Harga Bahan Baku Bandrek Ikut Naik
Sejumlah produsen ambil ancang - ancang naikan harga, menyusul harga BBM naik.
Produsen bajigur dan bandrek Hanjuang ancang-ancang menghadapi kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan diberlakukan oleh pemerintah.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, ketika harga BBM naik, maka harga bahan baku untuk membuat bajigur dan bandrek meroket.
“Ketika harga BBM naik dulu, harga jahe kampung yang tadinya Rp 8.500 per kilogram, naik menjadi Rp 25.000 per kilogram. Demikian pula harga bahan baku lainnya, seperti gula semut dan cabe areuy rata-rata kenaikkannya hampir 3 kali lipat atau 300 persen,” ungkap Sutarya, Bandrek kemasan Cintek, Jalan Cihanjuang Nomor 204, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Jabar.
Menghadapi kenaikkan harga BBM, lanjutnya, yang kini tengah gencar disosialisasikan oleh pemerintah itu, pihak-pihaknya harus ancang-ancang, menyiapkan strategi agar CINTEK tetap eksis atau tidak terlalu banyak merugi.
“Yang jelas kami harus siap-siap menanggung beban dengan kenaikkan harga BBM itu. Salah satu cara agar tidak terlalu merugi dengan kenaikkan harga BBM yang selalu diikuti oleh kenaikkan bahan baku produk, biasanya kami mengurangi jam kerja atau mungkin hingga mengurangi jumlah tenaga kerja,” katanya.
Sutarya berharap, prosesntase kenaikkan harga BBM tidak terlalu besar. Kalau prosesntase kenaikkan harga BBM besar, dampaknya akan lebih besar lagi terhadap kenaikkan harga bahan baku produk.
“Untuk menanggung beban kenaikkan harga BBM itu, kami tidak bisa mengurangi takaran isi setiap kemasan atau mengganti kualitas bahan baku. Misalnya, salah satu bahan baku untuk membuat bandrek, kami selalu menggunakan jahe kampung dan bahan baku tersebut tidak bisa diganti dengan jenis jahe lainnya, misalnya dengan jahe gajah. Soalnya, akan sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa bandrek,” keluhnya. (enal)
Editor: Alsabili
Email: redaksiberitabogor@gmail.com
Produsen bajigur dan bandrek Hanjuang ancang-ancang menghadapi kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan diberlakukan oleh pemerintah.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, ketika harga BBM naik, maka harga bahan baku untuk membuat bajigur dan bandrek meroket.
“Ketika harga BBM naik dulu, harga jahe kampung yang tadinya Rp 8.500 per kilogram, naik menjadi Rp 25.000 per kilogram. Demikian pula harga bahan baku lainnya, seperti gula semut dan cabe areuy rata-rata kenaikkannya hampir 3 kali lipat atau 300 persen,” ungkap Sutarya, Bandrek kemasan Cintek, Jalan Cihanjuang Nomor 204, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Jabar.
Menghadapi kenaikkan harga BBM, lanjutnya, yang kini tengah gencar disosialisasikan oleh pemerintah itu, pihak-pihaknya harus ancang-ancang, menyiapkan strategi agar CINTEK tetap eksis atau tidak terlalu banyak merugi.
“Yang jelas kami harus siap-siap menanggung beban dengan kenaikkan harga BBM itu. Salah satu cara agar tidak terlalu merugi dengan kenaikkan harga BBM yang selalu diikuti oleh kenaikkan bahan baku produk, biasanya kami mengurangi jam kerja atau mungkin hingga mengurangi jumlah tenaga kerja,” katanya.
Sutarya berharap, prosesntase kenaikkan harga BBM tidak terlalu besar. Kalau prosesntase kenaikkan harga BBM besar, dampaknya akan lebih besar lagi terhadap kenaikkan harga bahan baku produk.
“Untuk menanggung beban kenaikkan harga BBM itu, kami tidak bisa mengurangi takaran isi setiap kemasan atau mengganti kualitas bahan baku. Misalnya, salah satu bahan baku untuk membuat bandrek, kami selalu menggunakan jahe kampung dan bahan baku tersebut tidak bisa diganti dengan jenis jahe lainnya, misalnya dengan jahe gajah. Soalnya, akan sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa bandrek,” keluhnya. (enal)
Editor: Alsabili
Email: redaksiberitabogor@gmail.com
Tidak ada komentar