghadapi dan penanggulangan bencana yang datang dengan tiba-tiba.
Menurutnya, penanggulangan bencana dilakukan dalam tiga fase yakni pra bencana, pada saat bencana dan pasca bencana. Untuk pra bencana telah melakukan pemberdayaan Tagana dengan kegiatan meliputi mitigasi bencana atau pendataan daerah rawan bencana, piket 24 jam, sosialisasi penanganan bencana, pengadaan sarana dan prasarana dan pengadaan logistik (bahan natura).
Data Tagana Tahun 2011
Daerah rawan bencana yang terdeteksi di Kota Bogor tersebar di 6 wilayah Kecamatan se Kota Bogor, tercatat longsor di 507 lokasi, banjir 164 lokasi, dan kebakaran di 280 lokasi.
Adapun rinciannya meliputi, Bogor Barat, longsor (160 lokasi), banjir (45 lokasi) dan Kebakaran (59 lokasi), Bogor Tengah longsor (58 lokasi), banjir (4 lokasi) dan Kebakaran (55 lokasi), Bogor Timur longsor (55 lokasi), banjir (35 lokasi) dan Kebakaran (92 lokasi).
Sedangkan Bogor Utara longsor (45 lokasi), banjir (36 lokasi), dan Kebakaran (63 lokasi), Bogor Selatan, longsor (181 lokasi), banjir (23 lokasi), dan kebakaran (9 lokasi), Tanah Sareal longsor (44 lokasi), banjir (21 lokasi) dan Kebakaran (2 lokasi). (chris)
Editor: Michelle
Email: beritabogor2002@ gmail.com
Hujan deras yang disertai angin kencang di Bogor kerap kali mengakibatkan terjadinya pohon tumbang, longsor bahkan banjir.
Sekretaris Daerah Kota (Sekdakot) Bogor Aim Halim Hermana mengatakan, melihat kondisi Kota Bogor yang merupakan daerah rawan bencana perlu disikapi oleh masyarakat dengan membentuk Tagana (Taruna Siaga Bencana) serta memahami standar operasional penanggulangan bencana, supaya masyarakat ditingkat RT dan RW, bisa menanggulangi pada saat terjadinya bencana dalam reaksi yang cepat dan tepat.
Dalam kaitan itulah, kata Aim, Pemerintah Kota Bogor sudah mengembangkan konsep Kelurahan Siaga, Kecamatan Siaga, dan Kota Siaga.. Kelurahan siaga pengertiannya, sambung Aim, warga suatu kelurahan sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai potensi munculnya kejadian luar biasa.
"Seperti, penularan penyakit berbahaya, penanggulangan bencana alam secara bergotong royong dan memanfaatkan sumber daya yang ada dilingkungannya," jelasnya.
Saat ini, lanjut Aim, masih perlu terus dikembangkan adalah terbangunnya RT dan RW siaga bencana yang dimaksudkan agar para warga di RT dan RW memiliki suatu kesepakatan bersama untuk siap menghadapi bencana dalam bentuk apapun.
“Jadi, dengan kesiapan tersebut, InsyaAllah bencana dalam bentuk apapun tidak akan berakibat lebih luas dan menimbulkan kerugian lebih besar, “ kata Sekdakot Aim Halim ketika membuka sosialisasi penanggulangan bencana dan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) Tagana bagi Ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) dan perwakilan pengurus RT/RW se Kota Bogor, di Balaikota, Kamis (27/12/2012).
Aim menyebutkan, standar operasional penanganan bencana perlu dilakukan supaya penanganan maupun penanggulangannya bisa terkoordinir dan terkelola secara efektif mulai dari tingkat RT ke tingkat RW, selanjutnya Kelurahan, Kecamatan dan ketingkat Kota.
“Kita berharap dengan dipahami standar operasional penanggulangan bencana oleh semua pihak, maka diharapkan bisa ditekan jumlah kerugian yang lebih besar atau korban jiwa lebih banyak dari setiap bencana yang terjadi, “ ungkapnya.
Sementara itu Kepala Bidang Pelayanan Sosial pada Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi (Disnakersostrans) Kota Bogor Krisna Sudianto mengatakan, sosialisasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan bagi masyarakat dalam menghadapi dan penanggulangan bencana yang datang dengan tiba-tiba.
Menurutnya, penanggulangan bencana dilakukan dalam tiga fase yakni pra bencana, pada saat bencana dan pasca bencana. Untuk pra bencana telah melakukan pemberdayaan Tagana dengan kegiatan meliputi mitigasi bencana atau pendataan daerah rawan bencana, piket 24 jam, sosialisasi penanganan bencana, pengadaan sarana dan prasarana dan pengadaan logistik (bahan natura).
Data Tagana Tahun 2011
Daerah rawan bencana yang terdeteksi di Kota Bogor tersebar di 6 wilayah Kecamatan se Kota Bogor, tercatat longsor di 507 lokasi, banjir 164 lokasi, dan kebakaran di 280 lokasi.
Adapun rinciannya meliputi, Bogor Barat, longsor (160 lokasi), banjir (45 lokasi) dan Kebakaran (59 lokasi), Bogor Tengah longsor (58 lokasi), banjir (4 lokasi) dan Kebakaran (55 lokasi), Bogor Timur longsor (55 lokasi), banjir (35 lokasi) dan Kebakaran (92 lokasi).
Sedangkan Bogor Utara longsor (45 lokasi), banjir (36 lokasi), dan Kebakaran (63 lokasi), Bogor Selatan, longsor (181 lokasi), banjir (23 lokasi), dan kebakaran (9 lokasi), Tanah Sareal longsor (44 lokasi), banjir (21 lokasi) dan Kebakaran (2 lokasi). (chris)
Editor: Michelle
Email: beritabogor2002@ gmail.com
Tidak ada komentar