header_ads

Dilema Pengrajin & Pedagang Tahu

KOTA - Harga tempe di pasar kini sudah menyentuh Rp5 ribu dari semula Rp3 ribu.

Seorang pedagang tempe di Pasar Warung Jambu, Hardi (27), untuk sementara waktu terpaksa menutup dagangannya dengan alasan bahwa karena pasokan tempe langka sehingga ia menaikan harga jual.

"Harga dinaikkan tidak ada yang membeli, jika harga tetap rugi terus mengintai. Makanya tidak sedikit perajin tempe dan tahu akhirnya memilih berhenti produksi," kata Hardi.


Terpisah, seorang pengrajin tempe di RT 05/04, Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Seral Kota Bogor
Kasmono, (45), mengaku menjadi serba salah menyikapi lonjakan harga kacang kedelai dalam seminggu terakhir ini. Dilema yang ia alami ketika permintaan tempe di pasaran sama namun harga bahan baku kedelai terus naik.

Kata Kasmono, pasca Lebaran harga yang semula Rp 7.300 per kilogram, terus naik hingga mencapai Rp 9.100 per kilogram, pada Selasa (27/08). “Saya bingung, karena permintaan tempe di pasar tetep sama, baik kualitas dan harganya, sedangkan harga kedelai terus naik,” kata dia.

Kelompok usaha tempe Kasmono sendiri terdiri dari lima anggota, mereka mendapat jatah lima ton dalam setiap minggunya dan masing-masing anggota mendapatkan jumlah berbeda dalam pengolahan tempe,sedangkan Kasmono mendapatkan jatah 1 ton kedelai dalam satu minggu. Namun seiring dengan makin naiknya harga kedelai, mereka mengusahakan 5 ton kedelai dapat diolah hingga 2 minggu.

“Pekan lalu kelompok kami membeli kedelai dengan harga Rp 8,300 per kilogram dan saat ini masih tersisa 1,5 ton kedelai. Saya takut bila kedelai diolah semuanya, otomatis kelompok kami akan membeli kedelai dengan harga sudah tinggi sedangkan harga tempe dipasaran tetap sama,” keluhnya.

Ia menjelaskan, untuk satu ton kedelai dapat diolah menjadi 4000 bungkus tempe dan menghasilkan Rp 12 juta jika harga jual Rp3 ribu/bungkusnya. Sedangkan untuk biaya produksi ketika harga kedelai naik ke Rp 8,300.


Kasmono harus menyiapkan modal Rp8,3 juta/ 1 ton untuk bahan kedelai dan Rp1,5 juta untuk biaya pengolahan hingga pengemasan. “Keuntungan Rp2,2 juta. Ini belum dipotong upah 3 karyawan dan biaya listrik,” katanya. (yp/als)




Editor: Alsabili
Email: redaksiberitabogor@gmail.com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.